Bicara soal Jepang, biasanya masyarakat internasional lebih familiar dengan teknologi mutakhir, pesona wisata yang menakjubkan, serta prospek karier yang maju. Namun, ternyata Jepang adalah salah satu negara dengan industri pornografi terbesar di Asia.
Pandangan industri ini nyatanya masih banyak dipandang sebelah mata sebagai industri amoral. Padahal, realitas bahwa bisnis pornografi turut andil dalam menyumbang kemajuan ekonomi di Jepang.
Seberapa maju industri pornografi di Jepang?
Industri film porno Jepang telah berkembang pesat sejak 1990-an. Jepang terkenal akan produksi video pornografi bertajuk Japan Adult Video (JAV). Berbanding terbalik dengan sedikitnya penduduk negara ini, bisnis JAV ini tergolong sukses dan cukup maju dalam menghasilkan cuan besar.
Turut andilnya pemerintah Jepang dalam mengatur Undang Undang Industri Pornografi, membuat bisnis video biru ini legal dan sah secara hukum.
Mengutip INF News, industri pornografi telah menyokong ekonomi Jepang dengan pendapatan sebesar US$70 miliar atau sekitar Rp1 triliun per tahun.
Faktor suksesnya bisnis pornografi di Jepang
Melansir dari laman Stanford University, Frederick S. Lane, penulis Obscene Profits: The Enterpreneurs of Pornography in the Cyber Age (2000) menyatakan bahwa ada empat faktor yang membuat industri pornografi sukses besar.
Pertama, taktik pemasaran terbuka yang menargetkan seluruh lapisan kalangan dengan ketertarikan seksual yang beragam. Walau moralitas akan sajian fetishnya masih dipertanyakan, nyatanya bisnis pornografi Jepang mudah diterima dan disukai banyak orang.
JAV telah memproduksi setidaknya ratusan video dalam sehari, yang mencakup banyak fetish dengan pemeran yang berbeda-beda. Tak jarang premis JAV diadaptasi dari animasi atau manga hentai yang populer, membuat baik penonton Jepang maupun internasional terpikat untuk menyaksikannya.
Kedua, pemasangan iklan dalam industri esek-esek ini juga berperan besar dalam memperkenalkan JAV ke kancah internasional. Ketiga, kerjasama yang solid dengan pelaku pornografi yang lain juga turut andil menyumbang kesuksesan pornografi Jepang. Seringkali rumah produksi pornografi Jepang bekerja sama dengan situs dewasa dalam menayangkan video panas tersebut.
Dan terakhir, memainkan perkembangan teknologi untuk menggarap video pornografi yang sinematik menjadi cara cerdas agar adegan seksual di dalamnya lebih menarik untuk ditonton.
Berapa jumlah video JAV yang telah diproduksi?
Setidaknya ada 4.500 judul baru JAV yang rilis setiap bulannya, baik dalam bentuk fisik berupa kaset DVD atau digital yang bisa disaksikan secara streaming. Jika dihitung, setidaknya ada ratusan ribu video JAV yang tersebar di seluruh dunia.
Terlepas dari dahsyatnya video panas yang dihasilkan, nyatanya hanya ada 70 aktor JAV yang bekerja di industri ini. Angka ini sangatlah jomplang dengan jumlah aktrisnya yang mencapai 10.000 orang.
Selain itu, gaji para aktor maupun aktris sangat tinggi dengan angka yang fantastis. Eimi Fukada, salah satu aktis JAV populer mengaku mendapat gaji sekitar 15 juta Yen atau Rp 16 miliar per tahun.
Bisnis pornografi Jepang tak mencakup JAV saja
Selain JAV, Jepang juga punya produk pornografi lainnya yang tak kalah populer. Di antaranya adalah animasi pornografi atau populer dengan hentai anime, erotic doujinshi, komik porno atau hentai manga, serta eroge atau erotic games.
Pemasaran produk pornografi di atas berbeda dengan JAV. Untuk paper-based pornography seperti hentai manga dan erotic doujinshi, biasanya dijual dalam acara pop-culture seperti Comiket, bazaar Pop-Culture terbesar di Jepang. Tak jarang juga versi digitalnya dijual bebas dalam forum jual beli di internet, seperti Amazon JP.
Sedangkan anime hentai dan eroge sendiri banyak dijual dalam bentuk DVD/CD di toko-toko film atau anime di Jepang. Namun, kartun panas ini juga bisa dibeli secara daring melalui situs jual beli di internet.
Suramnya industri pornografi di Jepang
Di balik suburnya industri video panas ini, tersimpan sisi kelam yang melibatkan banyak perempuan di dalamnya. Mereka yang berlakon sebagai aktris panas tersebut, sering kali mendapat perlakuan buruk berupa kekerasan seksual, eksploitasi, serta diperlakukan sebagai objek seksual.
Masalah finansial atau paksaan dari pihak lain menjadi alasan bagi para aktris ini untuk mengambil jalan instan sebagai bintang porno. Mirisnya lagi, para aktris film panas ini seringkali ditekan secara psikologis dan emosional yang besar dalam melakukan adegan yang tidak mereka inginkan.
Undang-Undang Industri Pornografi semakin dipertegas
Meski secara hukum industri pornografi sah di Jepang, tapi nyatanya legalitasnya masih dalam zona abu-abu. Di bawah pengawasan ketat, pemerintah Jepang mengesahkan undang-undang untuk melindungi para artis di industri pornografi dari kekerasan seksual, pemaksaan, dan eksploitasi.
Dalam undang-undang yang diprakarsai oleh politikus Shiomura Ayaka itu, setiap perusahaan produksi film porno wajib untuk menandatangani kontrak dengan para artis beserta mengklarifikasi apa yang diharapkan dari mereka selama pengambilan gambar. Hukum ini juga mengatur akan batas umur para pemain pornografi serta pemberian sensor pada adegan ranjang dalam video panas tersebut.
Tak disangka, pengesahan undang-undang pornografi ini mendapat reaksi keras karena dianggap dapat menyebabkan penurunan pendapatan bagi para pemain. Namun, sebagian menganggap bahwa undang-undang ini merupakan langkah dalam melindungi perempuan dari eksploitasi seksual, terutama bagi remaja perempuan dan anak di bawah umur yang menjadi sasaran empuk industri ini.
Melihat besarnya industri pornografi di Jepang, bagaimana pendapatmu, Bela?