Setiap hari, kita dihadapkan dengan tugas dan tanggung jawab, tetapi terkadang muncul saat-saat sulit untuk mengumpulkan motivasi. Tahukah kamu? Salah satu pemicunya adalah rasa malas akibat beberapa alasan yang memang manusiawi.
Meski begitu, sebagai orang dewasa, kita tidak mungkin membiasakan diri untuk menunda pekerjaan yang harus diselesaikan, bukan? Sebaliknya, diperlukan sikap professional dan pengelolaan emotional intelligence untuk memprioritaskan pekerjaan.
Pertanyaannya, apa solusinya? Melansir dari beberapa sumber, Popbela telah menyajikan 7 ajaran Jepang yang dapat membantumu menghancurkan rasa malas. Mari kita pelajari bersama, Bela!
1. Ikigai
Secara harfiah, istilah ikigai (生き甲斐) berasal dari kata iki yang berarti kehidupan dan gai yang berarti nilai. Dalam konteks ini, ikigai mengacu pada alasan alasan atau tujuan hidup seseorang dalam menjalani kesehariannya, mulai dari bangun pagi.
Tentu saja, alasan tersebut tidak selalu harus berhubungan dengan sesuatu yang besar, tetapi bisa dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana, seperti menikmati kegiatan perawatan kulit, sarapan pagi, perjalanan saat berangkat kerja, dan sebagainya.
Namun, perlu diingat bahwa ikigai membutuhkan keseimbangan dalam memadukan empat elemen utama dalam kehidupan manusia, yaitu keinginan besar atau passion, misi atau mission, keahlian atau vocation, dan profesi atau profession.
2. Kaizen
Semua orang mengharapkan suatu perubahan, tetapi seringkali hanya berfokuskan pada faktor eksternal. Padahal, konsep kaizen (改善) dari Jepang mengajarkan bahwa perubahan bisa terjadi apabila ada praktik memperbaiki diri dengan tindakan kecil secara bertahap.
Dengan begitu, seseorang akan lebih mudah untuk membangun kebiasaan-kebiasaan yang lebih baik. Tentu saja, kebiasaan positif memampukan seseorang untuk mengalahkan rasa malas dan sikap tidak bertanggung jawab, bukan?
Dalam rangka melakukannya, kamu pun tidak perlu memiliki motivasi dan niat yang kuat, tetapi cukup mengandalkan konsistensi dalam melakukan tindakan nyata. Istilahnya, sih, 1% usaha setiap hari akan menghasilkan 100% perubahan dalam waktu 3 bulan atau lebih.
3. Hara hachi bu
Sebuah filosofi Jepang yang dikenal sebagai hara hachi bu atau hara hachi bun me (腹八分目) memiliki hubungan erat dengan pola makan yang sehat. Melansir dari bluezone.com, filosofi ini tepatnya mengenai cara mengonsumsi makanan sehat sampai 80% kenyang.
Mengapa demikian? Diyakini bahwa makan secara berlebihan atau kekenyangan dapat memperlambat proses pencernaan. Dampaknya, seperti yang dilaporkan hellosehat.com, konsumsi makanan berlebihan dapat membuat otak menjadi lambat dalam berpikir.
Tentu saja, jenis makanan yang dikonsumsi sangat memengaruhi. Jika makanan yang dikonsumsi lebih banyak nasi atau karbohidrat, maka potensi lambat berpikir dapat terjadi. Maka dari itu, hara hachi bu menyarankan nutrisi seimbang dan sehat.
4. Ganbaru
Dalam buku Kamus Pemakaian Bahasa Jepang edisi bahasa Indonesia, Nomoto Kikuo (1988), istilah ganbaru (頑張る) diartikan sebagai berusaha sekeras-kerasnya dengan sabar sampai selesai. Maksudnya adalah melakukan hal dengan sabar, sungguh-sungguh, dan semangat.
Konsep ini adalah salah satu fondasi karakter orang Jepang yang dilestarikan dari kecil hingga dewasa. Tidak heran, mentalitas dan perilaku masyarakat Jepang identik dengan kebiasaan menyelesaikan tugas dengan penuh tanggung jawab sampai selesai.
Dengan kata lain, menerapkan konsep ganbaru akan mendorong seseorang untuk mengalahkan rasa malas. Sementara itu, konsep yang mengedepankan rasa sabar ini membantu meningkatkan kemampuan emotional intelligence.
5. Shosin
Dalam tradisi Budhisme Zen, ada konsep shosin (初心) yang turut dibudidayakan oleh masyarakat Jepang. Konsep ini menekankan sikap yang mau melepaskan semua pemikiran dan siap mengisinya dengan pelajaran baru sebagai seorang murid.
Dengan kata lain, konsep ini mengajarkan kita untuk membangun sikap rendah hati dan terbuka terhadap informasi baru. Dengan demikian, sikap keterbukaan ini akan membawa kita dalam pengembangan diri yang bermanfaat positif.
Untuk menerapkannya, ada tiga cara yang bisa dipertimbangkan, yaitu meminta nasihat, membaca buku untuk memperluas wawasan, melepas keinginan untuk menjadi selalu benar, dan mengambil waktu istirahat untuk merenung.
6. Wabi sabi
Salah satu konsep estetika Jepang yang menarik adalah wabi sabi (侘寂). Konsep ini mengajar seseorang untuk melihat keindahan dalam keadaan yang tidak sempurna, menghargai kesederhanaan, dan menerima bahwa semua hal bersifat sementara.
Dengan pemaham ini, kita dapat menghadapi tantangan hidup dengan pikiran yang lebih ringan dan segar. Lebih dari itu, konsep ini fokus pada kesederhanaan sehingga memusatkan perhatian pada hal-hal yang lebih penting.
Sebagai tambahan, konsep ini pun menjadi cara solutif untuk melawan budaya serba cepat dan menggantinya dengan melambat secara efektif. Tentu saja, kondisi malas dan kurang semangat akan lebih mudah diatasi dengan prinsip sederhana ini, bukan?
7. Shinrin yoku
Kehidupan masyarakat di era modern tertuju pada gaya hidup yang serba cepat, instan, dan melelahkan. Dibutuhkan konsep shinrin yoku (森林浴) yang mengajak kita untuk “memandikan” jiwa dan raga di tengah lingkungan alam yang tenang.
Kegiatannya sangat sederhana, yakni meluangkan waktu untuk mengunjungi hutan dan menikmati keindahan alamnya yang menenangkan jiwa. Hal ini dapat dilakukan dengan mengunjungi beberapa destinasi wisata alam di Indonesia.
Jadi, apakah kamu sudah siap untuk menerapkan 7 ajaran Jepang di atas guna menghancurkan rasa malas? Tentu saja, kamu harus menyesuaikannya dengan kebutuhanmu dan lakukan secara perlahan, ya, Bela!