Di masa pandemi seperti saat ini, tentu banyak hal berubah drastis. Mulai dari gaya hidup, hingga pengeluaran. Kita harus berhemat sebisa mungkin karena pandemi ini cukup menguras banyak dana. Terlebih tak sedikit pula dari kita yang mengalami PHK atau pensiun dini.
Sebelum musibah terjadi, sebaiknya kita bisa menabung untuk memenuhi dana darurat jika sesuatu yang kurang menyenangkan terjadi kepada diri kita.
Salah satu cara supaya kita bisa menabung dan menyiapkan dana darurat sejak awal adalah dengan menerapkan gaya hidup cermat atau frugal living. Sebenarnya apa sih gaya hidup cermat atau frugal living itu?
Pada tanggal 17 April 2020 lalu, Popbela berkolaborasi dengan Halofina mengadakan kelas online yang bertajuk “Frugal Living: Atur Budget & Pengeluaran Selama COVID-19”. Bersama dengan Garniasih, Head of Marketing Halofina, Popbela membahas tentang frugal living dan bagaimana cara memulainya.
Sebenarnya apa sih, yang dimaksud dengan frugal living?
- Frugal living pada dasarnya adalah bukan gaya hidup prihatin. Melainkan gaya hidup yang mengusung konsep cermat dan hidup cukup tapi bukan berkecukupan.
- Cermat di sini dalam hal memilih. Bukan hanya dalam konteks memilih barang atau jasa, tetapi juga memilih nilai dari suatu barang atau jasa yang akan dibeli.
- Selain dalam memilih, cermat juga harus dilakukan dalam bentuk rutin melakukan pencatatan pengeluaran keuangan setiap bulannya. Hal ini dilakukan supaya kita tahu apakah pengeluaran yang kita lakukan sudah sesuai dengan kebutuhan atau hanya berdasarkan keinginan.
- Frugal living cenderung ‘memaksa’ kita untuk menimbang kembali barang yang akan kita beli saat berbelanja. Hal paling sederhana yang bisa kita lakukan untuk memulai frugal living adalah membeli barang dengan private label atau generik yang harganya bisa 30% lebih murah dibandingkan store brand.
Frugal living bukan berarti hidup murahan
- Seperti dikatakan sebelumnya, frugal living berarti memilih dengan cermat barang atau jasa yang esensinya sama namun lebih murah. Namun, bukan berarti dengan harga murah kita harus hidup dengan barang-barang berkualitas murahan.
- Tidak perlu mengganti semua barang yang kita beli dengan harga murah. Pilah kembali mana kebutuhan sehari-hari yang bisa kita beli dengan harga lebih murah, dan mana yang bisa kita beli dengan harga lebih mahal.
- Langkah cermat sederhana yang bisa kita lakukan untuk memulai frugal living adalah misalnya dengan mengganti tisu, sabun dan pasta gigi store brand dengan private label.
- Jika dihitung per bulan, mengganti barang-barang yang sudah disebutkan sebelumnya ke private brand akan menghasilkan perbedaan pengeluaran yang cukup signifikan.
Tetap boleh membeli barang mewah namun dipertimbangkan lebih dulu
- Frugal living tidak membatasi kita untuk membeli barang-barang mewah. Namun, sebelum membelinya, pastikan kita sudah memikirkan dan mempertimbangkannya lebih dulu.
- Pertimbangannya adalah pastikan barang tersebut sering digunakan. Sebab, jika barang mahal tersebut sering digunakan maka cost per wear-nya akan menjadi murah. Sehingga bisa dikatakan efisien.
- Meskipun tetap diperbolehkan membeli barang mewah, tetap ingat ya Bela, apakah barang itu memang kamu butuhkan atau sekadar keinginan saja. Jika memang benar-benar dibutuhkan, tak ada salahnya untuk membeli barang yang mahal namun bisa membantumu menjalani kegiatan sehari-hari.
Cara mengelola keuangan a la frugal living
- Jika kamu mulai tertarik untuk menjalani gaya hidup frugal living, bisa dimulai dengan mengelola pos-pos keuangannya.
- Pembagian per pos keuangannya bisa kamu lihat di gambar berikut ini.
- Anggaplah pendapatan per bulan yang kita miliki sebesar Rp5 juta. Maka simulasinya bisa kamu lihat sebagai berikut.
- Pembagian per pos keuangan ini tidak melulu sama pada setiap orang. Sebab, pendapatan dan kebutuhan hidup masing-masing orang berbeda sehingga bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Namun, berapapun penghasilan kamu, jangan lupa menyisihkan gaji untuk dana darurat dan tabungan.
Pentingnya dana darurat di masa pandemi atau krisis
- Dana darurat sangat penting bagi kita. Sebab di masa-masa sulit seperti saat ini, kita tidak tahu pasti sampai kapan keadaan ini akan pulih kembali.
- Maka dari itu, sisihkan gaji untuk dana darurat yang besarannya 3-6 kali pengeluaran bulanan untuk yang masih lajang dan 12 kali pengeluaran untuk yang sudah menikah.
- Ingat, menyimpan dana darurat harus dalam bentuk aset yang likuid atau mudah dicairkan. Misalnya dalam bentuk tabungan atau deposito.
Bagaimana Bela, ternyata tidak sulit bukan untuk memulai gaya hidup frugal living. Kita hanya perlu menarik garis batas yang jelas antara kebutuhan dan keinginan. Semoga, tips di atas bisa membantumu mengelola keuangan dengan lebih baik, ya.