Setelah hampir lima tahun berlalu, Hannah Al Rasyid kembali mengambil peran dalam film horor. Kali ini, Hannah akan berakting sebagai seorang single mom bernama Rahayu dalam film yang disutradari oleh Billy Christian, Marni: The Story of Wewe Gombel.
Sebagai seorang aktor yang sering kali bosan dengan karakter perempuan yang "gitu-gitu aja", Hannah Al Rasyid merasa tertarik dengan kompleksitas tiap karakter dalam film ini. Inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa aktris keturunan Bugis-Prancis ini mengambil peran dalam Marni: The Story of Wewe Gombel.
"Aku ngerasa script film ini cukup meaty. Sebagai aktor perempuan aku jarang ditawarin film di mana karakter perempuan itu multidimensional. Seringnya hanya pemanis atau struggle-nya gitu-gitu doang. Nah, di sini justru yang ditawarkan adalah berbagai macam perempuan yang berbeda."
"Semua dengan beban dan konteks masing-masing, dan tujuan masing-masing, yang menurutku itu memperkaya ceritanya. Semuanya dari latar belakang yang berbeda, dari generasi yang berbeda, tapi semuanya membawa beban masing-masing yang akhirnya dalam plot menjadi sesuatu yang sangat penting untuk di-explore," ungkap Hannah saat berkunjung ke kantor IDN Media di kawasan Jakarta Selatan.
1. Syuting horor yang nggak horor
Bagi Hannah Al Rasyid, syuting Marni: The Story of Wewe Gombel adalah proses produksi film horor paling nggak horor yang pernah ia jalani. Perpaduan elemen action dalam film ini turut membuat proses syuting semakin menyenangkan.
"Ini adalah film horrorku yang paling tidak horror pengalaman syutingnya, yang paling ringan dan menyenangkan. Entah karena energi teman-teman di sini baik banget, atau karena memang lokasinya mungkin tidak se-horror lokasi aku yang sebelumnya, atau tuntutan peran aku di sini berat, tapi apa ya, pokoknya memang berbeda sih," jelas Hannah.
2. Memadukan antara horor dan action
Meski sudah jelas jika Marni: The Story of Wewe Gombel adalah film horor, namun ternyata film yang digarap lewat kerja sama antara rumah produksi Shen Entertainment, RA Pictures, dan Legacy Pictures ini turut memasukkan elemen action. Untuk itu, produksi film Marni ini turut bekerja sama dengan Uwais Team.
"Menurutku fungsi perpaduan aksi di sini adalah untuk mempertajam intensitas cerita dan intensitas beberapa karakter. Jadi, memang tidak hanya sekadar horror biasa, tapi fungsi action ini memang untuk membuat segala situasi dan karakter ini jadi lebih tegang, dan lebih serem, dan risiko-risiko untuk karakter masing-masing menjadi lebih tinggi lagi," jelas Hannah.
3. Lokasi syuting horor di pinggir jalan. Kok, bisa?
Hannah Al Rasyid spill fakta menarik lain selama proses syuting Marni: The Story of Wewe Gombel. Ternyata, lokasi rumah yang menjadi tempat tinggal Rahayu dan anak-anaknya—rumah dengan vibes horor yang kental dan juga telah muncul di trailer—lokasinya berada tepat di pinggir jalan raya. Berkat tim produksi yang kreatif, rumah tua tersebut berhasil disulap agar memiliki nuansa yang lebih horor lagi.
"Kalau rumah itu memang adalah rumah tua. Sebenarnya rumah itu ada di pinggir jalan raya di depan bioskop di Sukabumi, jadi rame banget di sekitar situ. Tapi memang rumah tua yang kemudian sama anak-anak art dipertua lagi supaya menjadi seperti itu looknya (seperti di trailer), tapi memang rame banget disitu."
4. Punya judul film yang cukup panjang, ternyata ini alasannya.
Sama seperti judulnya, Marni: The Story of Wewe Gombel, film garapan Billy Christian ini akan mengisahkan asal-usul dari wewe gombel. Di Indonesia sendiri, wewe gombel dikisahkan sebagai roh jahat yang gemar menculik anak-anak.
"Ini kuncinya, kalau kita lihat film horror pada umumnya, di saat dimunculkan makhluk atau hantu atau apapun itu fungsinya selalu jump scare atau takut-takutin, tapi kita nggak pernah tahu ini (hantu) apaan, sih."
Lanjut Hannah, "Nah, di 'Marni: Story of Wewe Gombel' itu sesuai judulnya, ini story of wewe gombel. Jadi, di film ini yang Mas Billy pengen explore adalah apa sih, yang terjadi kepada orang sehingga mereka bisa menjadi wewe gombel," ungkap Hannah.
5. Kisah tentang perempuan yang 'mungkin' akan relate dengan banyak perempuan
Menurut aktris kelahiran 25 Juni 1986 itu, ada banyak hal menarik yang bisa dieksplorasi dari film Marni: The Story of Wewe Gombel. Salah satunya mengenai perempuan yang dirasa akan cukup relatable dengan banyak perempuan di luar sana.
"Dan ini juga kayak kalau aku lihat tema dari karakter perempuan di sini, semua perempuan di film ini harus menanggung beban yang berat yang lebih seringnya diakibatkan oleh perbuatan laki-laki di sekitar. Dan menurut gue itu akan menjadi sesuatu yang mungkin cukup relatable untuk orang di luar sana," tutup Hannah.
Marni: The Story of Wewe Gombel direncanakan akan tayang pada bulan Juni 2024. Buat kamu yang penasaran sama filmnya, intip kehororannya terlebih dahulu lewat trailer di atas, yuk!