Tidak terasa, perjuanganmu dalam meniti karier akhirnya berbuah manis. Mungkin, kamu baru saja mendapat promosi pekerjaan? Atau kamu dipercayakan sebuah side hustle yang cukup menguntungkan? Yang manapun itu, gajimu bertambah lebih besar, bukan?
Seketika, daftar kebutuhan dan keperluan sehari-hari hingga keinginan pribadi pun terasa mudah untuk direalisasikan. Tapi, lambat-laun, kamu pun kebingungan, kemana saja uang berjumlah besar tersebut pergi? Mengapa tidak ada aset maupun dana yang tersisa?
Jika kamu mempertanyakan hal tersebut, kamu jelas melakukan kesalahan finansial dalam mengatur keuangan. Kira-kira, kesalahan apa saja ya, yang telah kamu lakukan?
1. Kebiasaan belanja konsumtif
Kamu pasti tidak asing lagi dengan satu peribahasa yang berbunyi "besar pasak daripada tiang." Ironisnya, peribahasa ini justru menggambarkan penerapan keuangan yang sering terjadi dalam kehidupan seseorang saat mendapat pemasukan yang lebih banyak.
Ketika jumlah gaji bertambah, pengeluaran ikut bertambah. Bukan semata-mata karena kebutuhan hidup yang bersifat primer, melainkan belanja konsumtif yang tidak diperlukan. Alhasil, persentase belanja ikut bertambah tanpa menyisakan uang untuk ditabung.
Solusi:
Buatlah sistem budgeting yang memilah skala prioritas pengeluaran dalam bentuk persentase. Kemudian, pastikan jumlah uang untuk ditabung langsung dipindahkan ke dalam deposito, emas, atau tabungan saham. Baru deh, keluarkan uang untuk belanja!
2. Keamanan keuangan terbengkalai
Siapa yang tidak bersemangat ketika mendapat pemasukan yang cukup besar? Setidaknya mendapat dua hingga tiga kali UMR, langsung membuat kamu antusias, bukan? Namun, antusiasme ini bisa membuat seseorang terlena untuk hidup berfoya-foya.
Dampaknya, saat insiden atau penyakit kronis menimpa diri sendiri atau anggota keluarga, budget keuangan pun terancam. Pasalnya, belum dilakukan keamanan keuangan yang menjaga kondisi finansial. Seperti kata sebuah istilah, uang datang dan mudah pergi.
Solusi:
Pastikan kamu menyisihkan uang untuk registrasi dan setoran bulanan asuransi atau BPJS. Tahukah kamu? Nominal uang yang kamu setorkan akan berguna di kemudian hari. Tidak hanya untuk dirimu tapi juga segenap keluargamu.
3. Tidak ada dana darurat
Sebagaimana penjelasan pada poin ke-2, keamanan keuangan bersifat sangat penting untuk diperhatikan oleh kamu yang sudah mendapat gaji cukup besar. Namun, keamanan keuangan tidak hanya fokus pada asuransi, melainkan budget dana darurat.
Melansir dari Finansialku, seorang pakar perencana keuangan bernama Melvin M. berpendapat bahwa tabungan untuk dana darurat sebaiknya mencapai 6-12 x pengeluaran, atau 9-12 x pengeluaran khusus untuk sandwhich generation yang menyokongi keluarga.
Solusi:
Dalam proses budgeting, pastikan kamu mendahului proses menyisihkan uang untuk tabungan dana darurat. Jika belum terbiasa menabung, mulai dari kecil dan secara bertahap. Tapi pastikan kamu melakukannya secara konsisten untuk masa depanmu.
4. Menunda investasi
Seperti kata pepatah, rumput tetangga terlihat jauh lebih hijau. Tidak aneh, kamu bertanya-tanya, kenapa mereka bisa membeli aset berupa mobil hingga rumah? Kenapa aku yang sudah mendapat gaji besar masih belum menghasilkan aset apapun?
Itu artinya, kamu masih diam di tempat. Kamu hanya fokus dengan kesenangan hari ini, seperti berbelanja secara konsumtif. Belum ada sedikitpun tindakan yang memerhatiakn kebahagiaan jangka panjang, seperti berinvestasi. Entah karena malas atau takut coba, ya?
Solusi:
Setelah terbiasa dengan sistem budgeting dan memastikan keuanganmu sudah aman, lakukanlah investasi capital gain, yaitu investasi sejumlah uang untuk memperoleh untung lebih banyak. Tapi, pastikan kamu mempelajari aturan main investasi terlebih dahulu. Misalnya, investasi berupa tabungan saham atau emas.
Bagaimana Bela? Siap mulai mengatur finansialmu?