Kamu pasti pernah dengar kan mitos yang menyebutkan bahwa anak pertama biasanya bersifat ambisius, pekerja keras, dan bertanggung jawab. Anak terakhir kebanyakan bersifat pemberontak, kreatif, dan mudah bergaul. Sementara itu anak tengah biasanya easy going, terbuka terhadap berbagai hal baru, dan lebih dekat dengan teman-temannya daripada dengan keluarga. Dari gambaran yang umum ini, kamu si anak sulung diprediksi akan jadi lebih sukses dan berhasil dalam karier karena terdorong untuk menjadi teladan bagi adik-adikmu. Selain itu anak sulung biasanya lebih disiplin dan berwibawa sehingga orang dengan mudah menghormatimu di kantor. Tapi ternyata penelitian berkata lain lho, Bela. Ini penjelasannya.
University of Illinois membuktikan bahwa tak ada hubungan langsung antara urutan kelahiran dan kesuksesan. Begitu juga dengan hasil penelitian yang dipublikasikan oleh University of Leipzig dan Johannes Gutenberg University of Mainz. Walaupun anak pertama memang memiliki tingkat IQ yang sedikit lebih tinggi daripada adik-adiknya, hal tersebut tak lantas menjamin keberhasilan dalam studi dan kariernya.
Para peneliti dari universitas-universitas tersebut telah melakukan studi terhadap puluhan ribu siswa dan orang dewasa, dan ternyata anak sulung tak menunjukkan kinerja dan kepribadian yang lebih baik dari anak-anak kedua dan seterusnya. Tapi bukan berarti mereka tak bisa lebih sukses dari saudara-saudaranya yang lebih muda lho, Bela. Hal ini hanya menunjukkan bahwa urutan kelahiran secara biologis bukanlah sebuah faktor penentu kesuksesanmu. Banyak faktor lain seperti kondisi sosial dan harapan pribadi orang tua yang lebih memengaruhi jalanmu menuju pencapaian.
Nah, jadi kamu jangan percaya dengan mitos-mitos yang menyebutkan bahwa anak sulung biasanya lebih pandai dan berhasil dari adik-adiknya. Tak selalu begitu, kok. Kamu si anak kedua, ketiga, dan seterusnya juga punya kesempatan yang sama untuk meraih kesuksesan meskipun kalian dibesarkan dengan ekspektasi dan cara yang berbeda.
Jadi sekarang kamu tak lagi bisa menggunakan alasan, "Wajar saja kakakku lebih sukses, dia kan anak pertama!", "Tak apalah kalau aku tak sebaik kakakku, anak bungsu kan memang biasanya tak akan seberhasil anak sulung," atau, "Sudahlah, buat apa aku berusaha segitunya. Toh hanya anak sulung yang nanti akan berhasil membanggakan orang tua,". Untuk kamu si anak sulung, jangan sampai kamu jadi bersantai-santai karena menganggap bahwa kesuksesan akan datang secara otomatis padamu, ya.