Bela, kamu masih familiar nggak nih sama konten drama di radio? Atau ini pertama kali mendengar jika radio punya konten drama berseries? Duh, jadi ketahuan deh gap tahun kelahiran kita beda jauh.
Di tengah perkembangan digital, Noice, sebagai platform audio lokal terus berinovasi dari sisi format audio. Salah satunya dengan menghadirkan audioseries yang merupakan rangkaian cerita berseri yang dikemas secara menarik dan kekinian.
1. Apa yang menarik dari audioseries?
Kira-kira, apa sih yang bikin drama radio booming pada masanya? Seperti yang kita tahu, dahulu internet belum marak digunakan seperti saat ini, sehingga konten hiburan hanya dapat dinikmati lewat televisi atau radio saja.
Lewat drama radio—karena hanya dapat mendengar tanpa melihat—pendengar dapat menciptakan 'Theater of Mind'. Itulah salah satu faktor yang membuat drama radio memiliki banyak pendengar setia, sebab para pendengar bebas berimajinasi sembari menyimak cerita yang sedang dibawakan.
Kehadiran audioseries di NOICE terinspirasi dari drama radio yang dibalut dengan format yang lebih menarik. "Kita ingin membawa experience itu (Theater of Mind) ke dalam bentuk digital, makanya kita menghadirkan format baru ini di Noice. Dan ternyata, ketika kita melihat performancenya, dimulai dari launching di bulan April sampai sekarang tuh pesat banget pertumbuhannya, meskipun mungkin kita secara promosi belum gede-gedean. Nah, sampai sekarang audio series itu sudah jadi konten vertikal audio paling banyak didengarkan kedua di Noice setelah podcast," tutur Niken Sasmaya, Chief Business Officer (CBO) Noice.
2. Ini bedanya audioseries dengan drama radio
Telah diluncurkan sejak bulan April lalu, antusiasme pendengar terhadap konten audioseries terus bertumbuh secara positif, baik itu interaksi maupun retensi. Hal ini tercermin dari total waktu yang dihabiskan pengguna untuk mendengarkan konten ini telah mencapai hampir 12 juta menit dan di bulan November.
Sekilas, mendengarkan audioseries akan membawa kita bernostalgia dengan sandiwara atau drama radio yang populer di era 90-an. Di beberapa negara, sandiwara radio sempat menjadi salah satu hiburan populer dan pada tahun 1980-1990-an. Di Indonesia sendiri banyak stasiun radio yang memutar drama radio, termasuk di antaranya yang populer ada Tutur Tinular dan Saur Sepuh.
"Kita melihatnya dulu sandiwara radio adalah sesuatu yang sangat populer, gimana caranya kita membawa itu ke dalam bentuk audio. Nah, bedanya sama sandiwara radio adalah, kalau di radio kan semuanya serba live ya, jadi ketika kalian sudah kelewatan episodenya ya, that it's gitu, udah ketinggalan. Sedangkan kalau dibalut ke dalam audio series atau bentuk digital itu sifatnya udah on demand nih. Jadi user punya opsi konten apa yang mereka ingin dengar, kapan ingin dengar, dan di mana mereka ingin mendengarnya," ungkap Niken.
3. Bekerja sama dengan penulis lokal
Mengadaptasi karya penulis-penulis lokal dengan tema cerita yang sangat relevan dengan masyarakat Indonesia, audioseries menjadi pelengkap dari beragam konten yang terlebih dulu hadir di aplikasi Noice seperti podcast, radio, audiobook, dan live streaming. Noice tidak hanya berkolaborasi dengan penulis lokal dan komunitasnya, tetapi juga berbagai platform storytelling dan pemberdayaan kreator lokal seperti KaryaKarsa, Novelme, hingga Salihara.
"Saat ini di Noice sendiri sudah ada 50 katalog dan tadi di video tadi sudah ditunjukkan sebenarnya kalau genrenya itu macam-macam. Kita ada horor, romance, ada juga drama. Tapi ada juga genre-genre yang pengen kita coba formatnya dalam bentuk audio series, contohnya seperti sains fiction, itu kan juga something yang kalau di visual tuh menarik banget," kata Niken.
Salah satu penulis lokal yang digandeng oleh Noice adalah Sweta Kartika, seorang novelis, dan komikus yang namanya telah banyak dikenal oleh pelaku industri kreatif Tanah Air. Audioseries miliknya, "Journal of Terror: Kelana", saat ini telah didengarkan lebih dari 6 juta menit di aplikasi Noice. Berkat kepopulerannya, "Journal of Terror: Kelana" kini telah memasuki musim kedua dengan lebih dari 70 episode.
4. Tantangan dalam menggarap audioseries
Bagi Sweta Kartika, menggarap audioseries merupakan tantangan baru untuknya. Meski terbisa menggarap komik dan novel, tentu rasanya akan berbeda saat harus menuangkannya dalam bentuk audio.
“Inikan pasti akan beda teknik storytellingnya tuh, jadi kalau komik tuh udah ada visual sehingga saya tidak perlu repot-repot menjelaskan, yaudah tinggal digambar aja gitu. Lalu saya pindahkan ke novel, novel juga lebih deskriptif, bahkan saya bisa membunuh waktu di situ. Begitu audioseries bingung nih, ‘waduh kayak gimana nih teknik storytellingnya’, ‘apakah saya ngebacain buku novel saya atau gimana?’”
Lanjutnya, “Jadi kita nemu formatnya itu diskusinya cukup panjang. Sampai kemudian saya coba, editorialnya balikin lagi, coba balikin lagi. Nah, nemu lah teknik storytellingnya, bahwa sebetulnya kita tuh kayak lagi bercerita kan, ‘gimana caranya kita bercerita tapi theater of mind dari listener atau pendengarnya tuh bermain’. Nah, itu yang jadi kunci akhirnya,” ungkap Sweta Kartika, penulis "Journal of Terror: Kelana".
5. Audioseries lahan cari cuan yang baru?
Salah satu hal yang membuat podcast dan audioseries berbeda terletak kepada siapa yang berbicara. Podcast akan bergantung dengan profil si pembicara untuk menarik minat pendengar, sedangnya audioseries lebih kepada jalan cerita. Untuk itu, tidak mengherankan jika VO audioseries biasanya bukan dari kalangan influencer. Selain karena sulit menyusun jadwal, hal ini dilakukan untuk menghindari bias.
“Audioseries menjadi salah satu inovasi konten yang kami hadirkan untuk mendukung komitmen Noice dalam mengembangkan ekosistem konten audio di Tanah Air. Selain para penulis, kami juga membuka ruang kolaborasi dengan para VO talent lokal untuk tampil sebagai pengisi suara di konten-konten audioseries, serta tentunya berbagai pihak untuk terus memperkaya konten-konten berkualitas di Noice,” ungkap Niken Sasmaya.
Menikmati cerita berseri lewat film atau novel rasanya sudah biasa, bagaimana jadinya jika cerita-cerita ini didengarkan dalam format audio? Penasaran, kan? Yuk, coba dengarkan audioseries di Noice.