Belum resmi ditayangkan, drama Snowdrop yang dibintangi oleh Jung Hae In dan Jisoo BLACKPINK mendadak menjadi kontroversi di kalangan warganet. Kabarnya, alur cerita dari drama Snowdrop ini akan memicu perdebatan jika tetap ditayangkan.
KOntroversinya, kisah drama Snowdrop ini bersinggungan dengan tema sejarah. Namun, belakangan drama bertema sejarah menjadi isu yang cukup sensitif di Korea Selatan. Tidak main-main, ribuan warganet langsung menyuarakan penolakan terhadap drama ini. Bahkan, muncul dugaan jika drama Snowdrop akan bernasib sama dengan Joseon Exorcist.
Lantas, benarkah ada distorsi sejarah dalam drama Snowdrop sehingga menjadi kontroversi? Cari tahu kebenarannya di sini, Bela.
1. Bocoran sinopsis kontroversi dari Snowdrop
Drama Snowdrop yang dijadwalkan tayang pada paruh kedua 2021, yakni sekitar bulan Juni atau Juli, mendapat tudingan bahwa alur cerita dalam drama ini tidak sesuai dengan nilai sejarah.
Tudingan muncul karena bocornya beberapa sinopsis yang belum rampung ke publik di salah satu komunitas daring Korea Selatan. Potongan sinopsis tersebut mengungkapkan tentang gerakan Demokratik dan Perjuangan, di mana gerakan itu menimbulkan banyak korban jiwa dari kalangan mahasiswa yang dituduh sebagai mata-mata.
Sinopsis gelap inilah yang membuat drama Snowdrop menjadi kontroversi dan mendapat kritikan tajam dari berbagai pihak. Warganet menganggap jika drama ini terlalu mengagung-agungkan Kementerian Dalam Negeri dan Keamanan. Namun, meremehkan gerakan demokrasi yang terjadi di Korea Selatan.
2. Adanya gesekan fans Korea dan Internasional
Meski mendapat pertentangan dari warganet Korea, sejumlah fans Internasional menunjukkan dukungan terhadap drama yang dibintangi oleh Jisoo BLACKPINK dan Jung Hae In.
Fans Internasional menilai jika fans Korea terlalu sensitif dengan sesuatu yang menyangkut nilai sejarah. Padahal, belum mengetahui kejelasan pasti dari alur cerita dari drama Snowdrop.
Geram dicap sensitif, fans Korea membalas tuduhan fans Internasional yang kurang menghargai nilai sejarah sebuah negara dengan menyertakan bukti gerakan di tahun 1987. Gerakan tersebut menjadi salah satu peristiwa kelam yang terjadi Korea Selatan dan gerakan itu masuk ke dalam sinopsis drama Snowdrop.
Fans Korea mengkhawatirkan kondisi psikis dan trauma masa lalu dari para korban gerakan 1987 di Korea Selatan. Mereka juga menilai tidak etis jika menggunakan sejarah masa lalu yang belum terselesaikan sepenuhnya sebagai bagian dari sebuah drama, itu sama saja membuka luka lama dari para korban dan keluarga,
3. Pihak produksi menyanggah tudingan
Isu perdebatan drama Snowdrop kian memanas, pihak JTBC selaku stasiun televisi yang akan menayangkan dram tersebut akhirnya memberikan penjelasan, sekaligus sanggahan terhadap tuduhan distorsi sejarah oleh warganet.
JTBC mengklarifikasi bahwa drama tersebut tidak akan memuat alur cerita yang mengkhawatirkan banyak orang dan mengenai potongan sinopsis yang bocor ke publik, mereka memohon agar publik menahan diri dari kritik sembarangan terhadap drama ini.
Selain itu, JTBC juga menegaskan bahwa tidak ada niatan untuk membuat konten drama yang akan menimbulkan polemik dan seberusaha menyajikan alur cerita yang sesuai. Mereka mengungkapkan bahwa drama ini berfokus pada kisah romansa antara sosok laki-laki dan perempuan muda yang menjadi korban pada masa tersebut.
4. Mengirimkan banyak truk protes
Namun, pernyataan resmi dari JTBC tidak mampu menenangkan warganet yang terlanjur menolak penayangan drama ini. Bahkan, DC Gallery (fan union) dari Snowdrop telah menulis surat protes yang panjang ke pihak stasiun televisi.
Surat protes yang dikritikan berisi semua masalah yang ada dalam drama tersebut. Mereka juga mengumpulkan sejumlah dana untuk mengirimkan truk-truk protes apabila pihak produksi mengabaikan surat mereka dan tetap menayangkan drama Snowdrop.
5. Petisi pembatalan telah diajukan
Sama seperti Joseon Exorcist, petisi pembatalan drama Snowdrop telah diajukan ke Blue House. Dalam waktu semalam, gelombang penolakan drama ini terus meningkat. Semula, hanya 25.000 tanda tangan, namun meningkat menjadi 78.000 tanda tangan
Bahkan, terakhir dilansir dari Koreaboo.com, petisi tersebut sudah mencapai 96.434 tanda tangan. Warganet Korea Selatan mengantisipasi polemik yang akan terjadi, sebelum drama ini resmi ditayangkan.
6. Menuai respon negatif dari warganet Korea
Walau petisi pembatalan terus bertambah, tampaknya pihak produksi dan JTBC tetap bertahan untuk menayangkan drama Snowdrop. Terbukti, dari para pemain drama yang masih menjalankan proses syuting seperti biasa.
Kondisi ini menimbulkan kemarahan besar dari warganet Korea. Warganet menilai bahwa para kru yang terlibat dalam drama ini sungguh egois dengan mengabaikan pendapat orang lain. Mereka juga kasihan dengan karier para aktor dan aktris yang mungkin saja hancur jika tetap melanjutkan drama tersebut.
7. Sejumlah merek membatalkan kontrak iklan
Dampak dari kontroversi ini, salah satu sponsor drama Snowdrop, yakni Heungil Furniture meminta untuk membatalkan kontrak kerja sama iklan. Namun, karena drama tetap membutuhkan 100% PPL, maka Heungil Furniture memilih untuk meminimalisir kemunculan produk di drama tersebut.
Tidak hanya itu, Haeungil Furniture juga telah menghapus nama drama tersebut dari situs mereka. Ditambah dengan kenyataan bahwa mereka tidak menerima skrip detail naskah drama dan tidak mempunyai sumber daya yang terpercaya sebelum memutuskan mensponsorinya.
Meski begitu, pihak produksi berusaha mempertahankan drama Snowdrop agar bisa ditayangkan walau tidak mempunyai iklan sepanjang penayangan.
Nah, itulah ketujuh penyebab drama Snowdrop yang menjadi kontroversi dan terancam dibatalkan. Apakah kamu juga menunggu penayangan drama ini, Bela?