"Berapa banyak gajimu dalam sebulan?" Pertanyaan macam ini sudah pasti sangat jarang diungkapkan. Sebab, di Indonesia sendiri pertanyaan mengenai gaji memang masih tabu. Apa kamu juga selalu merasa sungkan ketika menanyakan hal serupa bahkan kepada sahabatmu sendiri, Bela? Atau bahkan kepada rekan kerja di kantor yang sama? Tapi kalau misalnya rekan kerjamu mendapatkan gaji dua kali lipat lebih banyak dibanding milikmu, padahal dia tak nampak mendapat proyek apapun, bukankah kamu juga layak tahu? Berikut alasan, mengapa transparansi gaji justru baik bagi karyawan.
Ada hubungan antara transparansi gaji dengan kolaborasi atau kerjasama karyawan
Sebuah riset dilakukan oleh Elena Gitter, asisten profesor di
Cornell University dan Peter Bamberger dari
Tel Aviv University. Mereka menemukan, bahwa ketika ada
transparansi gaji, karyawan bisa bekerjasama dengan lebih efisien. Hal ini bisa terjadi karena jika karyawan saling tahu, siapa digaji berapa, saat membutuhkan bantuan mereka dapat memintanya pada orang yang tepat. Dengan kata lain, informasi gaji memberi para karyawan cara untuk mengenali seberapa terampil kolega kerja mereka. Hasilnya, mereka jadi lebih mudah mencari bantuan kala membutuhkan.
Transparansi gaji juga akan membuat karyawan bekerja lebih keras lagi
Riset lainnya menyebut, bahwa ketika mereka dapat membandingkan gaji dengan rekan kerja yang lain, maka karyawan dapat bekerja lebih keras dan produktif. Tujuan mereka bekerja lebih giat hanya satu, agar gaji atau pendapatannya bisa terus dinaikkan. Untuk itulah, pepatah yang mengatakan bahwa pengetahuan adalah kekuatan nampaknya sangat tepat digunakan dalam kasus ini. Dengan adanya transparansi, dengan kamu mengetahui berapa gaji yang didapat rekanmu, akan membantumu mengetahui nilai dirimu yang sebenarnya di kantor.
Merahasiakan gaji dapat berdampak buruk bagi perusahaan
Merahasiakan gaji atau meniadakan transparansi akan membuat perusahaan menyesal karena tak dapat mempertahankan para karyawannya. Di Amerika Serikat, perusahaan rintisan teknologi seperti Buffer dan SumAll, hingga perusahaan besar seperti Whole Foods sudah mempraktikkan transparansi gaji. Perusahaan-perusahaan ini membuka akses data gaji dan kinerja seluruh karyawan dalam jaringan perusahaan, dan hasilnya memang memuaskan. Setelah karyawan mengetahui gaji masing-masing, kemudian mereka akan terlibat dalam percakapan produktif seputar bagaimana memperbaiki kinerja individu agar gajinya bisa naik menyamai rekannya yang lebih produktif.
Masih ada saja perusahaan yang ingin mendapatkan karyawan berkualitas dengan gaji seminimal mungkin
Mirisnya, hal macam ini memang masih kerap terjadi. Perusahaan mana sih yang tak mengincar keuntungan? Kalau perusahaan bisa mendapatkan karyawan dengan talenta bagus dengan harga lebih murah, maka dewan direksi akan bersorak. Ya, sistem perekrutan karyawan di beberapa perusahaan memang masih terlampau kejam. Transparansi gaji di Indonesia jadi semakin penting karena negara kita belum memiliki data mengenai rata-rata gaji untuk suatu posisi di sebuah perusahaan. Berbeda dengan di Australia misalnya, sudah ada kalkulator online resmi yang memberikan perkiraan gaji yang sesuai berdasarkan daerah, perusahaan, pengalaman, dan edukasi.
Transparansi penting untuk meyakinkan karyawan bahwa perusahaan punya sistem kompensasi yang adil
Kalau perusahaan sudah mencitrakan sesuatu hal yang baik di awal, bisa jadi si karyawan akan menjadi loyal. Sebaliknya, sikap perusahaan yang merahasiakan gaji justru jadi semacam perilaku yang dapat memupuk diskriminasi. Meski membicarakan perihal gaji masih nampak rumit dan sensitif, namun kesimpulan dari beragam penelitian menghasilkan sesuatu yang baik jika perusahaan-perusahaan benar-benar melakukannya. Kerahasiaan gaji dapat mencederai kinerja karyawan.
Menurutmu bagaimana, Bela? Mengetahui nominal gaji orang lain bisa meningkatkan semangat kerja atau justru memicu kecemburuan sosial?