Dunia telah mengakui keberhasilan Korea Selatan dalam memajukan industri hiburan. Tidak hanya Kpop, tetapi juga K-Drama yang telah berhasil menjangkau popularitas secara global, menyaingin industri Hollywood dan Bollywood.
Namun, perlu diketahui bahwa popularitas tersebut tidak serta-merta diraih semudah membalikan telapak tangan. Terdapat kerja keras dan segudang talenta untuk meningkatkan kualitas K-Drama yang kian disempurnakan.
Hal tersebut dapat kamu telusuri melalui beberapa transformasi K-Drama dulu versus sekarang. Apakah kamu menyadarinya? Kira-kira, apa saja, ya?
1. Penggambaran peran perempuan dan pria dalam kisah romansa
Sebuah anggapan umum mengenai drama Korea mengatakan, "Apapun aliran atau tema yang diangkat, selalu terselip kisah romansa dalam alur cerita yang menarik." Benar saja, kamu pasti menemukan pasangan yang ditakdirkan dalam kisah romansa tersebut.
Namun, sadarkah kamu? Sebelumnya, kisah romansa yang dihadirkan cenderung menggambarkan perempuan sebagai sosok lemah, sedangkan pria menjadi sosok yang lebih berkuasa. Hal tersebut terlihat dalam Full House (2004) dan Princess Hours (2006)
Berbeda dengan mayoritas drama-drama Korea zaman now yang kisah romansanya tidak selalu menggambarkan sosok pria sebagai pihak yang lebih berkuasa. Terlebih lagi dengan kecederungan karakter pria yang kasar dan tidak beretika. Seperti pada Start-Up (2020).
2. Adaptasi kisah Cinderella
Sebagaimana dijelaskan pada poin pertama, salah satu tanda yang memperlihatkan transformasi drama Korea adalah peran perempuan yang sebelumnya digambarkan lemah. Hal ini berkaitan erat dengan kecenderungan cerita layaknya kisah Cinderella.
Yup, sama halnya dengan kisah Disney yang sangat populer tersebut, peran perempuan diperkenalkan dalam cerita yang melibatkan penindasan dan tanpa adanya upaya pembalasan. Sebut saja drama Korea kenamaan Autumn in My Heart (2000).
Akan tetapi, mengikuti perkembangan zaman yang sudah mulai menegakkan emansipasi perempuan, drama Korea mulai memperkenalkan kekuatan seorang perempuan. Sebut saja, Crash Landing on You (2020) dan The Goddess of Revenge (2020).
3. Adegan tampar-menampar antar perempuan
Ketika kamu membayangkan kisah Cinderella dalam drama-drama televisi, kamu pasti mengaitkannya dengan adegan penindasan antar perempuan yang biasa melibatkan adegan kekerasan fisik, seperti adegan saling menjambak atau menampar satu sama lain.
Tahukah kamu? Adegan tersebut melibatkan trik khusus, sebagaimana dibeberkan oleh aktris Kim So Yeon dalam sebuah variety show. Awalnya, ia menjelaskan bahwa adegan tersebut fokus pada gerak tangan yang disesuaikan dengan pergerakan kepala lawan main.
Berbeda dengan trik yang kemudian ia jelaskan digunakan pada era lampau. Saat itu, mayoritas adegan tetap melibatkan tindakan tampar-menampar sebagaimana adanya, sehingga menyebabkan rasa sakit pada pihak pemeran yang harus ditampar. Kasihan, ya!
4. Stereotip karakter protagonis dan antagonis
Kamu tentu tahu bahwa karater-karakter dalam sebuah cerita terbagi menjadi protagonis dan anatagonis. Pada umumnya, protagonis digambarkan sebagai sosok yang baik hati, sedangkan antagonis hadir sehagai sosok dengan karakter jahat.
Namun, tahukah kamu? Sebenarnya protagonis fokus pada karakter yang memiliki tujuan, sedangkan antagonis adalah karakter yang berupaya menghalanginya. Tujuan tersebut tidak selalu baik sehingga protagonis pun dapat bersifat jahat.
Atas dasar itulah, transformasi drama Korea mulai memperkenalkan beragam karakter protagonis dan anatagonis yang tidak mudah ditebak. Sebut saja, Mouse (2021) yang mempermainkan penonton untuk menebak apakah sang protagonis adalah jahat. Begitu juga Penthouse (2021) yang memperlihatkan kejahatan seorang protagonis.
5. Tujuan menghibur dan mengedukasi
Coba tanyakan pada dirimu sendiri, mengapa kamu selalu membuka televisi atau gadget untuk menyaksikan beberapa pilihan hiburan? Yup, kamu mengekspetasikan nuansa atau hal-hal sejenis lainnya yang dapat membuatmu terhibur seketika, bukan?
Atas dasar itulah, drama Korea sejak dulu hadir untuk menghibur masyarakat sehingga mereka dapat 'keluar sesaat' dari realita hidup yang penuh masalah. Meski begitu, segala yang ditampilkan di depan layar kaca harus bersifat membangun dan mendidik.
Oleh karena itu, transformasi pada drama Korea terjadi dengan turut menuangkan pesan moral, isu sosial, dan hal penting lainnya yang mampu membentuk pola pikir masyarakat. Semuanya dapat terlihat dari nuansa, alur, hingga dialog antar karakter.
Jadi, apa pendapatmu mengenai transformasi yang terjadi pada drama Korea? Apakah kamu cukup mengapresiasinya atau justru, tercetus beberapa masukan dalam pikiranmu?