Semua orang mengalami masa up and down dalam setiap aspek kehidupan, termasuk di bidang pekerjaan. Seperti bunyi suatu ungkapan, "Segala sesuatu ada masanya; ada waktu untuk menanam dan mencabut hasilnya, ada juga waktu untuk meninggalkan ladang."
Sayangnya, tidak semua orang cukup peka terhadap waktu tersebut, bukan? Terlebih lagi kita memiliki rentetan pertimbangan yang berkaitan dengan tanggung jawab sehingga sulit untuk mengetahui, "Inikah waktunya untuk tetap bertahan atau justru, berhenti?"
Dalam rangka membantumu, berikut adalah 10 tanda yang sebenarnya menjadi peringatan untuk kamu segera bersiap-siap meninggalkan pekerjaanmu atau resign. Apa saja?
1. Kehilangan semangat ketika bekerja
Sadarkah kamu? Manusia cenderung terbagi ke dalam dua golongan, yaitu orang-orang yang condong realistis dan sisanya lebih berpikir idealis atau memikirkan passion. Namun, kedua sifat tersebut sebenarnya sama-sama dibutuhkan untuk tetap bertahan bekerja.
Yup, tidak mungkin kamu memikirkan passion tanpa kebutuhan hidup, begitu pula sebaliknya. Namun, sadar-tidak sadar, pekerjaan tidak akan mungkin dapat dilakukan jika kamu tidak memiliki passion atau percikan api yang membara di dalam dirimu untuk tetap semangat melakukannya. So, check yourself if it's still there or not, is it?
2. Selalu mengeluh di setiap pagi hari
Kamu mungkin bertanya-tanya, "Bagaimana caranya kita dapat mengetahui jika passion sudah tidak ada di dalam diri kita?" Melansir dari Forbes, seorang CEO dan founder untuk FlexJobs bernama Sara Sutton Fell menjelaskan bahwa hal tersebut akan jelas terlihat dari bagaimana kamu menyikapi pagi hari untuk hendak bekerja.
Apabila responmu bersemangat atau sekadar biasa saja, kamu masih berada di fase yang aman. Namun, tidak jika kamu seringkali langsung merasa terbebani hingga mengeluarkan kata-kata yang penuh dengan keluhan. Yes, it's normal and makes you a human, namun kebiasaan tersebut adalah tanda bahwa kamu telah kehilangan semangat tersebut, Bela!
3. Perusahaan tidak stabil
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, menyelami dunia pekerjaan lebih baik dilandaskan dengan pendirian yang bersifat realistis dan idealis. Tidak hanya fokus pada passion, tetapi kebutuhan hidup sehari-hari yang tentunya menentukan kualitas hidup seseorang.
So, dalam hal ini, kamu tidak perlu meletakkan posisimu untuk sangat setia kepada suatu perusahaan. Apabila perusahaan tersebut tahu-tahu mengalami tanda-tanda yang tidak stabil dan menuju kerugian, tidak ada alasan untuk bertahan di sana, Bela! Dengan kata lain, there's no need to go down with the ship when you can save your life and your people.
4. Tidak merasa nyaman dengan tim
Memang, dunia orang dewasa tidak lagi membuka ruang yang luas untuk bertindak berdasarkan emosi atau perasaan semata. Atau artinya, kamu tidak bisa menyerah hanya karena kamu tidak suka pada seseorang secara personal atau semacamnya.
Meski begitu, jika kamu merasa tidak nyaman dengan mayoritas orang-orang yang ada tim kerjamu, it's a another different case! Entah karena perbedaan cara kerja, value, atau culture yang mendominasi, kamu sebaiknya memutuskan untuk berhenti. Jangan paksakan diri untuk tetap tenggelam di suatu komunitas yang membuatmu tidak nyaman.
5. Tidak ada penghargaan terhadap kinerja
Percaya atau tidak, semua orang pada hakekatnya membutuhkan motivasi dan dorongan untuk terus bekerja dan bertahan. Dalam hal itu, penghargaan berupa pujian atau kata-kata positif maupun credit terhadap kinerja sangatlah dibutuhkan oleh setiap pekerja, setuju?
So, coba pikirkan dan ingat kembali, kapan terakhir kali kamu mendapat perhatian hingga penghargaan terkait kinerjamu yang memang layak diperhitungkan? Jika kamu tidak bisa menjawab karena memang tidak pernah mendapatkannya, it's time to resign! Kamu layak berada di tengah-tengah kumpulan orang yang melihat dan menghargaimu.
6. Tidak ada ruang diskusi
Ketika berada di masa yang baik, rentetan ide akan tercetus di dalam pikiran. Namun, ada kalanya seseorang mengalami keadaan yang tidak menguntungkan oleh karena satu hal dan lainnya.
Dalam dua keadaan tersebut, adakah ruang diskusi antara kamu dan anggota tim kerjamu, serta kamu dan atasanmu? Jika terdapat gap yang membuatmu tidak dapat membangun komunikasi atau bahkan, mengalami pengalaman yang tidak enak karena melakukannya, untuk apa bertahan di tempat yang tidak mempersilakanmu berbicara dan mendengarmu?
7. Seringkali mengalami stres
Kehidupan ini memang penuh dengan rentetan masalah yang membuatmu merasa down hingga stres dan itu normal. Akan tetapi, tahukah kamu? Satu hal yang tidak normal adalah jika momen tersebut terus-menerus terjadi hingga seringkali mengalami stres.
Dampaknya, kamu lupa kapan terakhir kali kamu menikmati keseharianmu. Dengan kata lain, kamu tidak sadar kalau kondisi stres tersebut nyatanya memengaruhi aspek kehidupanmu yang lain; mulai dari waktu me-time, hubungan dengan teman dan kerabat hingga keluarga. Hayoo... apakah kamu masih menikmatinya atau tetap merasa stres?
8. Seringkali sakit secara fisik
Melansir dari familydoctor.org, kondisi batin seseorang yang tidak baik ternyata cukup memberi pengaruh terhadap kondisi fisik. Tanpa terkecuali kegiatan yang melibatkan rentetan aktivitas fisik maupun otak secara berlebihan dan terus-menerus.
Nah, kamu sering merasa pusing? Atau tidak jarang, kamu merasakan pegal dan nyeri sendi pada sekujur tubuhmu? Belum lagi rentetan penyakit lainnya seperti tifus maupun flu yang seringkali dihadapi selama bekerja. Ingat Bela, kesehatanmu sangat penting untuk diutamakan dan diperjuangkan, jadi jangan korbankan tubuhmu untuk pekerjaan tersebut!
9. Performa kerja kian menurun
Kamu ingat dengan masa-masa ketika kamu sedang sangat berjaya? Penuh semangat dan tekad sehingga performa pekerjaanmu bagaikan grafik yang orientasinya terus menanjak. Namun, siapa sangka, tahun-tahun berikutnya malah kian menurun hingga merosot jauh.
Dalam hal ini, kamu sedang berada di dalam fase yang tidak dapat lagi bertindak produktif seperti sebelumnya, meskipun kamu mampu. Dengan kata lain, kamu sebenarnya membutuhkan pengalaman dan tantangan yang baru, sebagaimana diungkapkan oleh Teri Hockett selaku chief executive untuk situs karier What's For Work kepada Forbes.
10. Selamat tinggal work-life balance
Siapa bilang, kerja keras ditandai dengan kecenderungan bekerja siang dan malam tanpa henti atau yang biasa disebut dengan istilah hustle? Melansir dari situs resmi Taylor's University, hustle culture sangat berbahaya karena menanggalkan work-life balance.
Ketika tidak ada keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, produktivitas serta kondisi mental dan fisik akan menurun. Terbukti dari penelitian yang dilakukan oleh Marianna Virtanen dan rekan-rekannya dari Institut Kesehatan Kerja Finlandia sebagaimana melansir dari situs Kemenkeu RI. So, it's time to resign!
PENTING: Mengalami kekerasan
Di atas segalanya, satu-satunya tanda yang tidak lagi membutuhkan pertimbangan atau alasan untuk menunggu dan menunda adalah kekerasan di lingkungan pekerjaan. Apapun bentuknya, entah kekerasan seksual, fisik, emotional abuse, bullying dan sejenis lainnya.
Ingat, segala tindakan terkait yang diarahkan kepadamu membuatmu menjadi seorang korban. Itu artinya, kamu membutuhkan pertolongan dan pembelaan dari kantor hingga lembaga hukum yang bersangkutan. Jadi, jangan pernah sekalipun kamu menoleransi tindakan dalam kadar atau tingkatan apapun. Once it's violence, it stays violence.
Akhir kata, Popbela sangat berharap dan mendoakanmu agar tidak mengalami tanda-tanda di atas. If you unfortunately do, don't tolerate them. Segera resign dan temukan bantuan serta tempat yang jauh lebih baik. Kamu layak mendapatkannya, ya, Bela!