Dalam lingkungan sosial, umumnya suami berkewajiban untuk mencari nafkah sedangkan istri memiliki tanggung jawab untuk mengurus rumah dan anak. Perlahan, peran istri melebur, yaitu mengurus anak dan bekerja sama dengan suami untuk mengumpulkan uang. Bahkan, sekarang muncul keluarga-keluarga di mana istri berperan sebagai kepala keluarga atau breadwinner. Kalau penghasilan istri lebih tinggi, akankah pernikahan mereka bahagia?
Kathleen Gerson, sosiolog dari New York University menyatakan bahwa kini penduduk Amerika nggak lagi meyakini bahwa jenis kelamin menentukan peran dalam keluarga. Situasi di Indonesia nggak berbeda jauh dengan Amerika meski keyakinan bahwa pria menjadi kepala keluarga lebih kuat.
Masyarakat lebih mudah menerima kenyataan bahwa single mom boleh bekerja dan istri yang bersuami sebaiknya tetap di rumah menjaga anak. Maka dari itu muncul perdebatan antara hak dan kewajiban single mom dan married mom.
Nggak sedikit keluarga merahasiakan fakta bahwa sang istri memiliki penghasilan yang jauh lebih tinggi dibanding suaminya. Pandangan dari lingkungan bahwa istri sebaiknya berada di rumah membuat istri merasa tertekan.
Banyak yang berpendapat bahwa istri yang bekerja dapat membahayakan keluarganya karena dianggap tidak membutuhkan peran suami. Sang istri bisa menggunakan jasa asisten rumah tangga dan baby sitter untuk mengurus rumah dan anak.
Kalau situasinya seperti ini, istri yang berpenghasilan lebih tinggi dari suami akan sering menghadapi beberapa masalah. Kalau menurut kamu sebaiknya gimana nih, Bela?