Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Begini Nasib Pekerja Seks di 3 Negara Saat Wabah Virus Corona

Pemerintah belum menjamin bantuan untuk mereka

Rosa Folia

Orang-orang yang berprofesi sebagai pekerja seks tergolong kelompok rentan saat wabah virus corona. Di berbagai negara, pusat-pusat hiburan dewasa banyak yang sudah dilarang beroperasi demi menekan laju penyebaran virus tersebut.

Namun, nasib dari mayoritas pekerja seks masih terkatung-katung. Kebanyakan pemerintah tidak memasukkan mereka ke dalam kategori orang terdampak COVID-19 yang layak menerima bantuan keuangan. Awalnya berada di pusat prostitusi legal, mereka akhirnya terpaksa berkeliaran di jalan untuk mendapatkan penghasilan.

1. Pemerintah Mexico City meluncurkan program khusus bagi para pekerja seks

ANTARA FOTO/REUTERS/Gustavo Graf

Prostitusi di Mexico City tergolong sebagai profesi legal. Dalam situasi normal, para pekerja seks bisa bekerja dari pusat-pusat hiburan atau hotel-hotel tertentu. Setelah banyak bisnis non-esensial yang ditutup, mereka pun kebingungan. Seperti dilaporkan Bloomberg, pemerintah pun meluncurkan Programa Orquidea.

Para pekerja seks bisa mendapatkan kartu khusus yang digunakan untuk membeli makanan dan obat-obatan. Dalam beberapa hari terakhir, mereka terlihat mengantre untuk menjadi peserta program tersebut. Salah satu pekerja seks mengaku dirinya "takut bekerja, takut sakit, takut terinfeksi COVID-19" sehingga bantuan itu sangat bermanfaat.

Sedangkan parlemen di Republik Dominica membahas apakah para pekerja seks layak dibantu pemerintah. Salah satu anggota parlemen dari partai oposisi, Jacqueline Montero, menegaskan pentingnya untuk memasukkan mereka ke dalam daftar penerima bantuan, apalagi prostitusi di negara itu legal.

"Saya sangat khawatir terhadap populasi [pekerja seks]," ujar Montero kepada Reuters. "Sebagian besar dari mereka berada di tempat-tempat publik, jadi mereka lebih berisiko [tertular virus corona]." 

Menurutnya, pemerintah "perlu memberikan mereka semacam bantuan makanan agar setidaknya mereka bisa makan".

2. Pemerintah Jepang masih belum bisa memastikan apakah pekerja seks akan dapat bantuan

ANTARA FOTO/Kyodo/via REUTERS

Sementara itu, pemerintah Jepang masih gamang dalam memutuskan apakah para pekerja seks dan orang-orang yang menemani tamu-tamu di bar dewasa harus menerima bantuan. Sebelumnya, pemerintah mengumumkan bahwa para pekerja lepas yang tak mampu menjalankan pekerja sejak 27 Februari hingga 30 Juni bisa mendaftar untuk menerima uang Rp620 ribu per hari.

Namun, bagi para pekerja seks, situasinya lain. Pejabat Kementerian Kesehatan Jepang mengatakan prostitusi adalah bisnis ilegal sehingga mereka tak masuk ke dalam program bantuan pemerintah. 

"Di masa lalu, menjadi persoalan ketika subsidi diberikan kepada toko-toko yang berhubungan dengan sindikat kejahatan dan mereka yang beroperasi secara ilegal," kata pejabat tersebut, seperti dikutip The Japan Times.

Kelompok pendukung pekerja seks menilai ini tidak adil, terutama di tengah wabah. Dalam surat yang disampaikan minggu lalu, mereka menuntut pemerintah melindungi semua warga negara tanpa mendiskriminasi jenis pekerjaan. Yukiko Tsunoda, seorang pengacara hak perempuan, menilai tak dimasukannya pekerja seks dalam daftar penerima bantuan "seperti berkata kepada mereka untuk mati saja".

Minggu ini, pemerintah mengaku mempertimbangkan kembali keputusan tersebut. "Kami ingin meninjau kembali pedoman paket subsidi," kata Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga kepada parlemen pada Senin (6/4), seperti dikutip The Mainichi. Salah satu yang masih menjadi tantangan adalah karena para pekerja seks selama ini juga melayani preman-preman dari kelompok kriminal.

3. Pekerja seks di Thailand terpaksa ke jalanan untuk dapat pelanggan

ANTARA FOTO/REUTERS/Sooppharoek Teepapan

Sedangkan di Thailand, para pekerja seks di pusat-pusat hiburan malam dewasa di Bangkok dan Pattaya harus berkeliaran di jalan karena tempat mereka biasa mendapatkan pelanggan terpaksa ditutup. Diprediksi ada kurang lebih 3.000 pekerja seks yang terlunta-lunta karena tidak memperoleh penghasilan.

"Saya takut kena virus tapi saya butuh mendapatkan pelanggan agar saya bisa membayar tempat tinggal dan makan saya," kata Pim, seorang pekerja seks transgender berusia 32 tahun, kepada AFP. 

Ia mengaku telah lebih dari seminggu tak mendapatkan pelanggan. Temannya, Alice, mengatakan sebelumnya ia bisa mengantongi Rp4,9 juta sampai Rp9,7 juta per minggu. 

"Tapi ketika bisnis tutup, pendapatan saya juga berhenti. Kami melakukan ini sebab kami miskin. Jika kami tak bisa membayar hotel, mereka akan menendang kami keluar," tutur Alice. Sejak Jumat (3/4), Thailand sudah memberlakukan jam malam mulai pukul 22.00 sampai 04.00.

Pemerintah sendiri meluncurkan program bantuan kepada pengangguran selama tiga bulan ke depan. Masing-masing akan menerima Rp2,5 juta. Namun, muncul kekhawatiran bahwa program itu tidak akan mencakup para pekerja seks sebab mereka tak punya bukti formal yang menyatakan telah kehilangan pekerjaan.

Disclaimer: artikel ini sudah pernah tayang di laman IDNTimes.com dengan judul "Begini Nasib Pekerja Seks di 4 Negara Saat Wabah Virus Corona"

IDN Channels

Latest from Working Life