Sudah menjadi bagian dari tradisi untuk orang-orang membangun resolusi yang diharapkan mengubah gaya hidup menjadi lebih baik. Namun, apakah kamu sadar bahwa hal tersebut sebenarnya berangkat dari proses mengindentifikasi kebiasaan sehari-hari?
Anggap saja, resolusimu adalah menuruni berat badan hingga mencapai lima kilogram. Maka, kamu akan mulai memilah kebiasaan mana yang dinilai tidak efektif untuk mencapai resolusi tersebut, dan kebiasaan baru mana yang bersifat efektif untuk mengggantikannya.
Sayangnya, tidak mudah untuk mengaplikasikannya, bukan? Namun, kabar baik datang dari penulis James Clear yang memperkenalkan metode atomic habits dalam buku Atomic Habits: An Easy & Proven Way to Build Good Habits & Break Bad Habits (2018). Penasaran?
Apa itu atomic habits?
Sebelum mempelajari cara mengaplikasikan perubahan gaya hidup, perlu diketahui bahwa atomic habits merupakan istilah yang terinspirasi dari atom-atom berukuran kecil, namun mampu membentuk suatu senyawa yang berukuran lebih besar dengan fungsi baru.
Nah, dengan konsep tersebut, atomic habits dijelaskan sebagai rangkaian proses membangun kebiasaan-kebiasaan secara konsisten untuk memperoleh 1% self-improvement setiap harinya dan secara bertahap, membentuk perubahan hidup yang besar.
Sebagai contoh, apabila kamu secara konsisten menabung sejumlah uang bernilai kecil, maka kamu akan memperoleh hasil yang sangat besar di kemudian hari, bukan? Begitu juga ketika kamu hendak melakukan perubahan sikap dan karakter, Bela!
Namun, pertanyaannya, bagaimana caranya?
1. Membangun kebiasaan berdasarkan identitas
Sebagian besar orang mulai menyadari pentingnya merubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik saat menetapkan tujuan spesifik yang disebut dengan istilah outcome dalam teori atomic habits. Atau dengan kata lain, membuat resolusi, lalu berupaya.
Dampaknya, sadar atau tidak sadar, tujuan spesifik tersebut menjelma bagaikan titik yang menentukan sukses atau gagalnya sebuah pencapaian. Sehingga ketika seseorang menyadari bahwa upayanya tak mendekati titik tertentu, sikap menyerah cenderung terbentuk.
Berbeda jika perhatian fokus pada pembangunan identitas atau karakter. Dalam teori automic habits, tujuan tersebut akan menghadirkan jalan tanpa batasan untuk seseorang terus berupaya agar dirinya dapat dikenal menjadi sosok yang ia dambakan.
Misalnya, ketimbang membangun kebiasaan berdasarkan outcome berat badan turun mencapai lima kilogram, kamu sebaiknya membangunnya berdasarkan identitas untuk menjadi seseorang yang sehat sehingga kebiasaan yang mengikuti terus terbangun.
Not to mention, memusatkan tujuan pada identitas tersebut akan tetap menghasilkan outcome. Alasannya, jelas karena kebiasaan cenderung konsisten dibangun.
2. Orientasi untuk menikmati sistem yang dianut
Sebagaimana penjelasan sebelumnya, hidup memang merupakan proses untuk mencapai tujuan. Ada tujuan spesifik yang bersifat triggering atau memicu, ada juga tujuan lain yang bersifat jauh lebih dalam mengenai pembentukan karakter atau identitas yang diinginkan.
Masing-masing dipegang oleh setiap individu, baik mereka yang dapat dikatakan berhasil maupun gagal atau menyerah. Itu berarti, memiliki tujuan bukanlah faktor utama yang menentukan kemampuan seseorang untuk sukses mempertahankan perubahan hidup.
Sebaliknya, teori atomic habits menjelaskan bahwa orientasi terhadap sistemlah yang menentukan apakah seseorang mampu bertahan dalam proses mematahkan kebiasaan buruk dan menggantinya dengan kebiasaan baik untuk meraih tujuan tertentu.
Nah, tahukah kamu? Sistem itu sendiri adalah susunan cara atau upaya yang dibentuk secara teratur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa lebih baik mencintai dan menetapkan kebahagiaan terhadap proses, ketimbang pada tujuan yang ingin diraih.
Jadi, tidak ada lagi istilah, "Once I reach my goal, I will be happy," melainkan "I am happy doing these routines simply to enjoy the current moment of making improvement."
3. Menganalisa kebiasaan melalui habit scorecard
Kamu telah mempelajari pentingnya memperhatikan sistem untuk berhasil mencapai tujuan yang kamu tentukan. Namun, bagaimana mungkin bisa kamu mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari tanpa mengindetifikasi kebiasaan mana yang efektif?
Mengapa dikatakan kebiasaan efektif? Karena sesungguhnya, kebiasaan baik dan buruk yang diyakini oleh setiap individu berbeda-beda berdasarkan tujuan yang juga berbeda-beda. Bahkan untuk orang kembar sekalipun tentu memiliki pola yang berbeda, lho!
Maka dari itu, lakukan proses identifikasi terlebih dahulu dengan memanfaatkan sebuah formula yang disebut habit scorecard. Formula ini dapat kamu susun dengan membuat daftar kebiasaan pagi hingga malam, dan memberi nilai positif (+), negatif (-), dan netral (=).
Contohnya seperti berikut:
- Bangun pagi (=)
- Memeriksa smartphone atau gadget (-)
- Berdoa atau meditasi (+)
Nah, contoh daftar di atas sangat jelas memperlihatkan kebiasaan mana yang mendukung maupun tidak mendukung resolusi tertentu, bukan? Jadi kamu pun tahu kebiasaaan mana yang sebaiknya dipertahankan dan kebiasaan buruk mana yang sebaiknya mulai dikikis.
4. Merencanakan secara spesifik
Pengetahuanmu akan kebiasaan yang efektif telah terbangun dengan baik. Namun, bagaimana pun juga, hasil yang didambakan hanya akan tercapai apabila kamu menyusun hasil identifikasi tersebut ke dalam sebuah sistem yang bersifat teratur dan spesifik.
Untuk melakukan, James Clear dalam teori atomic habits yang ditulisnya memperkenalkan setidaknya dua cara yang dapat kamu pertimbangkan. Mereka adalah formula sederhana yang disebut implementation intention dan habit stacking.
Pertama, implementation intention formula adalah strategi membangun sistem yang secara spesifik menghadirkan informasi terkait kapan dan di mana. Contohnya dapat dirancang dalam formula: "Saya akan melakukan (kebiasaan) setiap (waktu) di (tempat)."
Selanjutnya, habit stacking. Dengan turut memperhatikan waktu dan tempat, kamu dapat merancang strategi berdasarkan susunan dari satu kebiasan ke kebiasaan lainnya. Misalnya, "Setelah melakukan (kebiasaan), saya akan melakukan (kebiasaan)." Mengerti?
5. Membangun lingkungan yang mendukung
Kamu pasti sering sekali mendengar nasihat yang menggumamkan bahwa perubahan hidup mulai dari diri sendiri. Dengan kata lain, dibutuhkan kemauan pribadi serta keyakinan dan tekad yang teguh untuk benar-benar memulai langkah-langkah terkait.
Namun, dalam teori atomic habits, James Clear menemukan sebuah rincian studi yang membuktikan bahwa penempatan objek yang terlihat secara kasat mata di sebuah lingkungan memengaruhi seseorang untuk memulai dan mempertahankan kebiasaan baik.
Atas dasar itulah, mendekorasi kamar atau rumahmu sebaiknya dilakukan dengan tujuan mendukung proses perubahan gaya hidup. Sebagai contoh, jika kamu ingin membangun kebiasaan membaca, maka tempatkanlah buku-buku di meja atau rak yang terlihat jelas.
Kemudian, tetapkanlah fungsi setiap area untuk membangun hubungan intim antara lingkungan dengan rutinitas. Misalnya, meja belajar untuk membaca buku, sedangkan kasur untuk beristirahat. Selain bersifat triggering, cara ini membantu sikap disiplin.
Jadi, sekarang, kamu sudah paham mengenai metode atomic habits, kan? Pertanyaannya, kebiasaan buruk mana nih, yang siap kamu patahkan? Semoga resolusimu tercapai, ya!