Pada 4 September 2024 di jalanan Seoul, Korea Selatan penggemar K-pop menggelar aksi protes di depan kantor pusat HYBE Labels. Mereka mengecam praktek penjualan album plastik dari agensi BTS itu, sebab dianggap merusak lingkungan.
Aksi kampanye ini bertajuk Plastic Album Sins yang diprakarsai oleh Kpop4Planet yang menampilkan boneka sebagai lambang kebebasan para penggemar dari taktik penjualan album.
Berikut informasi detailnya terkait praktik penjualan album yang menambah polusi plastik:
Agensi hiburan dituduh memakai taktik 'kotor'
Perusahaan hiburan K-pop diduga menggunakan taktik 'penjualan kotor', seperti menjual kartu foto secara acak, melakukakan sistem undian untuk fansign, atau merilis beberapa versi album sehingga mendorong penggemar garis keras melakukan pembelian massal.
HYBE, salah satu perusahaan hiburan K-pop ternama dengan total aset sekitar 5,25 triliun Won Korea atau setara Rp60 triliun merupakan agensi yang juga memakai taktik penjualan serupa.
Dalam laporan keberlanjutan 2023, praktik di lapangan terjadi peningkatan sebesar 77,9% dalam penggunaan plastik untuk produksi album 2022 - 2023. Berdasarkan The Korea Institute of Corporate Governance and Sustainability (KCGS) menilai kinerja ESG HYBE beradai di posisi terendah dalam kategori lingkungan dibandingkan tiga agensi hiburan besar lain, yaitu SM, JYP, dan YG.
Mengakhiri penjualan album yang merugikan
Mengingat krisi iklim yang semakin memburuk, Kpop4Planet merasa miris melihat industri hiburan menjadi salah satu pendorong ekonomi Korea Selatan yang meningkatkan volume sampah plastik dan ikut menyumbang emisi di planet bumi.
"November 2024, kota Busan di Korea Selatan akan menjadi tuan rumah dari perundingan penting yaitu negosiasi antarpemerintah atau Intergovernmental Negotiating Committee ke-lima (INC-5) untuk membahas dan menghasilkan perjanjian yang mengikat secara hukum internasional mengenai polusi plastik,” Dayeon Lee, juru kampanye Kpop4Planet.
Dayeon Lee berharap HYBE bisa mendengarkan suara penggemar dan mereka tidak akan berhenti hingga protes mereka mendapatkan jawaban, yaitu mengakhiri taktik pemasaran album yang merugikan bumi.
Dari jajak pendapat yang diadakan daring, para penggemar menyerukan kepada industri hiburan untuk mengakhiri praktik pembelian album secara massal.
Melayangkan surat terbuka kepada HYBE Labels
Tidak sekadar aksi protes belaka, tetapi Kpop4Planet telah mengirimkan surat terbuka kepada HYBE. Mereka menyampaikan aspirasi penggemar dan menuntut perusahaan untuk menghentikan taktik penjualan dengan memaksa penggemar membeli beberapa salinan album fisik yang sama.
Hingga saat ini, HYBE belum memberikan tanggapan. Dari laporan parlemen Korea pada 2022, jumlah sampah plastik yang dihasilkan oleh agensi hiburan meningkat 14 kali lipat dalam 6 tahun terakhir.
Meski telah era digital, namun penjualan album fisik tetap melonjak selama 1 dekade, lebih dari 116 juta album fisik terjual dengan 400 album di tahun 2023.
Langkah praktis mengurangi album plastik
Sejak kampanye No K-pop on a Dead Planet (2021), industri K-pop telah mengambil peran penting untuk keberlangsung bumi yang lebih baik. Namun, beberapa upaya praktis seperti penggunaan kertas ramah lingkungan, perilisan album digital, hingga kartu foto yang bisa dilarutkan belum sepenuhnya mengatasi akar masalah sampah plastik yang berlebihan.
"Baru-baru ini, perusahaan mengubah strategi mereka.Tapi, perusahaan perlu mengubah cara penggemar mengakses fansign dan mengembangkan sistem lain, yang tidak akan mendorong penggemar menghasilkan sampah dari koleksi kartu foto," ujar Mathieu Berbiguier, penggemar ENHYPEN dan Asisten Profesor Tamu Studi Korea di Universitas Carnegie Mellon, Amerika Serikat.
Sebenarnya, tren taktik penjualan tidak hanya terjadi di industri K-pop. Ikon musik global, seperti Taylor Swift juga pernah menghadapi kritik serupa. Sementara, Billie Eilish secara lantang mengecam industri hiburan yang lebih mengutamakan angka penjualan daripada tanggung jawab lingkungan.
Semoga industri K-pop dapat menemukan cara agar penggemar terus mendukung artis favorit tanpa merusak lingkungan. Bagaimana menurut pendapatmu, Bela?