Sebagian besar orang meyakini bahwa kerja keras adalah tonggak kesuksesan seseorang. Padahal, ada banyak faktor lain yang turut berperan penting dalam memengaruhi hal tersebut, khususnya gaya kepemimpinan atasan atau bos pada suatu organisasi.
Melansir dari LinkedIn, sebuah riset yang dilakukan oleh pakar Thomas J. Stanley, Ph.D, menemukan bahwa kualitas gaya kepemimpinan sungguh dapat memandu para anggota tim untuk menghasilkan sebuah pemikiran dan perilaku bisnis maupun keseharian.
Tidak hanya itu, ada banyak riset lainnya yang menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan bos menentukan tingkat stres kerja dalam tim. Tidak tanggung-tanggung, peran dominan kepemimpinan bisa memengaruhi sistem kerja yang terbangun dalam work culture.
Pertanyaannya, gaya kepemimpinan seperti apa yang dapat dikatakan baik dan toxic? Sini-sini, merangkum dari berbagai sumber, Popbela sudah menyiapkan ulasan mengenai 7 gaya kepemimpinan yang perlu kamu ketahui agar peka sedari awal!
1. Demokratis
Tidak terdengar asing, gaya kepemimpinan demokratis cukup populer dengan nilai-nilai positif yang menekankan partisipasi dan kolaborasi antara pemimpin dan bawahan. Hal ini dikarenakan keyakinan terkait kesetaraan sekaligus sikap hormat dalam menghargai perbedaan.
Dengan begitu, tim yang berada di bawah naungan gaya kepemimpinan demokratis ini cenderung merasakan suasana kerja yang lebih nyaman. Akan tetapi, beberapa kelemahan turut menyertai, seperti kesulitan pemimpin dalam mengambil keputusan akibat ada banyak gagasan.
2. Delegatif
Rasa percaya antar anggota tim kerja menjadi perhatian utama dari gaya kepemimpinan delegatif. Di sini, pemimpin akan cenderung mendelegasikan wewenang kepada bawahan yang memiliki kemampuan tertentu berdasarkan ragam alasan maupun tujuan.
Tidak tanggung-tanggung, bawahan akan mendapat kebebasan untuk belajar dari tahap perencanaan strategi hingga teknis kegiatan. Tentu, kesempatan ini akan diberikan dengan pertimbangan yang matang berdasarkan kemampuan bawahan. Meski begitu, minim arahan dan bimbingan dapat menciptakan masalah baru.
3. Otokratis
Dalam KBBI, kata otokratis berarti berkuasa sendiri atau sewenang-wenang. Itu artinya, seseorang dengan gaya kepemimpinan otokratis cenderung menuntut kendali penuh dalam membuat kebijakan, prosedur, maupun tujuan yang harus dicapai bersama.
Hal ini tentu mengundang persepsi negatif karena dapat menciptakan tindakan pemaksaan yang agak arbiter dalam hubungan profesional antara pimpinan dan bawahan. Terlebih lagi, minim kemungkinan untuk menghadirkan kebebasan berpendapat yang sangat dibutuhan dalam kinerja tim.
4. Transformasional
Pada intinya, semua orang bekerja untuk mengalami perubahan positif dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Dalam rangka merealisasikannya, pemimpin dengan gaya kepemimpinan transformasional akan fokus mengembangkan potensi para anggota tim.
Upaya tersebut dijalankan melalui rangkaian program dengan tujuan visioner yang dibutuhkan dalam perkembangan perusahaan. Sebagai iringan, pemimpin akan cenderung belajar menunjukan empati sekaligus menciptakan ikatana emosional demi mencapai hasil yang maksimal.
5. Transaksional
Istilah “apa yang kamu tabur, itulah yang kamu tuai” seolah menjadi basis dari gaya kepemimpinan transaksional. Pasalnya, gaya kepemimpinan ini kerap mengandalkan sistem pemberian penghargaan dan hukuman sebagai respon kinerja bawahan.
Penerapan sistem reward dan punishment tersebut memang dapat memberi motivasi lebih kepada bawahan untuk bekerja dengan baik. Meski begitu, tidak memungkiri bahwa keberhasilan sistem ini kerap bertahan dalam jangka waktu yang tidak lama.
6. Bureaucratic
Peraturan dalam sistem kerja adalah basis dari terciptanya harmonisasi dan kinerja karyawan yang baik. Itulah mengapa, gaya kepemimpinan bureaucratic kerap menonjolkan aturan yang ketat dan senantiasa mengikuti prosedur yang telah ditentukan sebelumnya.
Dampaknya, kebebasan pendapat berpotensi menjadi lebih sulit dan terbatas karena aturan dan prosedur senantiasa mematahkan opini yang bertentangan. Dengan kata lain, inovasi dan perubahan yang lebih maju akan sangat sulit untuk dicapai bersama.
7. Laisez Faire
Di atas segalanya, semua karyawan atau bawahan mengharapkan jiwa kepemimpinan yang aktif dari atasan. Namun, pemimpin dengan gaya kepemimpinan Liasez Fairez akan memilih jalan yang berbeda, yaitu bersikap pasif, menghindar, dan bahkan masa bodo.
Dalam menjalani tugas dan tanggung jawab kepemimpinannya, gaya kepemimpinan Liasez Fairez menyiasati dengan memberi kebebasan yang seluas-luasnya terhadap bawahan. Diyakini usaha para karyawan akan berhasil dengan cepat dan sesuai tujuan bersama.
Wah, kamu akan lebih betah kerja di bawah gaya kepemimpinan yang mana, nih? Ingat, cari pekerjaan itu bukan sekadar mengenai uang, tetapi menemukan atasan yang tepat untuk perjalanan kariermu menuju kesuksesan. Good luck, Bela!