Dunia sosial media sedang dihebohkan dengan video unggahan seorang perempuan di TikTok yang seolah menjabarkan kehidupan masyarakat kelas menengah di Jakarta. Video diawali dengan seorang perempuan yang sedang sarapan sehat dengan campuran yogurt, blueberry, dan sarang walet. Lanjut, ia memasak dan membersihkan rumah dengan alat pembersih canggih sembari yoga dan membuat kopi dengan mesin espresso terkini.
Konten tersebut tentu menuai runtukan negatif dari warganet lantaran dianggap mencari sensasi dan minim empati terhadap kaum menengah sesungguhnya. Apalagi konten tersebut diunggah ketika perekonomian dan kebutuhan hidup sedang meroket-roketnya.
Fenomena ini dianggap sebagai flexing, memamerkan sesuatu dengan merendah atau dikenal sebagai humblebragging oleh warganet. Lalu, apa sih humblebragging itu? Mengapa seseorang melakukan humblebragging? Apakah ada efek psikologis dari fenomena itu?
Kali ini Popbela akan mengupas tuntas mengenai humblebragging. Penasaran? Keep scrolling ya, Bela!
Pengertian 'humblebragging'
Humblebragging menjadi istilah cukup populer di jagat media sosial dan sering dibicarakan banyak orang.
Menyadur Kamus Cambridge, humblebrag adalah sebuah sikap ketika seseorang tampak mengeluh atau merendah akan sesuatu yang dibanggakan, seperti kekayaan, jabatan, atau pencapaian. Namun sebenarnya memiliki maksud untuk menunjukkan pencapaian itu ke orang lain yang sebenarnya palsu dan tidak tulus.
Pelaku humblebragging melakukan ini agar mendapatkan rasa hormat dan membuat orang lain terkesan. Tetapi, riset Journal of Personality and Social Psychology memaparkan bahwa humblebragging kini tak lagi mempan lantaran semua orang menyadari tujuan dari sikap pamer yang terkadang bikin geram ini.
"Ini adalah fenomena umum. Kita semua mengenal beberapa orang dalam hidup kita, baik di media sosial atau di tempat kerja, yang melakukan hal menjengkelkan ini,” ungkap penulis studi Ovul Sezer, asisten profesor perilaku organisasi di Sekolah Bisnis Kenan-Flagler, University of North Carolina (AS).
Riset ini juga memaparkan bahwa perilaku humblebrag cukup menjamur di masyarakat. Dari 646 orang yang disurvei, 70 persennya mengakui pernah mengalaminya.
Alasan seseorang melakukan humblebragging
Pelaku humblebragging melakukan ini tentu bukan tanpa alasan. Mereka bertujuan untuk mendapat pujian, simpati atau validasi dari orang lain, namun terkesan rendah hati. Berbeda dengan sombong yang merendahkan orang lain agar terkesan superior, humblebragging justru merendah untuk meroket dengan mengungkapkan sesuatu yang bertolak belakang dengan niat sebenarnya.
Menyadur Iflscience, Ovul Sezer, seorang ilmuwan bidang perilaku di University of North Carolina, Chapel Hill menjelaskan bahwa humblebragging memang secara profesional mungkin perlu dilakukan, tetapi secara sosial hal ini sangat dibenci.
Humblebragging juga memiliki dampak negatif, baik bagi pelaku maupun pendengar. Pelaku humblebragging akan dianggap sebagai pribadi yang palsu dan tak tulus. Fenomena ini kerap terjadi di sekitar kita, misal dalam circle pertemanan, lingkungan kerja, sekolah, bahkan keluarga.
Humblebrag terus menerus akan membuatmu rentan disisihkan dan dibenci serta dianggap tidak memiliki kepekaan sosial oleh banyak orang. Sedangkan dari sisi pendengar, humblebragging akan menyakiti orang lain dan timbul rasa insecure yang berlebih. Rasa insecure inilah yang akan menumbuhkan rasa rendah diri dan kerap membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
Ciri-ciri dan contoh kalimat 'humblebragging' yang mudah dikenali
Tipe pamer terselubung ini sangatlah mudah dikenali lewat kalimat-kalimat tertentu yang dilontarkan. Ciri khas humblebragging adalah senang mengatakan suatu hal secara terus menerus yang disisipi dengan sikap yang "rendah diri".
Contohnya, “Kok bisa ya aku diterima di universitas terbaik, padahal aku jarang belajar”, atau “Kenapa selalu aku yang diandalkan bos, padahal masih banyak orang lain di kantor”, atau seperti “Wah mukaku kok tumben nggak jerawatan, padahal nggak pernah pakai skincare”.
Alih-alih membuat kagum, kalimat di atas justru membuat orang lain menganggap pelaku humblebragging sebagai pribadi tak tulus dan haus akan validasi.
Karena itu, dalam bergaul atau bersosialisasi, sebaiknya bersikap apa adanya dan sewajarnya saja. Tak perlu memperlihatkan pencapaian kita secara berlebihan ke orang lain demi mendapat pengakuan. Cukup menunjukkan potensi diri kita yang dibarengi sikap rendah diri dan tetap menerbarkan kebaikan, maka otomatis orang-orang di sekitar akan menghargaimu.