Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Srikandi Lintas Iman Yogyakarta, Ajak Perempuan Tingkatkan Toleransi

Saling mendukung tanpa memandang latar agama

Niken Ari Prayitno

Srikandi Lintas Iman Yogyakarta merupakan sebuah komunitas perempuan lintas iman yang lahir dilandasi oleh kesadaran akan pentingnya peran perempuan dalam menciptakan keharmonisan, keamanan, kenyamanan, keadilan, serta perdamaian di tengah-tengah masyarakat

Srikandi Lintas Iman bermula dari workshop bertema "Revitalisasi Peran Perempuan dalam Mengelola Keberagaman Agama", yang dilaksanakan pada 28-29 Agustus 2015, bertempat di Wisma Mawar Asri, Kaliurang, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dalam workshop yang diinisiasi Wiwin Siti Aminah Rohmawati sebagai awardee King Abdullah bin Abdulaziz International Centre for Interreligious and Intercultural Dialogue (KAICIID) bersama Pengurus PW Fatayat NU DIY mengundang perempuan dari berbagai organisasi perempuan keagamaan di DIY.

Di akhir workshop tersebut, 32 peserta yang merupakan perwakilan Fatayat NU, Nasyiatul Aisyiyyah, Wanita Katolik Indonesia dan Perempuan Khonghucu Indonesia, menginisasi terbentuknya komunitas ini.

Selain itu, perwakilan dari perguruan tinggi keagamaan seperti Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten dan Universitas Kristen Duta Wacana, Gereja Kristen Jawa, serta Vihara Vidyasena turut mendeklarasikan sebuah komunitas perempuan lintas iman. Komunitas ini diharapkan aktif melakukan dialog dan peduli pada persoalan sosial, terutama persoalan perempuan dan anak. 

Sejak pertama kali terbentuk, Srikandi Lintas Iman Yogyakarta sudah aktif melakukan beragam kegiatan guna mewujudkan tujuan tersebut. Ada pun langkah kongkrit yang sudah dilakukan adalah sebagai berikut.

  • Mempererat ikatan persaudaraan antar anggota Srikandi Lintas Iman.
  • Membangun dan meningkatkan kapasitas anggota, serta komunitas untuk dialog dan kerja sama lintas iman.
  • Mengembangkan dan memperkuat anggota dari berbagai jaringan lintas iman.
  • Merespon persoalan kemasyarakatan, khususnya persoalan perempuan dan anak melalui kegiatan alternatif, pendidikan kritis dan pendidikan orang dewasa.

Dalam setiap melakukan kegiatannya, Srikandi Lintas Iman Yogyakarta berpegang teguh pada lima nilai inti yang menjadi dasar gerakan mereka. Gerakan inti tersebut akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut.

Solidaritas

Srikandi Lintas Iman bersolidaritas dengan berbagai elemen masyarakat, CSO, dalam merespons isu dan persoalan masyarakat. Sebagai contoh, saat terjadi insiden penyerangan di Gereja Bedog tahun 2018, Srikandi Lintas Iman Yogyakarta dan beberapa pihak seperti Keuskupan Agung Semarang, serta komunitas lintas iman lain turut hadir menyambangi gereja tersebut guna membantu umat membersihkan gereja, dan menguatkan para korban.

Dialog

Dalam upaya mewujudkan keadilan, memelihara perdamaian dan keberagaman, Srikandi Lintas Iman Yogyakarta menekankan upaya-upaya nirkekerasan. Salah satunya melalui dialog.

Memperbanyak kerja sama, hingga membiasakan anggota untuk saling mengenal penganut agama lain menjadi gerbang pembuka diadakannya dialog yang lebih hangat. Atau jika tak ingin terlalu serius, dialog bisa juga berupa sharing, berbagi cerita satu sama lain.

Lintas Identitas

Srikandi Lintas Iman Yogyakarta berbasis volunterisme, beranggotakan perempuan dari rentang umur 20 tahun hingga 70 tahun, serta dari berbagai latar belakang. Mulai dari mahasiswi, pekerja, ibu rumah tangga, hingga pengusaha.

Empati

Dengan membuka dialog, diharapkan bisa meluaskan empati untuk merasakan keberagaman. Banyak anggota SRILI dulunya lebih sering bersinggungan dengan kelompok seide. Misal sejak kecil bersekolah di lingkungan sekolah khusus agama. Mulai mengenal lebih dekat mengenai agama lain ketika kuliah, terutama saat ikut kegiatan SRILI. 

Berdaya

Berbagai kegiatan, seperti workshop digunakan untuk meningkatkan kapasitas perempuan, terutama para anggota SRILI. Pemberdayaan ini bisa melalui perekonomian. Salah satunya mewadahi para anggota SRILI yang memiliki usaha UMKM dalam wadah SRILI Bakoelan. Para anggota SRILI bisa saling berjual-beli, menambah keterampilan di bidang ekonomi dan wirausaha.

Selain itu, untuk meningkatkan daya resilien mental, SRILI juga pernah mengadakan serangkaian workshop terkait kesehatan mental, membuat peer to peer counsellor di internal SRILI, sehingga sesama anggota bisa saling menguatkan.

Adapun kegiatan rutin yang dilakukan Srikandi Lintas Iman, yakni mengadakan pertemuan dan diskusi rutin mingguan yang mengangkat isu dialog lintas agama melalui serial tokoh-tokoh perdamaian, menyelenggarakan workshop dan pelatihan, serta melakukan ziarah lintas iman memperkuat dan mengembangkan kapasitas jaringan.

Selain itu, Srikandi Lintas Iman juga kerap mengadakan kegiatan-kegaiatan momentum yang bertujuan untuk bersama-sama menolak informasi tindakan intoleransi yang terjadi di masyarakat. Kegiatan ini bekerja sama antar jaringan lintas iman yang bertujuan untuk menyuarakan isu-isu perdamaian di tengah-tengah masyarakat.

Perdamaian merupakan kondisi yang harus diperjuangkan secara bersama-sama. Untuk membangun gerakan perdamaian dapat dilakukan melalui cara sederhana, namun berimplikasi pada upaya terciptanya perdamaian.

Itulah yang dilakukan oleh SRILI. Melalui kegiatan berbuka puasa bersama di Susteran CB, ikut membantu kegiatan Sego Mubeng yang dilakukan Yayasan Syantikara dan Gereja Katolik Kotabaru, kunjungan ke tempat-ibadah ibadah, SRILI berusaha membuka ruang-ruang perjumpaan untuk dialog dan interaksi bersama. 

IDN Channels

Latest from Working Life