Kemarin, tepatnya pada 9 Februari 2023, Indonesia merayakan Hari Pers Nasional (HPN) yang bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Persatuan Wartawan Indonesia atau PWI. Rasanya perayaan tidak lengkap tanpa menoleh kembali kilas balik evolusi perjalanan pers sejak zaman Indonesia sebelum merdeka hingga era digital saat ini.
Ada banyak sekali milestone penting yang menjadi tonggak sejarah perjalanan pers Indonesia. Salah satunya, bagaimana peranan audio, dalam hal ini radio, sebagai saluran berita terpenting pada tahun 1940-an dan perannya terus berkembang hingga saat ini. Mulai dari radio FM, AM, radio digital, hingga kini ada banyak evolusi dari sisi konten audio.
1. Potensi konten audio saat ini
Audio merupakan salah satu sarana yang powerfull untuk mendistribusikan berita. Jurnalisme audio dapat dikatakan sebagai salah satu pioner di dunia pers dan memiliki potensi yang besar. Ketika user mengkonsumsi konten mereka memiliki different preference masing-masing. Contoh, ada yang lebih suka membaca, menonton, atau hanya cukup dengan mendengarkan.
Konten audio membantu user di waktu screenless moment—keadaan ketika tidak dapat melihat ke layar handphone—mereka agar tidak ketinggalan berita dan informasi menarik dari topik yang mereka sukai. “Screenless moment ini sebenarnya adalah opportunity untuk teman-teman pers dan teman-teman media untuk continue untuk membuat konten dalam bentuk audio untuk menemani user-user itu ketika mereka sedang ada dalam screenless moment,” tutur Niken Sasmaya selaku Chief Business Officer (CBO) Noice.
2. Perubahan dalam konsumsi berita
Seiring dengan kemajuan teknologi mulai terlihat perubahan konsumsi masyarakat dalam banyak hal, termasuk konsumsi bacaan berita. Kini, media seakan dituntut untuk bisa masuk ke semua elemen guna menjangkau pembaca yang semakin melek digital. Platform berita dunia seperti The New York Times, The Washington Post, dan BBC kini menghadirkan opsi mendengarkan berita lewat audio untuk memberikan kemudahan sekaligus kenyamanan bagi masyarakat dalam menikmati konten berita. Rupanya, minat masyarakat akan konten berita audio ini terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan hasil survey NPR & Edison Reports, terdapat peningkatan 214% dalam mendengarkan berita audio yang disajikan pada platform berita online di Amerika Serikat. Studi ini menyoroti bahwa jumlah pendengar berita audio terus meningkat dengan perkiraan 26 juta lebih banyak dibandingkan dengan delapan tahun lalu atau menembus angka total 131 juta pendengar setiap hari. Di Indonesia, opsi mendengarkan konten berita juga mulai diadopsi oleh beberapa media besar.
“Tidak dapat dipungkiri bahwa pertumbuhan pesat teknologi konten audio terhadap jurnalisme telah menjadi game changer bagi industri ini. Pemanfaatan konten audio, salah satunya podcast, memungkinkan para jurnalis untuk bercerita dengan proses story telling yang unik dan memberikan pelaporan mendalam,” jelas Ratri Kartika Widya selaku penyiar, jurnalis dan juga former executive producer dari Katadata.
3. Perbedaan berita yang dikemas dalam bentuk teks dan audio
Ratri Kartika Widya menjelaskan tiga sinkronisasi berbeda. Pertama adalah synchronous activity misalnya saat membaca atau menonton kita harus fokus dengan aktivitas tersebut. Sehingga konten yang dibuat, mulai dari jenis, pemilihan font, penggunaan kalimat amat perlu diperhatikan.
Kemudian, semi synchronous, contohnya ketika sedang menunggu sesuatu sembari scrolling media sosial itu adalah hal-hal yang bisa dilakukan ‘sambil lalu’ tanpa mengganggu aktivitas utama. Jadi, konten yang dibuat adalah bagaimana user dapat mengetahui informasi yang disampaikan tanpa mengganggu kegiatan.
Terakhir adalah asynchronous. Memanfaatkan audio sebagai medium, user dapat mengerjakan semua aktivitas primer mereka tanpa harus mengganggu fokus perhatian. Sembari mencuci pakaian, mandi, makan, atau berolahraga kita tetap mendapat insight dari konten yang sedang didengarkan.
“Jadi, kira-kira, perbedaan konten audio yang harus kita buat adalah menciptakan theater of mind, menciptakan suasana yang mungkin harus dibangun dengan sound effect, musik. Informasinya sepintas tapi tak lepas. Jadi, ketika langsung mendengar ‘you got it’ tertanam di kepala para audiensnya,” jelas Ratri Kartika Widya.
4. Kehadiran podcast yang bersinar di kala pandemi
Sejak pandemi, kehadiran podcast seperti teman yang menemani di kala bosan. Tak dipungkiri saat pandemi kita kehilangan moment untuk bertemu dan berkumpul dengan teman, kerabat, bahkan keluarga. Kehadiran podcast sedikit banyak membantu mengusir rasa sepi.
“Sebenarnya podcast tuh media yang sangat simpel. Kita bisa ngungkapin apa aja. Makanya banyak sekali orang yang mendengarkan podcast tuh sambil perjalanan menuju kerja, di KRL dia dengerin, atau gak sambil nunggu sesuatu. Karena enaknya, kalau mungkin kita dengerin radio itu sistemnya selewat, kalau kita dengerin terus kelewat kita suka miss tapi kalau podcast kita bisa pause. Kita pause dulu, kita simpen, kita lakuin aktivitas lain,” ungkap Randhika Djamil, Noice Original Podcaster, Berizik.
5. Kelas podcast untuk jurnalis
Di tengah perkembangan media sosial dan digital yang semakin dinamis, mengakurasi berita dan topik terkini yang dapat dinikmati saat screenless moment dalam format audio menjadi hal esensial. Sebagai platform audio streaming lokal yang berkomitmen tinggi pada kemajuan industri konten audio Indonesia, Noice memiliki ekosistem lengkap untuk mendukung para kreator tumbuh dan berkembang di Noice.
Untuk itu Noice menghadirkan berbagai dukungan bagi para kreator, termasuk insan pers dan media yang tertarik memproduksi konten agar bisa mengembangkan konten mereka mulai dari edukasi, proses produksi, promosi, hingga langkah monetisasi. Kelas Podcast pertama yang digelar khusus untuk jurnalis akan diadakan pada bulan Maret 2023. Informasi selanjutnya mengenai Kelas Podcast khusus jurnalis dapat dicek di akun Instagram @noicemaker.id.
Selain itu, Noice juga telah menghadirkan Noice Space, sebagai fasilitas dan creative hub yang bisa dimanfaatkan oleh para kreator untuk memproduksi konten mereka. Noice Space dilengkapi dengan 5 studio dengan perangkat rekaman podcast yang mumpuni serta pendampingan dari tim produser Noice untuk bisa mengembangkan konten dengan baik.
Di akhir Ratri Kartika Widya mengajak para jurnalis agar tidak perlu takut dalam membuat konten audio. “Teman-teman nggak perlu takut untuk eksplor konten lebih banyak lagi, termasuk audio. Kalian nggak akan tahu kalau belum coba betapa simpel, mudah, asiknya bikin konten podcast atau bikin konten audio lainnya. Nggak perlu takut pasarnya ke mana, ada atau nggak, atau monetisasinya bagaimana, karena tumbuh kok dari tahun 2021 ke 2022. Kata Global Web Index pendengar podcast naik 25% di tahun 2022 sekitar jadi 55 menit lah kira-kira per daily-nya itu buat orang-orang Indonesia menggunakan media, 55 menitnya untuk dengerin podcast,” ungkapnya.