Banyak faktor yang menyebabkan biaya hidup meningkat, termasuk inflasi atau kenaikan harga barang di pasaran. Khusus kota metropolitan, seperti Jakarta, kenaikan biaya hidup juga dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi makan di restoran dan biaya pendidikan.
Melansir dari akun Instagram Narasi Newsroom (@narasinewsroom), mantan Gubernur DKI Jakarta periode 2014-2017, Basuki Tjahaja Purnama, menyebutkan bahwa nilai rata-rata pengeluaran ideal bagi penduduk Jakarta setidaknya mencapai Rp5-15 juta per bulan.
Namun, apakah ada data konkret yang membenarkan pernyataan tersebut? Dan, apa saja rincian biaya hidup di kota metropolitan Jakarta yang menyebabkan nilai tinggi tersebut?
Data pengeluaran idea penduduk Jakarta
Melansir dari sumber yang sama, setidaknya ada beberapa hasil data yang dilakukan oleh suatu badan untuk menganalisis biaya hidup penduduk di kota-kota di Indonesia. Dua di antaranya adalah Survei Biaya Hidup dan data Pengeluaran Riil per Kapita.
Keduanya memiliki fungsi yang berbeda-beda; Survei Biaya Hidup berfungsi untuk mengetahui pola konsumsi masyarakat, sementara Pengeluaran Riil per Kapita ditujukan untuk menyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yang mana ini menjadi acuan untuk melihat standar atau kualitas hidup layak masyarakat di Indonesia.
Berdasarkan Survei Biaya Hidup pada Desember 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) menemukan bahwa rata-rata nilai konsumsi rumah tangga per bulan di Jakarta mencapai Rp14,9 juta, yang mana angka ini menjadi biaya hidup tertinggi di Indonesia.
Diketahui, angka tersebut meningkat dibandingkan data Survei Biaya Hidup pada 2013 yang menyatakan bahwa rata-rata nilai konsumsi rumah tangga per bulan di Jakarta saat itu mencapai Rp13,4 juta.
Sementara itu, data Pengeluaran Riil per Kapita yang dikeluarkan pada November 2023 menunjukkan angka berbeda. Di sini, Jakarta menduduki posisi provinsi dengan pengeluaran per kapita tertinggi mencapai Rp19,37 per tahun.
Dengan demikian, kedua data yang telah ditelusuri pada sekitar akhir 2023 tersebut benar membuktikan bahwa biaya hidup di kota metropolitan, seperti Jakarta, terbilang tinggi.
Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, mengemukakan bahwa hal ini harus menjadi perhatian pemerintah. Spesifiknya, ia mendorong pemerintah untuk membantu para penduduk Jakarta mencapai angka pendapatan minimal tersebut.
Rincian biaya hidup di Jakarta
Sebagai kota metropolitan, Jakarta telah menarik perhatian banyak orang dari berbagai daerah di Indonesia karena menawarkan pusat perputaran ekonomi, industri pemasaran, lapangan pekerjaan, dan gaya hidup modern yang digandrungi anak-anak muda.
Meskipun tampak menarik secara kasat mata, faktor-faktor tersebut turut menyebabkan biaya hidup yang semakin meningkat. Terlebih lagi, tidak semua lapangan pekerjaan di Jakarta memberikan upah minimum yang sesuai dengan biaya hidup yang tinggi tersebut.
Namun, pertanyaannya, berapakah estimasi rincian biaya hidup di Jakarta selama sebulan? Apakah benar mencapai nilai rata-rata sebesar Rp5-15 juta atau lebih banyak?
Melansir dari ruangmenyala.com, berikut adalah rincian biaya hidup di Jakarta per bulan.
1. Biaya konsumsi
Penduduk di kota Jakarta memiliki banyak pilihan untuk memenuhi kebutuhan makanan dan minuman. Beberapa lebih suka untuk memasak sendiri, tetapi banyak juga yang mengandalkan makanan yang disediakan di berbagai tempat makan.
Berikut adalah estimasi biaya konsumsi di beberapa tempat makan di Jakarta.
- Rata-rata biaya makanan di food court sebesar Rp50.000 hingga Rp100.000.
- Rata-rata biaya makanan di warung tegal (warteg) sebesar Rp15.000 hingga Rp25.000.
- Rata-rata biaya makanan di restoran sebesar Rp50.000 hingga Rp350.000.
Dengan demikian, estimasi biaya konsumsi seorang perantau di Jakarta tergantung pada pilihan tempat makan yang dituju. Jika ingin berhemat, kamu dapat mengeluarkan biaya konsumsi sekitar Rp1.395.000 per bulan untuk makan di warteg sebanyak tiga kali sehari.
2. Biaya tempat tinggal
Memahami keterbatasan lahan di kota Jakarta, tidak semua penduduk memiliki rumah sendiri. Beberapa masih tinggal bersama orang tua, tetapi ada juga yang memutuskan untuk hidup secara mandiri meskipun belum menikah atau berkeluarga.
Beberapa pilihan tempat tinggal meliputi kos, apartemen, dan kontrakan dengan biaya yang berbeda-beda sesuai dengan lokasi, jenis kamar, dan aspek-aspek lainnya.
Berikut adalah estimasi biaya tempat tinggal di Jakarta.
- Rata-rata biaya sewa kos per bulan sebesar Rp1.000.000-Rp4.000.000.
- Rata-rata biaya sewa apartemen per bulan sebesar Rp4.000.000-10.000.000.
- Rata-rata biaya sewa kontrakan sebesar per bulan Rp2.500.000-Rp4.000.000.
Namun, estimasi biaya di atas dapat bervariasi tergantung pada kebijakan penyewaan tempat yang berlaku. Selain itu, jenis tempat tinggal juga menentukan perbedaan harga, seperti biaya sewa kontrakan yang dapat mencapai puluhan juta rupiah per tahunnya.
3. Biaya transportasi
Salah satu ciri khas kota Jakarta adalah kegiatannya yang hampir tidak pernah berhenti akibat rutinitas pekerjaan di berbagai sektor dan gaya hidup modern. Dengan begitu, transportasi selalu menjadi sarana yang sangat membantu mobilitas penduduk di Jakarta.
Namun, berbagai jenis transportasi menawarkan biaya yang berbeda-beda. Secara umum, transportasi publik yang disediakan oleh pemerintah cenderung lebih murah dibandingkan dengan transportasi publik dari pihak swasta, seperti mobil atau ojek daring.
Berikut adalah estimasi biaya transportasi di Jakarta berdasarkan jenisnya.
- Biaya Bus Trans Jakarta sekali jalan adalah Rp3.500 sehingga estimasi biaya per bulan sebesar Rp154.000 untuk mobilitas pulang dan pergi.
- Biaya MRT sekali jalan adalah Rp14.000 sehingga estimasi biaya per bulan sebesar Rp616.000 untuk mobilitas pulang dan pergi.
- Biaya Kereta Rel Listril (KRL) adalah Rp6.000 sehingga estimasi biaya per bulan sebesar Rp264.000 untuk mobilitas pulang dan pergi.
Di samping itu, biaya transportasi untuk layanan mobil atau ojek daring bersifat tidak pasti karena tergantung pada jarak tempuh dan waktu pemesanan. Namun, biaya yang dikeluarkan cenderung lebih tinggi atau mahal jika digunakan secara rutin setiap bulan.
4. Kebutuhan komunikasi
Nyaris semua kegiatan manusia membutuhkan alat komunikasi untuk menjembatani berbagai pihak. Di zaman sekarang ini, alat komunikasi bukan lagi sebatas telepon atau pesan, tetapi telah berkembang menjadi aplikasi atau platform daring.
Dengan demikian, penggunaan internet melalui wi-fi atau kuota internet sangat dibutuhkan secara rutin, belum termasuk biaya aplikasi atau platform berbayar yang mungkin dipakai.
Berikut adalah estimasi biaya komunikasi yang dibutuhkan:
- Kuota internet per bulan adalah Rp120.000 dengan rata-rata penggunaan 14-17GB, berdasarkan data perusahaan riset jaringan seluler OpenSignal.
- Biaya wi-fi per bulan berkisar antara Rp100.000 hingga Rp350.000.
Di Jakarta, banyak orang menggunakan kedua opsi, kuota internet dan wi-fi, untuk berbagai keperluan yang tak terelakkan. Namun, penghematan dapat dilakukan dengan cukup mengandalkan salah satu opsi saja apabila memungkinkan.
5. Tagihan utilitas
Kebutuhan mendasar bagi penduduk di Jakarta tidak hanya mencakup makan dan minum, tetapi juga tarif listrik, biaya air, dan lain-lain. Dengan demikian, tagihan-tagihan utilitas menjadi tanggung jawab yang harus dipenuhi setiap bulan.
Berikut adalah estimasi biaya tagihan utilitas untuk keperluan lainnya:
- Biaya tarif listrik per kWh bagi pelanggan non-subsidi berkisar antara Rp1.300.000 hingga Rp1.600.000, tergantung pada golongan tarif yang berbeda-beda.
Perlu diketahui bahwa biaya utilitas berupa tarif listrik dapat mengalami perubahan jika terjadi kenaikan dan disesuaikan dengan penggunaan listrik oleh penghuni rumah. Oleh karena itulah, penting untuk meminimalisir penggunaan listrik yang tidak diperlukan.
6. Biaya lifestyle
Hidup di perkotaan memiliki kesan tersendiri, termasuk tuntutan gaya hidup yang cenderung trendi dan fashionable. Dampaknya, banyak penduduk terdorong untuk menyisihkan tabungan mereka demi membangun gaya hidup metropolitan di Jakarta.
Estimasi biaya untuk gaya hidup tersebut bervariasi, tidak menentu, dan bersifat subjektif. Artinya, sebagian orang mungkin mengeluarkan biaya di bawah Rp500.000, sementara sebagian orang lain dapat menghabiskan biaya hingga berjuta-juta rupiah.
Menyadari fakta ini, penting untuk mengembangkan kemampuan manajemen finansial yang baik, menguasai diri untuk tidak membeli barang-barang tidak penting atau hanya berdasarkan promo, serta mendahulukan kebutuhan pokok dibandingkan gaya hidup.
7. Dana darurat dan lain-lain
Pada akhirnya, manusia dapat merencanakan sesuatu, tetapi tidak dapat memastikan apakah rencana tersebut dapat terlaksana. Yup, hal-hal yang bersifat mendesak dan tidak terduga dapat terjadi kapan saja, termasuk musibah, biaya tambahan, dan lain-lain.
Untuk mengantisipasinya, diperlukan kesediaan untuk menyisihkan sejumlah uang sebagai dana darurat. Bentuk mitigasi lainnya adalah memanfaatkan beberapa jenis produk asuransi yang disesuaikan dengan batas kemampuanmu perihal pemasukan.
Jadi, kamu sudah memahami betapa besarnya biaya hidup di kota Jakarta, bukan? Namun, perlu diingat bahwa pengeluaranmu mencerminkan skala prioritas dalam kehidupan sehari-hari. Jika kamu mengutamakan hal-hal penting, maka kamu dapat lebih hemat.