Tahun 2019, nggak sedikit film bertema keluarga, tidak hanya Indonesia tapi di luar negeri juga demikian. Film Instant Family salah satunya, memiliki genre drama komedi ini ternyata diangkat dari kisah asli dari kehidupan penulis atau sutradara, Sean Anders. Pada (17/1) Instant Family menggelar gala premier di XXI Plaza Indonesia, Jakarta Pusat.
Popbela pun menghadiri dan ikut menyaksikan Instant Family, menjadi salah satu penonton pertama. Film yang diproduksi Paramount Pictures ini, berhasil membuat seisi bioskop tertawa lepas. Bahkan, nggak hanya itu suasana yang mengocok perut ini sesekali menjadi haru dan menyedihkan.
Film yang akan tayang di Indonesia pada 24 Januari 2019 ini dibintangi oleh Mark Wahlberg, Rose Byrne, Isabela Moner, Gustavo Quiroz, dan Julianna Gamiz, dan lainnya. Sebelum menonton film Instant Family simak yuk ini review dari Popbela, sebagai berikut.
Sebelum mengarah ke review, mari kita lihat bagaimana sinopsisnya: sepasang suami istri yang ingin mengadopsi anak.
Keinginan Ellie (Rose Byrne) yang ingin memiliki anak awalnya ditentang sang suami, Pete (Mark Wahlberg) namun pada akhirnya mereka memutuskan untuk mengadopsi dengan mengikuti program rumah asuh. Di sanalah, mereka tertarik dengan sosok Lizzy (Isabela Moner) yang pemberani.
Tak disangka, Lizzy mempunyai dua adik, Juan (Gustavo Quiroz) dan Lita (Julianna Gamiz), berbeda dengan Lizzy yang tampak liar, Juan lebih emosional dengan mudah menangis dan sering meminta maaf, sementara Lita yang paling kecil memiliki karakter yang sering mengamuk seperti layaknya anak-anak.
Konfilk film ini bermulai ketika Pete dan Ellie masih belum biasa berurusan dengan anak-anak, mereka masih kebingungan menjalani perannya sebagai orangtua. Pete dan Ellie juga terus berusaha menyambung kedekatannya ke tiga anak tersebut.
Pembahasan yang bertele-tele
Banyak plot cerita yang mengarah kepada pembahasan adopsi anak entah bersama keluarga, entah program asuh anak. Awalnya, plot seperti ini sebagai brigde dalam film untuk menyambung antar plot. Namun, menurut saya, bentuk brigde seperti ini terlalu panjang sehingga membosankan.
Seperti dalam adegan, saat Pete dan Ellie yang masih mengunjungi program rumah asuh sebagai konsultasi. Saya berpikir brigde tidak akan lama, akan tetapi tidak. Rasa bosan yang sempat hadir tiba-tiba hilang ketika muncul adegan lucu dalam bridge. Meskipun, bridge seperti ini guna agar tidak ada cerita yang mengganjal dalam film.
Di luar ekspetasi
Bukan hanya karakter Pete dan Ellie yang totalitas beradu akting. Lebih dari itu, sosok Lizzy yang liar tidak nanggung-nanggung. Bukan hanya sifatnya saja, tetapi sikap, tindakan, cara berpakaian, bahkan tatapan matanya benar-benar menjiwai sebagai remaja usia 15 tahun yang nakal karena kurangnya kelengkapan dalam keluarga.
Dialog pemilihan untuk Lizzy juga di luar ekspetasi, seperti dalam adegan kekhawatiran Pete memarahi Lizzy karena ia pergi ke bioskop dengan teman-temannya saat di taman bermain dengan keluarga. Lizzy dengan santai menjawab, “Saya berada di rumah candu sudah lama, bioskop bukan tempat yang menyeramkan!”.
Film Instant Family nggak hanya menghibur, tetapi kamu akan merasakan momen haru bahkan menitihkan air mata pada plot yang nggak kamu duga. Bahkan ada pelajaran yang bisa kamu dapatkan, seperti cara berkomunikasi dengan anak. Pokoknya, Instant Family layak ditonton bersama keluarga dan jangan sampai kelewatan ya, Bela.