Bela, seperti yang sudah kita ketahui, BTS bukan hanya membuat lagu yang musiknya sangat enak untuk didengarkan. Tapi, lebih dari itu, ada makna mendalam yang tersirat di balik lagu-lagu booming karya boy group asal Korea Selatan itu. Salah satu maknanya adalah tentang kesehatan mental.
Ketika ditelaah lebih lanjut, lagu-lagu BTS bisa menjadi pemantik semangat atau sebagai salah satu bentuk terapi saat sedang mengalami masalah kesehatan mental. dr. Santi Yuliani, M.Sc., Sp.KJ, merupakan dokter spesialis kedokteran jiwa atau psikiater yang pernah membedah lagu-lagu BTS untuk membantu salah satu pasiennya.
Awal mula dr. Santi mengenal BTS dan menjadi ARMY
dr. Santi pertama kali mengenal BTS melalui pasiennya yang saat itu sedang melewati masa-masa kelam. Saat itu, BTS hadir memberi pemantik semangat pada pasien beliau dan membuat pasien ini merasa lebih nyaman dengan dirinya sendiri.
Semenjak itu, dr. Santi menjadi ingin tahu lebih banyak mengenai BTS dan membaca lirik-lirik lagunya yang telah membuat pasiennya kembali menemukan harapan. Ternyata banyak lagu BTS yang mengusung pesan terkait kesehatan mental.
"Ternyata ada satu grup ini yang kontennya itu bicara tentang mental health, dan ini menjadi tamparan keras buat saya, bahwa ternyata apa yang diberikan oleh suatu grup ini sangat powerful dan selama ini saya kurang wawasan terkait hal itu," ujar dr. Santi, seperti dikutip dari rilis yang diterima Popbela.
"So, akhirnya saya mencoba untuk mempelajari lagu-lagu BTS dan saya menggunakan lagu-lagu mereka untuk membantu pasien saya yang dalam kondisi depresi. And it works."
Pada tahun 2018, setelah BTS diundang untuk berpidato di podium PBB, diwakili leader-nya Kim Namjoon, dr. Santi semakin mantap menjadi ARMY. Menurut dr. Santi, apa yang mereka sampaikan di podium PBB itu merupakan representasi dari apa yang BTS ingin lakukan.
"Saya berharap teman-teman dengan menjadi ARMY juga bisa mendapatkan manfaat yang luar biasa juga dari lagu yang teman-teman dengarkan," kata dr. Santi.
Lagu BTS dari perspektif psikiater
Terinspirasi dari BTS, dr. Santi juga beberapa kali membagikan informasi tentang kesehatan mental terkait lirik lagu BTS tersebut. Baru-baru ini, tepatnya di tanggal 18 Desember 2021, dr. Santi menjadi narasumber dalam webinar "Self-Love in The Perspective of BTS Songs – Answer: Love Myself, Epiphany, and Inner Child", yang diadakan oleh IDN Times dan Popbela Community dan Purple Hearts.
Presentasi dr. Santi dimulai dengan terlebih dahulu menjelaskan dari mana datangnya cinta yang kita rasakan, dan kemudian dilanjutkan dengan rasa cinta terhadap diri sendiri yang dikaitkan dengan lagu BTS, "Answer: Love Myself".
The me of yesterday, the me of today, the me of tomorrow… I’m learning how to love myself. With no exceptions, it’s all me.
"I am learning. Artinya saat ini saya sedang belajar. Apakah dalam proses belajar kita bisa salah? Sangat bisa banget. Apakah dalam proses belajar kita bisa jatuh? Sangat bisa banget. Tapi ingat, teman-teman untuk bisa jalan, diawali dengan merangkak, diawali dengan jatuh, dan kemudian teman-teman bisa jalan, baru bisa lari. Tidak ada ceritanya orang lari marathon dia langsung lari dari bayi, pasti dimulainya dari jatuh-jatuh dulu," jelas dr. Santi.
Kemudian beliau melanjutkan, "So I am learning how to love myself, itu dilakukan dari sekarang sampai besok kita meninggal. Every day is learning. Apakah saya setua ini masih belajar untuk mencintai diri saya? Yes. Setiap kali saya melakukan kesalahan apakah saya kecewa? Yes. Apakah saya seringkali merasa tidak terima dengan kebodohan yang saya perbuat? Yes. Tapi itu adalah proses belajar yang harus saya lalui untuk saya dapat menaikkan kemampuan saya untuk mencintai diri sendiri."
I’m looking for myself again, but I don’t wanna die anymore. Me, who used to be sad. Me, who used to be hurt. It’ll make me more beautiful.
Ingatlah bahwa tanpa masa lalumu itu, tanpa perjuanganmu yang luar biasa itu, kamu juga tidak bisa menjadi hebat seperti sekarang. Semua proses yang kita alami adalah yang membentuk kita menjadi orang kuat seperti sekarang ini. BTS apakah dulu langsung sukses? Tidak bukan? Mereka dicaci maki, dihujat, diberikan ancaman.
"Mereka menunjukkan bahwa itulah flaw kita yang membuat kita semakin kuat bersama," ujar dr. Santi.
Kemudian beliau melanjutkan presentasinya dengan lagu BTS kedua yaitu "Epiphany", salah satu lagu BTS yang beliau sering dengarkan pada saat merasa gloomy.
I'm shaking and afraid but I keep going forward. I'm meeting the real you, hidden in the storm. Why did I want to hide my precious self like this? What was I so afraid of? Why did I hide my true self?
"Di saat kita merasa ketakutan, di saat kita merasa insecure dengan diri kita, dan kita memilih diam, kita tidak akan pernah maju. Kita tidak pernah tahu halangan apa yang ada di depan kita, tapi kalau kita tidak maju, kita tidak akan bisa tau apa yang terjadi di depan," kata dr. Santi.
Beliau melanjutkan kembali pemaparannya, "I'm meeting the real you, hidden in the storm. Bahkan dia menemukan apa yang menjadi dirinya sendiri itu dalam kondisi badai yang mungkin tidak enak saat itu, tapi perjuangan kita menghadapi badai itulah yang menurut saya adalah bagian dari menerima dan menemukan diri kita yang paling kuat. Tanpa ada badai, tanpa ada yang menjatuhkan kita, kita mungkin tidak mengerti seberapa kuat kita."
"Kenapa saya harus menyembunyikan diri saya di saat ternyata saya sekuat ini? Dan itu kita temukan kapan, apakah kita temukan saat kita gembira ria? No. Kita menemukan diri kita terkuat saat kita berada di titik terbawah, justru. Kita menemukan diri kita terkuat saat kita mengalami peristiwa yang menjatuhkan kita tetapi tidak ‘membunuh’ kita saat itu," lanjutnya.
I'm the one I should love in this world. Shining me, precious soul of mine, I finally realized so I love me… Not so perfect but so beautiful, I'm the one I should love.
"Bahwa saya adalah orang yang seharusnya saya cintai di dunia ini. Cintailah diri kita sendiri. Tidak ada yang sempurna. Apakah untuk menjadi beautiful, you have to be perfect? No. I’m the one I should love. Tanpa kesempurnaan pun kita bisa menjadi beautiful. Jadi saya ingin teman-teman melihat apa yang kita punya instead of kekurangan kita. Saya juga ingin mengajak teman-teman untuk belajar menerima segala kesalahan yang pernah kita buat. Jangan letakkan kesalahan di pundak kita, bareng-bareng yuk kita belajar letakkan kesalahan kita di bawah kaki kita dan kemudian kita gunakan sebagai pijakan untuk langkah yang baru. Jika tidak ada kesalahan, tidak akan ada pijakan untuk bisa melangkah lebih jauh lagi," jelas dr. Santi.
Kaitan self-love dengan self-centered atau selfish
Menurut dr. Santi, self-love adalah bentuk kita mencintai diri untuk menjadi lebih baik dalam menerima apa yang kita miliki. Untuk meningkatkan kecintaan kita terhadap apa yang sudah kita miliki, berfokus kepada hal yang sudah bisa kita lakukan alih-alih sibuk merenungi segala kekurangan kita.
Harapan Santi terkait self-Love di masyarakat luas
"Self-love adalah bentuk menggunakan energi yang kita miliki untuk membangun versi diri yang lebih baik dan saya sangat berharap, dengan kita mampu menggunakan energi positif kita, kita juga mampu memberikan yang kita miliki untuk ditularkan kepada orang di sekitar kita," ujar dr. Santi.
"Semakin banyak orang yang mau mencintai dirinya, tentunya semakin banyak juga cinta yang bisa disebarkan dan ditularkan. Dengan demikian, dunia akan menjadi lebih nyaman dan damai untuk kita semua," lanjut dr. Santi lagi.
Sekilas profil dr. Santi, M.Sc, Sp.KJ
dr. Santi Yuliani, M.Sc., Sp.KJ adalah seorang dokter spesialis kedokteran jiwa atau psikiater dari Universitas Gadjah Mada, yang saat ini berpraktek di RSJ Prof. Dr. Soerojo dan Brain Troops Clinic, Magelang. Beliau juga aktif berbagi mengenai kesehatan mental baik melalui konten-konten dan live di akun Instagram beliau, serta menjadi pembicara pada webinar.