Menabung menjadi salah satu kegiatan finansial yang sedang digencarkan oleh banyak orang. Sebenarnya, sudah sedari dulu, sih. Namun karena situasi perekonomian yang sedang nggak stabil akibat pandemi, banyak yang kemudian menyadari bahwa menabung itu penting, lebih penting dari membeli segelas kopi kekinian setiap harinya.
Ada banyak nasihat dari orangtua, saudara, teman, mengenai cara menabung yang efektif. Namun, apa benar hal tersebut efektif? Melansir dari Bustle, para ahli keuangan mengungkapkan bahwa ada mitos yang selalu kita dengar, yang berkaitan dengan menabung. Apa saja?
1. "Sebagian orang memang nggak dapat menabung"
Memang ada sebagian orang yang secara alamiah sulit untuk menabung. Namun, nggak ada satu orang pun yang nggak dapat menabung. Selalu ada kesempatan untuk belajar cara menabung. Pertama, bangun hubungan yang baik dengan uangmu. Buat jadwal rutin untuk fokus memikirkan area keuangan yang ingin kamu perbaiki. Sama halnya dengan menjalin hubungan asmara, kamu juga harus membuat waktu untuk menjaga hubunganmu dengan uangmu. Jadwalkan secara rutin dan kamu akan melihat perubahan positif seiring kamu dapat mengendalikan keuanganmu.
2. "Kondisi keuangan nggak stabil, aku nggak dapat mengontrol finansialku"
Dalam situasi pandemi seperti ini, misalnya, memang rasanya sulit untuk mengendalikan kondisi keuanganmu. Terutama ketika sedang mencari pekerjaan, atau khawatir terancam pemutusan hubungan kerja. Meski begitu, ahli keuangan berpendapat kalau kamu sebenarnya tetap dapat mengendalikan keuanganmu, bahkan di situasi tersulit sekalipun.
Ada beberapa alternatif yang dapat kamu coba lakukan, seperti pindah ke rumah orangtua jika kamu tinggal sendiri sehingga dapat mengurangi biaya sewa atau biaya pengeluaran sehari-hari, negosiasi bunga pada utang yang kamu miliki, mengambil pekerjaan tambahan di luar pekerjaan utama. Dengan cara ini, kamu dapat mengendalikan situasi keuanganmu dengan lebih baik.
3. "Ketika punya penghasilan yang banyak, artinya aku punya banyak uang"
Secara teknis, ini benar. Namun, para ahli mengatakan kalau cara terbaik untuk memiliki tabungan adalah membangun kebiasaan finansial yang baik, terlepas dari berapa pun penghasilanmu. Sebab, sebagian orang yang mulai memiliki penghasilan lebih banyak, umumnya akan mengeluarkan lebih banyak karena merasa gajinya cukup untuk membayar lebih.
Secara teori, memiliki penghasilan lebih banyak artinya kamu dapat menabung lebih banyak. Namun sayangnya, nggak semua orang menerapkan konsep ini. Inflasi gaya hidup menjadi fenomena yang akan dialami seseorang ketika mengalami kenaikan penghasilan. Jadi ketika penghasilannya naik, ia akan meningkatkan pengeluarannya dalam gaya hidup. Cara menghindari hal ini? Tetapkan nominal uang yang akan kamu keluarkan setiap bulan dan tabung sisanya.
4. "Jangan menggunakan kartu kredit"
Beberapa ahli keuangan menyarankanmu untuk berhenti menggunakan kartu kredit. Meski benar kartu kredit tersebut bukan alternatif yang baik, dapat menggunakannya secara bijaksana mampu mengubahnya menjadi alat pembayaran yang pintar. Misalnya, gunakan kartu kreditmu untuk membeli kebutuhan pokok dan hindari menggunakannya untuk kebutuhan sekunder atau tersier, seperti liburan atau membeli sepeda. Dengan begitu, kamu nggak akan terjebak dalam utang akibat pemakaian kartu kredit yang berlebihan.
5. "Kamu nggak bisa merencanakan masa depan ketika memiliki utang"
Utang dapat membuatmu merasa tertahan untuk melakukan apapun. Meski bagus untuk berencana membayarnya, namun jangan menahan rencana hidupmu sampai semua utang terbayar lunas. Para ahli mengatakan kalau memiliki sedikit utang akan membantu masa depan keuanganmu. Namun, bukan berarti kamu nggak bisa menabung karena sibuk membayar cicilan.
Tetapkan budget-mu dan fokus pada pembayaran utang, menabung, atau hiburan. Tiap-tiap pribadi memiliki situasi yang berbeda, jadi pertimbangkan kebutuhan yang paling masuk akal secara keuangan dan psikologis.
6. "Hal yang kamu butuhkan adalah niat untuk menabung"
Secara teori, niat adalah hal yang sederhana. Namun kenyataannya, ketika memiliki hari yang buruk dan ada diskon menggoda di depan mata, niat itu menjadi hal yang sulit timbul dalam diri. Ketimbang menggerutu dan berusaha nggak membeli keinginanmu, strategi terbaik adalah mencari tahu hal yang mendorong kebiasaanmu berbelanja. Artinya, kamu harus memeriksa dirimu sendiri ketika merasa ingin berbelanja. Apa yang kamu rasakan saat ini? Apa berbelanja membuatmu merasa lebih baik? Luangkan waktu untuk mencari tahu hal-hal tersebut dan buat alternatif untuk meredakan stimulasi tersebut.
Mungkin kamu dapat membeli barang yang lebih murah dari yang ingin kamu beli. Mungkin kamu dapat memanggil teman atau mengikuti kelas yoga online, atau mungkin memberikan dirimu sendiri sejumlah uang sehingga kamu dapat membeli apa pun tanpa merasa bersalah.
7. "Selalu mencari penawaran terbaik"
Sulit untuk nggak melirik diskon, setuju? Namun, cara terbaik adalah menentukan jika kamu membutuhkan benda tersebut atau nggak. Para ahli menyarankan untuk memanfaatkan diskon secara pintar. Beli hanya ketika barang yang kamu butuhkan sedang diskon, dan simpan uang yang menjadi nominal pembeda (antara harga asli dengan harga diskon) ke dalam tabungan.
Itulah beberapa mitos yang selalu kamu dengar, yang berkaitan dengan mengelola keuangan. Yuk, mulai hubungan yang baik dengan uangmu, bijaksana dalam mengeluarkan pendapatanmu dan menabung untuk masa depan yang lebih baik. Ingat, kamu tetap bisa menabung dan mengendalikan situasi keuanganmu, sekalipun sedang dalam situasi sulit!