Taliban akhirnya kembali menguasai ibukota Afghanistan, Kabul, setelah puluhan tahun perang dengan pemerintahan Afghanistan. Melansir dari BBC, Pasukan Taliban telah menguasai Istana Presiden, setelah Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani meninggalkan kotanya dan melarikan diri ke Tajikistan. Kembalinya kekuasaan Taliban menjadi sorotan hangat di media beberapa waktu yang lalu.
Taliban telah terlibat perang selama 20 tahun terakhir dengan pemerintahan Afghanistan dan Amerika Serikat (AS). Organisasi mereka sempat berkuasa terhadap negaranya pada tahun 1996 – 2001 sebelum AS menjatuhkannya.
Perang yang telah terjadi selama puluhan tahun itu nggak pernah membuat organisasi tersebut kehabisan dana dalam persiapannya. Meskipun sempat dijatuhkan oleh tentara Amerika Serikat pada tahun 2001, Taliban yang nggak berkuasa bisa kembali bangkit lebih kuat dan kaya dari sebelumnya.
Meskipun disebut sebagai organisasi yang mencemari hak asasi manusia (HAM) ketika berkuasa, menurut laporan United Nations, Taliban termasuk salah satu organisasi terkaya yang mampu menghasilkan US$ 300 juta hingga US$1.6 milliar per tahun. Dengan tekanan yang diberikan, mungkin Bela bertanya-tanya bagaimana mereka bisa mendapatkan dana untuk berkuasa selama 20 tahun terakhir, ya?
Melansir dari The Conversation, ternyata sumber dana Taliban berasal dari beberapa aktivitas; yaitu proses produksi dan perdagangan opium serta obat-obatan terlarang, penyelundupan narkoba, pemungutan pajak, kegiatan penambangan dan ekspor impor, dan masih ada sumber lainnya. Para pimpinan Taliban juga menerima sumbangan dari yayasan amal orang-orang terkaya yang bukan berasal dari pihak pemerintahan.
1. Produksi dan perdagangan opium
Melansir dari United Nation’s World Drug Report 2020, 84% produksi opium di dunia selama lima tahun terakhir berasal dari negara Afghanistan. Keuntungan penjualan opium dari Afghanistan ini akhirnya berpindah tangan ke Taliban, yang mengelola proses produksinya hingga perdagangannya.
Selain keuntungan dari penjualan, Taliban pun menerima keuntungan dari pajak 10% yang dipungut dalam setiap proses produksi opium dari awal hingga akhir. Prosesnya meliputi pajak pembelian opium, pajak bagi petani Afghanistan yang menanamkan opium, hingga para pedagang yang dikenakan pajak setiap kali menyelundupkan opium dan obat-obatan lainnya ke luar negeri.
Hanya dari aktivitas memperdagangkan opium dan obat-obatan terlarang lainnya, Taliban mampu menghasilkan sekitar US$416 juta, melansir dari Centre of Afghanistan Studies.
2. Pemungutan pajak
Selain pajak yang dikenakan dari perdagangan obat-obatan terlarang, Taliban juga memungut pajak dari sekumpulan penduduk dan industri di Afghanistan yang berdiri di bawah naungan Taliban. Kelompok ini mewajibkan mereka untuk membayarkan pajak seperti halnya pemerintahan Afghanistan yang memungut pajak dari warganya.
Industri yang diwajibkan untuk membayar pajak adalah telekomunikasi, media, pertambangan, serta proyek pembangunan yang didanai oleh pihak internasional. Pemilik usaha, contohnya yang ingin berbisnis di wilayah yang dikuasai Taliban, juga diwajibkan untuk membayar pajak. Selain itu, kendaraan apapun yang melewati wilayah Taliban, juga dikenakan pajak.
Melansir dari Radio Liberty, penerimaan pajak dari berbagai pihak ini mampu menghasilkan dana sejumlah US$160 juta/ tahun bagi Taliban.
3. Proses penambangan logam dan mineral
Menurut Da Dabaro Comisyoon (komisi pertambangan Taliban), Taliban juga berhasil meraih keuntungan dari pemerasan penambangan berbagai macam logam dan mineral di Afghanistan, yang jumlahnya mencapai US$400 juta per tahun. Penambangan dilakukan untuk ekstraksi logam marmer, tembaga, seng emas, bijih besi, dan mineral langka lainnya yang lokasinya berada di pegunungan Afghanistan.
Penambangan ini dilakukan atas permintaan beberapa perusahaan pertambangan Afghanistan, sehingga mereka dapat menjalankan bisnisnya. Taliban turut mendapatkan sumber dananya dari perusahaan pertambangan yang berkuasa tersebut. Pihak perusahaan manapun yang tidak membayar, akan diberikan ancaman pembunuhan.
4. Kegiatan ekspor dan impor
Melansir dari United Nations, Taliban mendapat keuntungan dari hasil ekspor dan impor berbagai barang kebutuhan sehari-hari. Pihak yang terlibat dengan Taliban dalam kegiatan ekspor dan impor salah satunya adalah sebuah perusahaan multinasional, Noorzai Brothers Limited. Perusahaan ini bertanggung jawab mengimpor spare parts mobil dan menjualnya, sekaligus menjual kendaraan jadi yang berasal dari hasil rakitan spare parts tersebut.
5. Sumbangan dari negara lain
Melansir dari BBC, pihak pemerintahan AS dan Afghanistan berspekulasi bahwa beberapa negara termasuk Rusia, Pakistan dan Iran memberikan penyuntikan dana ke Taliban, namun tidak pernah mereka akui. Selain itu, sekumpulan penduduk serta perusahaan swasta di Pakistan dan Saudi Arabia, lebih tepatnya berlokasi di United Arab Emirates dan Qatar, juga merupakan penyumbang dana terbesar bagi Taliban.
Terakhir, sumbangan Taliban juga berasal dari organisasi amal dan swasta yang beroperasi di wilayah Teluk Persia, yang mendukung peperangan Taliban. Menurut Pusat Penelitian dan Kebijakan Afghanistan, sumbangan yang diberikan ke Taliban dari wilayah tersebut berjumlah US$150 juta – 200 juta setiap tahun.
Itulah 5 sumber keuangan terbesar yang berkontribusi bagi Taliban. Konon, Taliban juga sebenarnya dikenal melakukan penculikan dan pemerasan terlarang untuk minta dana tebusan, lho.
Bagaimana menurut pendapat Bela terkait kekuasaan Taliban? Yuk, komentar di bawah.