Era digital dengan segala fasilitas editan membuat kita selalu ingin tampak lebih sempurna dari apa yang kita punya dalam diri kita sekarang. Saat akan memposting foto di path atau instagram, kita berpikir dua kali, barangkali ada yang kurang di beberapa bagian wajah kita. Alhasil aplikasi edit foto jadi andalan, lalu pertanyaan besarnya adalah "haruskan kita menjadi sesempurna hasil editan foto itu?". Jawabannya adalah TIDAK! Ini alasannya...
Mereka yang ingin tampak sempurna selalu melihat seseorang pertama kali dari tubuhnya, langsing atau tidak. Yang langsing dicap lebih sempurna daripada yang tidak karena sudah berhasil mengikuti standar sempurna yang dibicarakan dunia. Padahal mereka yang merasa senang atas kelangsingnnya sudah banyak menderita, tak ada makanan lezat sekelas rendang yang bisa mereka nikmati. Lalu dimana letak kebahagiaannya?
Demi bisa secantik Taylor Swift, kita harus rela melihat youtuber yang mengklaim dirinya bisa jadi mirip Taylor. Alih-alih menjadi mirip Taylor dan mudah menggaet pria, kita justru akan mengurangi jatah tidur kita di pagi hari. Berhentilah ingin menguasai teknik-teknik makeup spektakuler yang bisa mengubah wajahmu 180 derajat. Cobalah untuk mensyukuri wajah alamimu sesekali.
Kita semua tahu bahwa banyak lelaki di negeri kita ini yang mendapuk Dian Sastro sebagai perempuan dengan kecantikan yang berkelas tinggi. Untuk menjadi Dian Sastro waktu yang kamu butuhkan akan lebih dari satu hari. Kita berbeda garis start dengan Dian Sastro, dari pada mengejar Dian Sastro di lintasannya, kenapa kita tidak berusaha memenangkan pertandingan di lintasan kita sendiri saja?
Orang-orang di sekitar kita memang selalu dan akan selalu menekan kita bagaimanapun wujud kita. Entah kita sudah berubah atau belum, komentar mereka tidak akan berbeda, selalu ada saja kekurangannya. Daripada menuruti tuntutan sekitar, melanggarnya dan menjadi dirimu sendiri yang kamu cintai akan sangat jauh lebih menyenangkan. Biarlah anjing menggonggong dan kafilah tetap berlalu.
Setiap orang memiliki standar kesempurnaannya sendiri jadi tak seharusnya kita menggunakan standar yang dibuat orang lain untuk mengukur diri kita. Cintailah apa yang ada dalam diri kita karena setiap orang pasti diciptakan spesial dalam hidupnya. Walaupun kita bukan yang tercantik, mungkin kita yang terpintar, terbaik, terajin, atau ter-ter yang lain. Jika kamu sudah punya alasan untuk mencintai dirimu, orang lain pun akan menemukannya.
Ketika kamu terlalu fokus mendapatkan kesempurnaan maka kamu akan menemui berbagai macam kendala untuk memperoleh kesuksesan. Fokusmu tidak lagi pada seberapa sukses kamu melainkan seberapa sempurna dirimu. Ada banyak hal baik yang akan kamu lewatkan hanya demi sebuah kesempurnaan. Daripada berjibaku pada hal-hal yang tidak menentu, harusnya kamu lebih mengutamakan kesuksesanmu.
Sebuah kesempurnaan mustahil kita dapatkan di dunia, entah dari sudut manapun kita melihatnya selalu ada saja kekurangan yang akan kita temukan. Jika sudah tahu seperti ini, untuk apa kita masih mengejarnya? Move on yuk Bela, ke hal-hal yang lebih jelas dan berguna dibandingkan hanya mengejar bayang-bayang semu kesempurnaan yang mustahil kita dapatkan. Love your imperfection and you'll build your own perfection :))
