Pada dasarnya, negoisasi dilakukan untuk mendapatkan kesepakatan dengan memerhatikan keuntungan kedua belah pihak. Namun, dalam setiap negoisasi kita cenderung berpikir untuk mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dan menomorsatukan tujuan pribadi. Bicara tentang negoisasi, seorang mantan hostage negotiator dari FBI yaitu Chris Voss membeberkan rahasia untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan saat bernegoisasi.
Voss menggunakan sebuah strategi yang disebut “tactical empathy” saat bernegoisasi dengan orang yang ia hadapi. Strategi ini mengajarkan kita untuk berpikir dan menaruh emosi berdasarkan perspektif lawan bicara. Strategi tersebut bisa kamu aplikasikan sehari-hari kepada teman atau partner kerja.
Tidak hanya ikut berempati, kamu bisa mempertegas sikapmu di depannya kalau kamu memahami dia dengan mengucapkan kalimat pendukung. Misal temanmu ingin resign di saat tim sedang membutuhkannya, kamu bisa mengatakan “Aku lihat bahwa kamu sangat bersemangat dalam mengembangkan kariermu dan terus mengasah kemampuanmu, seperti yang kami butuhkan saat ini.”
Cara lain yang lebih mudah adalah mengulang apa yang lawan bicara berusaha sampaikan. Setiap orang tentu ingin didengar, dan mengartikan kembali apa yang dia sampaikan akan membuat dia merasa bahwa kamu sedang berusaha memahaminya. Kamu bisa mengawalinya dengan “Dari jawaban Anda, saya bisa menarik kesimpulan bahwa _______, benar?”
Tahan dirimu untuk bercerita tentang perasaan atau pendapat yang kamu punya. Dengan mengulang pembicarannya, dia akan lebih mudah menerima situasi karena kamu mencoba merasakan apa yang dia rasakan. Dengan begitu, dia lebih mudah setuju dengan apa yang kamu inginkan.
Mengombinasikan beberapa strategi di atas dan banyak berlatih bisa membuat kamu semakin tenang dan mahir dalam bernegoisasi. Kalau kamu ingin belajar lebih banyak tentang trik negoisasi ini, kamu bisa membaca buku Never Split The Difference karya Voss yang telah dirilis bulan Mei 2016 lalu. Semoga berhasil ya, Bela!