Setiap tahunnya, terutama di penghujung tahun, Jepang selalu diguyur dengan salju putih yang lembut pada musim dingin. Pergantian musim rutin ini tentu menyentil para ilmuwan Jepang untuk berinovasi menciptakan listrik bertenaga salju.
Apalagi kuantitas salju di Jepang selalu berlebih, akibat lebatnya badai salju di setiap tahunnya. Hal ini juga tentu menjadi perhatian bagi peneliti di Jepang untuk menggali lebih lanjut kemungkinan salju dapat menjadi alternatif listrik.
Lalu bagaimana proses penelitiannya? Apakah ada peluang salju bisa menjadi listrik ramah lingkungan di masa depan? Yuk, simak artikelnya!
Proses uji coba dengan uap udara
Seiring berjalannya waktu, bumi semakin tua. Begitu juga dengan sumber energi terbatas yang semakin menipis setiap tahunnya. Karena itu, para peneliti di Jepang berputar otak untuk mengantisipasi potensi kekurangan bahan bakar di negara itu dengan mencari sumber daya pembaharuan.
Mengutip Kyodo, Kota Aomori yang menjadi langganan hujan salju yang lebat setiap tahunnya, sehingga memicu ide untuk uji coba kelayakan salju dalam menghasilkan energi listrik. Pengujian ini mencakup banyak faktor, salah satunya dengan memanfaatkan perbedaan suhu antara salju yang tersimpan dan udara di sekitarnya.
Proses uji coba ini dilaksanakan oleu start-up lokal Forte Co., dan University of Electro-Communication di Tokyo, di sebuah gedung sekolah dasar yang terbengkalai pada Desember 2022. Dalam proyek tersebut, para peneliti mencoba membangkitkan turbin dengan mengandalkan energi yang berasal dari cairan yang didinginkan dengan salju yang tersimpan dan diuapkan oleh panas udara di sekitarnya.
Selain ramah lingkungan, minim risiko dan biaya, pemanfaatan salju sebagai energi listrik menjadi perhatian di kalangan peneliti untuk terus diupayakan.
Jumlah salju di Jepang selalu meningkat
Uji coba kelayakan energi listrik bertenaga salju ini tak hanya ramah lingkungan saja. Tetapi juga sebagai bentuk untuk mengurangi jumlah salju yang membeludak setiap tahunnya. Di Aomori, petugas kebersihan Jepang rutin membuang salju dengan berat hingga berton-ton ke lautan bebas.
Pada prosesnya, pemindahan salju ini membutuhkan dana yang sangat besar dan tentu membuat anggaran negara semakin membengkak. Bahkan pada Maret 2022, biaya pemindahan salju meledak hingga mencapai 5,9 miliar yen atau sekitar Rp695,72 miliar setelah hujan salju lebat.
Sebagai alternatif sumber energi ramah lingkungan
Uji coba kelayakan salju sebagai energi listrik ini tentu menjadi angin sejuk bagi peradaban manusia. Bagaimana tidak, jika uji coba ini menghasilkan kabar positif, tentu lapisan masyarakat bisa menikmati listrik dengan biaya murah, aman, serta ramah lingkungan. Apalagi listrik berpengaruh besar yang dapat menyosong aktivitas dan kegiatan industri sehari-hari.
Sayangnya, uji coba ini tentu tak mudah dan menjadi tantangan tersendiri, mengingat minimnya fasilitas turut mempengaruhi keberhasilan eksperimen ini. Menurut Forte, beberapa kesulitan ini meliputi kebutuhan fasilitas berskala besar untuk menyimpan salju serta mengamankan udara panas selama musim dingin.
Walau salju menjadi sumber energi yang murah dan mudah ditemukan, tetapi proses uji coba kelayakannya sebagai tenaga listrik tentu membutuhkan biaya yang sangat mahal untuk merealisisasikannya.
Semoga kabar baik datang dari uji coba satu ini ya, Bela. Mengingat bumi sudah semakin sepuh dan membutuhkan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan.