Memang belum bisa dipastikan bagaimana kebijakan ekonomi yang akan dibuat Donald Trump ketika ia resmi menjadi Presiden USA di Januari mendatang. Apalagi belum lama ini berhembus kabar kalau Donald Trump akan melancarkan "perang dagang" dengan Negara Cina dan siap menerapkan bea masuk impor produk China sebesar 45% ke Amerika, untuk melindungi produk dalam negeri AS dari serbuan produk China.
Dengan penuh keyakinan, rencara Trump diperkirakan bisa saja meningkatkan perekonomian AS yang belakangan ini memang mengalami kemunduran. Namun untuk meningkatkan perekonomian AS, Trump harus meluluhkan dan membuat para millennials (kelahiran 1980-2000) ikut mendukung dirinya. Apalagi CEO dari kaum millennials di US sudah banyak yang sukses dan berhasil membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang. So, secara tidak langsung, kaum muda tersebut sudah membantu perekonomian di US. Namun bagaimana jika Trump sama sekali tidak mendekatkan diri kepada para millennials?
Esquire.com
Seperti dilansir CNN, sebanyak 54 persen para milenial justru memilih Hillary Clinton, sedangkan sisanya memilih Trump. Para millennials enggan memilih Trump karena ia sempat menyatakan kalau perubahan iklim itu hanyalah karangan belaka. Mendengar pernyataan tersebut, membuat banyak para ilmuwan dan kaum muda yang peduli lingkungan kecewa dengan Trump. Sedangkan Hillary mendapat kepercayaan para millennials karena menjanjikan adanya investasi publik untuk mendorong pertumbuhan lapangan kerja, mengalokasikan pajak untuk beasiswa kuliah dan menghapus pajak bagi usaha kecil.
www.chicagotribune.com
Well Bela, sepertinya Trump memang nggak boleh lupa dengan kaum muda di US, apalagi menurut Forbes, justru kaum millennials-lah yang bisa membantu meningkatkan perekonomian di sektor bisnis dan kepercayaan dari para millennials juga mampu mendukung kebijakan perekonomian sektor pajak yang akan dibuat Trump. Karena generasi millennials memberi pengaruh arah perekonomian US pada tahun mendatang.
BACA JUGA: Wah, Ternyata Ini Alasan Generasi Millennial Nggak Mau Memilih Donald Trump dan Hillary Clinton