Sejarah dipenuhi dengan eksperimen yang tabu. Berbeda dengan eksperimen zaman sekarang, percobaan zaman dahulu lebih 'bebas', tentunya dalam konteks yang negatif.
Kebebasan tersebut mendorong para peneliti untuk menjalankan eksperimen yang tidak manusiawi. Bahkan, catatan sejarah menunjukkan banyaknya eksperimen yang tidak etis dan melibatkan anak-anak. Dari banyaknya eksperimen anak, berikut tujuh percobaan paling buruk dalam sejarah, dilansir berbagai sumber tepercaya.
1. Little Albert Experiment
Ide untuk melakukan eksperimen Little Albert datang dari John B. Watson, psikolog Amerika yang berperan penting dalam pengembangan teori behaviorisme. Ia ingin mencari tahu apakah proses classical conditioning berlaku untuk manusia. Mengutip Study, classical conditioning adalah pengasosiasian satu stimulus dengan stimulus yang tidak berkaitan setelah paparan berulang.
Eksperimen ini dianggap tidak etis karena sejumlah alasan. Pertama, Little Albert Experiment melibatkan seorang anak berusia sembilan bulan yang masih lugu bernama Albert. Kedua, percobaan ini membuat Albert menjadi takut terhadap sesuatu yang tidak ditakuti sebelumnya.
Sebelum eksperimen dijalankan, Albert diberi stimulus seperti tikus putih dan kelinci. Ia tidak merasa takut saat melihat stimulus yang diberikan. Selanjutnya, stimulus tikus putih ini diiringi oleh suara keras yang muncul dari pukulan batang baja. Setelah dilakukan berulang kali, Albert takut bukan main ketika melihat seekor tikus putih. Tanpa diiringi suara keras pun, ia akan menangis saat melihat tikus putih. Lebih parahnya lagi, John tidak dapat melakukan penyingkiran rasa takut yang dialami Albert tersebut.
2. Monster Study
Monster Study merupakan eksperimen yang tidak pernah dipublikasikan secara resmi. Dilansir PsyBlog, Dr. Wendell Johnson selaku dalang eksperimen takut percobaannya disamakan dengan eksperimen yang dilakukan oleh Nazi.
Wendell menjalankan eksperimen ini untuk membuktikan bahwa teori tentang penyebab kegagapan yang populer saat itu merupakan teori yang tidak benar. Psikolog ini berpikir bahwa pelabelan anak-anak sebagai orang yang gagap dapat membuat mereka menjadi gagap. Ia pun berusaha untuk membuktikan teorinya.
Sebanyak 22 anak yatim dibagi menjadi dua kelompok. Grup yang pertama selalu diberi pujian. Di sisi lain, grup kedua diajari tentang kegagapan, diberi tahu untuk tidak mengulangi kata-kata, dan dipermalukan. Akibatnya, beberapa anak yang sebelumnya tidak mengalami kegagapan malah menjadi gagap. Sayangnya, kerusakan ini tidak dapat diperbaiki oleh Wendell dan rekannya. Para jurnalis dan peneliti pun memanggil eksperimen ini dengan nama 'Monster Study'.
3. Radioactive Cereal
Tahun 1940-an sampai 1960-an dapat dikatakan menjadi salah satu bagian yang paling kelam dalam sejarah sains. Sebab, lebih dari 210 ribu warga dan tentara menjadi korban eksperimen radiasi, sering kali tanpa sepengetahuan mereka, dicatat Smithsonian Mag. Salah satunya adalah eksperimen yang melibatkan anak-anak di Sekolah Fernald, Massachusetts.
Dalam eksperimen yang disponsori Atomic Energy Commission serta dilaksanakan oleh peneliti Universitas Harvard dan Institut Teknologi Massachusetts, anak-anak difabel diberi sereal dengan susu yang mengandung unsur radioaktif tanpa izin orangtuanya.
Selama tujuh kali makan, limpa anak-anak itu terkena radiasi yang lebih banyak dibandingkan total radiasi dari sumber alami yang mengenai orang Amerika setiap tahunnya, sebagaimana dikutip Alliance for Human Research Protection. Pada akhirnya, Mantan Presiden Amerika Serikat ke-42, Bill Clinton meminta maaf dan memberi kompensasi sebesar US$1.85 juta (Rp26 miliar).
4. Bobo Doll Experiment
Pada tahun 1960-an, seorang psikolog bernama Albert Bandura mendapatkan ide untuk melaksanakan sebuah eksperimen. Tujuannya adalah mencari tahu apakah perilaku sosial dapat diperoleh melalui imitasi dan pengamatan atau tidak.
Laman Simply Psychology menjelaskan bahwa eksperimen ini melibatkan puluhan anak berusia 3 sampai 6 tahun. Albert membagi anak-anak ini menjadi tiga kelompok. Grup pertama menyaksikan orang dewasa yang memukul dan melempar boneka Bobo. Grup kedua tidak menyaksikan kekerasan. Grup ketiga tidak diberikan model apa pun. Bagaimana hasilnya?
Well, mereka yang diperlihatkan perilaku kekerasan cenderung melakukan kekerasan. Meskipun hasil ini membuktikan bahwa perilaku sosial dapat diperoleh melalui pengamatan, tidak dapat dimungkiri bahwa eksperimen ini jauh dari kata etis. Dikutip Psychology Wizard, perilaku agresif ini berpotensi menjadi bagian dari kepribadian anak-anak yang berpartisipasi dalam eksperimen. Hal ini dapat berujung pada masalah perilaku.
5. Eksperimen yang melibatkan Bruce Reimer
Saat berusia 8 bulan, Bruce Reimer menjalani proses sunat yang berakhir tragis. Menurut Bright Side, alat kelamin Bruce terbakar karena kesalahan dokter dalam penggunaan alat elektrokauter yang menghasilkan panas. Panik melihat hal ini, kedua orangtua Bruce pun meminta pertolongan psikolog Dr. John Money.
Saran yang diberikan John terbilang gila. John menyarankan kedua orangtuanya untuk membiayai operasi kelamin Bruce menjadi perempuan. Ia juga menganjurkan agar Bruce dirawat sebagai perempuan. Namun, Bruce tidak ingin menjadi Brenda karena ia merasa tidak nyaman. Tidak hanya itu, ia juga dirundung oleh anak seumurannya. Sampai-sampai, mereka memanggil Bruce dengan sebutan 'wanita gua'. Menurut catatan BBC, ia tidak memiliki banyak teman.
Setelah mengetahui kebenarannya, Bruce mengubah namanya menjadi David. Sedihnya, David bunuh diri pada usia 38 tahun setelah menderita depresi berat.
6. Willowbrook Hepatitis Experiment
Eksperimen hepatitis yang mengambil tempat di Sekolah Negeri Willowbrook sangat memprihatinkan. Melansir Forbes, lebih dari 50 anak difabel mental berusia 5 sampai 10 tahun menjadi korban eksperimen Dr. Saul Krugman. Saul ingin mencari tahu tentang jenis hepatitis dan vaksin yang dapat dibuat sebagai perlindungan dari penyakit itu.
Untuk menjawab sejumlah pertanyaan terkait hepatitis, Saul melakukan percobaan yang keji. Anak-anak tersebut diberikan injeksi virus hepatitis atau diberikan susu cokelat yang dicampur feses anak pengidap hepatitis untuk mempelajari imunitas mereka. Eksperimen ini berlangsung dari 1955 sampai 1970.
Geraldo Rivera, reporter di New York menyelinap ke sekolah itu dan menyiarkan kondisi Willowbrook yang tidak manusiawi. Ia menangis dan mengatakan bahwa kondisi tersebut mirip dengan kamp konsentrasi. Sampai kini, banyak ahli etika modern yang menggunakan studi Willowbrook sebagai contoh eksperimen manusia yang tidak bermoral.
7. Unit 731
Kalau sering membaca artikel atau menonton video seputar eksperimen paling kejam, pastinya kamu kerap melihat pembahasan seputar Unit 731. Bagaimana tidak? Eksperimen militer Jepang ini keji dan tidak manusiawi.
Meskipun eksperimen ini tidak secara khusus menargetkan anak seperti percobaan lainnya dalam list ini, sederet percobaan Unit 731 tetap melibatkan anak-anak. Mengutip The Guardian, amputasi, pembedahan perut, dan eksperimen lainnya pada laki-laki, perempuan, serta anak-anak yang dihukum sudah menjadi rutinitas. Lebih parahnya lagi, pembedahan ini dilakukan tanpa anestesi dan biasanya berakhir dengan kematian korban.
Selain pembedahan, masih ada banyak eksperimen yang dilakukan seperti infeksi kolera, antraks, wabah pes, dan lain-lain. Pengetesan senjata dan daya tahan manusia yang mampu membuat siapa pun bergidik juga dilakukan. Akan tetapi, tidak diketahui apakah eksperimen selain dari pembedahan juga menargetkan anak-anak.
Itulah tujuh eksperimen anak yang paling buruk. Bagaimana pendapat kamu tentang deretan eksperimen ini? Tulis di kolom komentar, ya!
Disclaimer: artikel ini sudah pernah tayang di laman IDNTimes.com dengan judul "7 Eksperimen Anak Paling Buruk dalam Sejarah, Miris Banget" ditulis oleh Mikhaangelo Fabialdi Nurhapy