Selain pandemi, tahun 2020 ditandai dengan serangan siber yang meningkat drastis di Indonesia. Mulai dari situs e-commerce yang dibobol dan dicuri datanya, hingga kasus peretasan lainnya yang cukup meresahkan.
Badan Siber dan Sandi Negara mencatat lebih dari 325 juta serangan siber selama Januari-Oktober 2020. Dari jumlah itu, serangan paling dominan adalah jenis jebakan tautan phishing, Distributed Denial of Services dan ransomware. Serangan siber di Indonesia memiliki potensi kerugian ekonomi sebesar US$34,2 miliar (Rp481 triliun) atau sekitar 3,7 persen dari total Pendapatan Domestik Bruto.
Mengatasi hal ini, InfraDigital Foundation, bersama dengan Mastercard dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat membuat pelatihan khusus siswa SMK dari keluarga prasejahtera untuk disiapkan menjadi ahli cyber security masa depan.
Indonesia membutuhkan 113 juta talenta digital di tahun 2030
Melihat ekosistem digital saat ini, Indonesia masih sangat kekurangan ahli cyber security. Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G Plate, mengakui bahwa pada tahun 2030 Indonesia membutuhkan 113 juta orang talenta digital, namun diproyeksikan hanya sekitar 104 juta talenta yang tersedia.
Kekurangan sumber daya manusia di bidang digital, terutama cyber security, sebenarnya bisa diatasi dengan memanfaatkan lulusan SMK dari jurusan Teknik Komputer dan Informatika. Tapi, kenyataannya berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2015-2018, lulusan SMK justru mendominasi angka pengangguran sejak tahun 2015.
Mastercard luncurkan Mastercard Academy 2.0 untuk pelatihan cyber security
Dalam upaya memunculkan ahli cyber security dari lulusan SMK, Infradigital Foundation (IDF) bekerjasama dengan Mastercard Center for Inclusive Growth melalui Mastercard Academy 2.0 dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat membuat rangkaian program Pelatihan Cyber Security.
Selama tahun 2020-2022, IDF akan memberdayakan 6000 murid SMK dari kalangan prasejahtera di Jawa Barat untuk mencapai sertifikasi cyber security tingkat internasional dan terhubung dengan industri terkait yang membutuhkan profesi yang semakin penting ini.
Tujuan utama program ini adalah mengurangi angka pengangguran lulusan SMK yang berasal dari kalangan prasejahtera dengan memberikan kemampuan cyber security yang dapat menjadi bekal bagi peserta untuk mandiri.
“Sebagai perusahaan teknologi di industri pembayaran, Mastercard memahami pentingnya keamanan siber untuk menunjang keberhasilan dan perkembangan ekonomi sebuah negara. Melalui Mastercard Academy 2.0, Mastercard ingin memberdayakan 100.000 masyarakat Indonesia dengan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dalam ekonomi digital. Dukungan Mastercard terhadap InfraDigital Foundation dan komitmen bersama untuk SMK hanya merupakan langkah awal dari perjalanan perusahaan dalam membantu masyarakat Indonesia untuk go digital,” kata Alison Eskesen, Vice President, Mastercard Centre for Inclusive Growth.
Sebanyak 183 siswa berhasil mengikuti tahap sertifikasi
Selama tahun 2020, Cyber Security Training Program telah melatih 672 murid dan 80 guru dari 52 SMK di Jawa Barat. Selama pelatihan, peserta juga diberikan rangkaian tes. Mereka dengan nilai tertinggi akan disponsori untuk mengikuti sertifikasi cyber security CompTIA CySA +, yang diterbitkan oleh perusahaan teknologi Amerika.
Ujian sertifikasi dilaksanakan dalam bahasa Inggris dengan metode daring dan diawasi secara ketat. Pada tahun 2020, terdapat 183 peserta cyber security training program yang berhasil mengikuti tahap sertifikasi.
“Pencapaian para peserta cyber security training sangat membanggakan. Semoga bisa menyebar ke generasi muda lain. Kami mendukung penyelarasan kurikulum dalam pengembangan cyber security ini. Semoga program ini juga bisa dikembangkan di luar provinsi Jawa Barat,” kata Dr. Ir. M. Bakrun, M.M, Direktur Sekolah Menengah Kejuruan Ditjen Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Semoga saja dengan adanya pelatihan ini, ke depannya ekosistem digital Indonesia semakin aman dan tak ada lagi kasus peretasan yang meresahkan para pengguna internet.