Bela, mungkin istilah workaholic sudah nggak asing di telinga kamu, ya. Sebenarnya, workaholic menggambarkan pola hidup seseorang yang sangat mengutamakan pekerjaan sehingga mengabaikan waktu dan kebutuhan pribadinya. Bahkan istilah ini mengarah pada hal negatif. Anehnya, anak muda zaman sekarang justru bangga ketika istilah ini dilekatkan oleh orang lain kepada dirinya. Daripada penasaran, yuk simak beberapa fakta menarik berikut ini.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Project: Time Off tentang pengalaman bekerja generasi millennial, dinyatakan bahwa hampir sebanyak 43% dari 2000 responden berusia 18-34 tahun termasuk dalam kategori workplace martyr, yaitu orang-orang yang banyak menghabiskan waktu di kantor dan mengutamakan kesan yang timbul dari dedikasi mereka dibanding hasil.
Anak muda yang masuk dalam golongan ini biasanya adalah mereka yang nggak mengambil jatah cuti untuk berlibur. Ketika mereka memutuskan untuk nggak masuk kerja atau pergi berlibur, mereka akan merasa bersalah. Mereka juga lebih suka menghabiskan waktu seolah-olah mereka berkomitmen dengan pekerjaannya.
Dedikasi yang ‘dibuat-buat’ tersebut membuat mereka berpikir bahwa lebih lama mereka berada di kantor maka lebih sukses. Bahkan, kualitas hasil kerja dianggap nggak terlalu penting. Golongan ini juga cenderung skeptis jika atasannya meminta mereka untuk berlibur sementara.
Para karyawan di Amerika Serikat yakin bahwa bekerja di kantor dalam waktu yang lebih lama adalah makna produktivitas yang sesungguhnya. Bahkan mereka percaya bahwa beristirahat akan memperlambat mereka menuju kesuksesan yang lebih besar.
Karena sebagian generasi millennial memiliki anggapan demikian, maka rekan kerja yang berbeda generasi seperti generasi X dan generasi baby boomers merasa malu ketika mereka ingin mengambil jatah cuti untuk berlibur.
Kalau kamu gimana Bela, sependapat dengan kebiasaan generasi millennial tadi, nggak?
BACA JUGA: Hati-hati, Workaholic Bisa Menyebabkan Gangguan Kejiwaan Lho!