Ratu Inggris Elizabeth II merayakan 70 tahun memegang takhta Kerajaan Inggris di Sandringham Estate secara sederhana. Berusia 95 tahun, peringatan 70 tahun naik takhta Ratu Inggris Elizabeth II jatuh pada Minggu (06/02/2022). Jika situasi pandemi membaik dan memungkinkan, perayaan publik akan dilaksanakan pada bulan Juni dengan mengadakan parade militer, pesta, hingga kompetisi membuat makanan.
Ratu Elizabeth II merupakan kepala negara perempuan terlama yang memerintah Inggris dalam sejarah. Adapun dalam sistem monarki, peringatan 70 tahun raja atau ratu yang memerintah disebut sebagai Platinum Jubilee. Dalam pesannya, Ratu Inggris Elizabeth II juga turut memberikan restunya kepada Camilla, istri dari Pangeran Charles, untuk menyandang status sebagai Queen Consort atau permaisuri jika Pangeran Charles menjadi raja.
Sudah tujuh dekade berlalu, Ratu Elizabeth II naik takhta di usianya yang baru menginjak 25 tahun. Sebagai seorang ratu, ada banyak tradisi dan aturan kerajaan yang perlu dipatuhi untuk menjaga citra dan perannya dalam pemerintahan. Inilah beberapa aturan paling penting yang harus diikuti Ratu Elizabeth II selama dirinya menyandang status sebagai ratu.
1. Ratu Elizabeth II tidak menggunakan hak suaranya untuk memilih
Menjadi seorang ratu adalah posisi yang cukup rumit. Tentunya seorang raja atau ratu memiliki kekuasaan, namun, pasang surut dunia perpolitikan dapat membawa pengaruh besar bagi keluarga kerajaan.
Ratu Elizabeth II dan keluarga tidak terlibat dalam kerusuhan politik. Untuk itu, Ratu tidak menggunakan hak suaranya. Seperti yang dilaporkan Vanity Fair, ini adalah tradisi yang dirinya pegang teguh. Meskipun tidak ada UU resmi yang mengatakan bahwa bangsawan Inggris dilarang memberikan suara, Ratu memilih untuk tidak memberikan suara.
Ratu Elizabeth II juga tertutup masalah pandangan politik, bahkan pertemuan mingguan bersama perdana menteri selalu dirahasiakan.
2. Saat bepergian, ratu Elizabeth II dan anggota keluarga kerajaan lainnya harus membawa pakaian serba hitam
Melansir dari Mental Floss, pada tahun 1952, Raja George VI meninggal dunia ketika Ratu Elizabeth sedang berada di Kenya. Dirinya bersama Pangeran Philipp segera kembali ke Inggris, namun ratu tidak memiliki pakaian berkabung. Akhirnya, ia dibawakan pakaian serba hitam sebelum meninggal pesawat. Sejak saat itu, aturan tersebut pun diberlakukan.
Kini, anggota keluarga kerajaan, termasuk sang ratu, diharuskan untuk berkemas, atau meminta seseorang untuk mengemasi pakaian serba hitam. Dengan begitu, jika seorang anggota keluarga kerajaan meninggal saat mereka sedang melakukan tur Persemakmuran atau memimpin kegiatan amal, mereka tidak akan mengalami nasib yang sama seperti Ratu Elizabeth II.
3. Ratu Elizabeth II bertanggung jawab dalam pembukaan dan penutupan Parlemen
Salah satu tugas yang harus dikerjakan Ratu Elizabeth II terkait dengan pemerintahan adalah bertanggung jawab dalam pembukaan dan penutupan Parlemen.
Seperti yang dinyatakan oleh Parlemen Inggris, upacara pembukaan Parlemen sebenarnya dimulai di Istana Buckingham, di mana ratu memulai prosesi ke gedung Parlemen, masuk melalui Pintu Masuk Sovereign. Dia memasuki kamar House of Lords mengenakan Mahkota Negara dan Jubah Negara.
House of Commons diundang ke acara itu, meskipun mereka secara seremonial menolak kepentingan apa pun. Ratu juga bertanggung jawab untuk menutup setiap sesi Parlemen.
Dia juga dapat memprovokasi Parlemen, atau memasukkannya ke dalam reses di mana anggota tidak dapat memilih, meskipun biasanya seorang perdana menteri harus memintanya untuk melakukannya terlebih dahulu. Namun, kekuasaannya untuk melakukannya sangat terbatas, dan diatur oleh Undang-Undang Parlemen Jangka Tetap 2011.
4. Ratu diminta untuk membacakan pidato yang bukan ia tulis sendiri
Setiap tahun, saat Ratu Elizabeth II membuka Parlemen, ratu duduk di atas takhta di House of Lords dan menyampaikan pidato di Parlemen. Pidato tersebut dimaksudkan untuk memberi tahu tentang tujuan pemerintah untuk sesi itu, mulai dari garis besar kebijakan hingga undang-undang yang diusulkan.
Namun, yang menulis pidato bukan Ratu Elizabeth II sendiri, karena ratu hanya diminta untuk membacakannya. Setelah dia selesai, House of Commons secara resmi mengucapkan terima kasih atas pidatonya. Biasanya, rencana yang diuraikan dalam pidato tersebut menjadi perdebatan. Di sinilah ratu bisa pergi, karena perdebatan itu biasanya berlangsung selama berhari-hari sebelum ada keputusan.
5. Tradisi pertemuan antara Ratu Elizabeth II dengan perdana menteri baru dan pejabat lainnya
Mengutip laman How Stuff Works, ratu terlibat dalam menunjuk penasihat dan anggota kabinet baru, termasuk perdana menteri itu sendiri. Padahal, seperti banyak tugas konstitusionalnya, peran Ratu Elizabeth dalam proses ini hanya bersifat seremonial saja, karena para pemimpin seperti perdana menteri sebenarnya dipilih.
Namun, sejak Ratu Elizabeth II naik takhta pada 1950-an, ia mulai menyetujui yang pertama dari 14 perdana menteri.Tugas seremonial itu berlangsung sehari setelah pemilihan umum Inggris.
Calon perdana menteri akan ke Istana Buckingham untuk bertemu dengan ratu dalam membentuk pemerintahan baru. Seperti yang dilaporkan The New York Times, pertemuan ini disebut "Kissing Hands", meskipun saat ini dianggap hanya sebagai tradisi.
6. Ratu Elizabeth II harus menyetujui semua RUU yang dikeluarkan Parlemen
Seperti yang dilaporkan BBC, Ratu Elizabeth II harus memberikan "Persetujuan Kerajaan" untuk semua RUU yang disahkan oleh Parlemen, yang merupakan langkah terakhir sebelum menjadi undang-undang. Setelah mendapat Persetujuan Kerajaan, secara resmi akan berlaku dan menjadi Undang-Undang Parlemen.
Meskipun Ratu Elizabeth II harus menandatangani semua dokumen tersebut, tetapi hal ini tidak selalu berlaku pada penguasa Inggris. Ratu Anne adalah ratu terakhir yang menolak Persetujuan Kerajaan pada tahun 1707. Mungkin, mengingat gejolak politik terdahulu, itu sebabnya Ratu Elizabeth II dan begitu banyak pendahulunya tidak mengambil langkah radikal selama berabad-abad lamanya.
7. Alasan Ratu Elizabeth II menggunakan pakaian cerah
Ratu Elizabeth II senang menggunakan pakaian cerah, hal ini membuatnya terlihat menonjol di antara kerumunan. Ternyata, hal tersebut merupakan bagian dari aturan yang diberlakukan dan telah dijalankannya selama bertahun-tahun. Sebagaimana yang dilaporkan Good Morning America, pakaian berwarna cerah dianggap bagian dari tugasnya untuk menyenangkan publik.
8. Ratu Elizabeth II harus mengikuti protokol percakapan selama pesta makan malam
Sebagian besar kehidupan Ratu Elizabeth II cukup teratur. Bahkan, dengan siapa dia berbicara, kapan dia berbicara dan bagaimana dia memilih untuk berbicara, semuanya bermuara pada serangkaian aturan sosial.
Prosedur standar pesta makan malam Ratu Elizabeth II adalah memulai percakapan dengan orang yang duduk di sebelah kanannya, tempat duduk untuk tamu kehormatan. Setelah hidangan pertama, dia akan berbincang dengan orang di sebelah kirinya, lalu kembali setelah hidangan berikutnya.
9. Ratu Elizabeth II memiliki hak untuk menyatakan perang atau perdamaian
Ratu Elizabeth II sebenarnya adalah kepala Angkatan Bersenjata Inggris, seperti yang dijelaskan Royal Family. Secara khusus, sebagai kepala resmi Angkatan Bersenjata, ratu memiliki kekuatan untuk menyatakan perang atau perdamaian.
Karena itu, dia dapat menyeburkan pasukan Inggris ke dalam konflik dan juga menandatangani perjanjian yang melibatkan negaranya.
Seperti banyak kekuatan cadangan lainnya, tetapi hal ini masih sangat terbatas. Konvensi menuntutnya agar dia berkonsultasi terlebih dahulu dengan pejabat sebelum membuat keputusan tertentu, atau langkah drastis serupa lainnya.
10. Ratu Elizabeth II memiliki tugas penting sebagai kepala Persemakmuran
Meskipun sebagian besar bersifat simbolis, peran Ratu Elizabeth sebagai kepala Persemakmuran menuntut banyak tugas. Dikutip History Extra, dia menjadi ratu yang paling banyak menjelajahi dunia. Hal tersebut terjadi karena Commonwealth of Nations terdiri dari beberapa negara yang berbeda, dan hari ini berjumlah 54 negara.
Persemakmuran kurang lebih didirikan pada tahun 1926, yang kini telah mengalami banyak perubahan sepanjang masa pemerintahan Ratu Elizabeth II.
Ratu juga berperan sebagai tokoh pemersatu untuk sebuah kelompok yang sering dilanda konflik internal dan masalah dengan warisan pascakolonial Inggris. Meski seremonial, peran ratu di sini secara simbolis tetap penting.
Meskipun pekerjaannya terkait erat dengan Ratu Elizabeth II, faktanya, "Kepala Persemakmuran" bukanlah peran turun-temurun. Padahal, seperti yang dilaporkan Harper's Bazaar, sang ratu meminta putranya, Pangeran Charles, untuk menggantikannya, tapi belum ada kesepakatan.
11. Ratu Elizabeth II harus menyetujui beberapa pernikahan kerajaan
Sepanjang sejarah Inggris, bangsawan harus mendapatkan izin raja jika ingin menikah. Seperti yang dialami Lettice Knollys, yang tidak disukai oleh Ratu Elizabeth I karena dia berani menikah tanpa persetujuan kerajaan pada tahun 1578. Seperti yang dilaporkan Town & Country, kekuatan raja atau ratu untuk menandatangani pernikahan kerajaan bahkan diabadikan dalam Undang-Undang Perkawinan Kerajaan 1772.
12. Ratu Elizabeth II tidak diizinkan untuk memberikan tanda tangannya ke siapa pun
Ratu Elizabeth II dan bangsawan lainnya sebenarnya tidak diizinkan memberikan tanda tangan karena tanda tangan mereka bisa saja dipalsukan untuk kejahatan, baik untuk mempermalukan hingga berbahaya.
Pangeran Charles, putra Elizabeth II dan pewarisnya, pernah melanggar aturan ini pada tahun 2010, tetapi tanda tangannya, yang bertuliskan "Charles 2010," tidak menyebabkan masalah.
Sayangnya, tanda tangan Ratu Elizabeth II sendiri sangat sulit untuk ditemukan. Meskipun begitu, tanda tangan Ratu hanya ada di beberapa barang berharga. Seperti yang diperkirakan oleh Paul Fraser Collectibles, foto ratu yang ditandatanganinya dikenakan biaya sekitar 8.000 dolar AS atau setara dengan Rp114 juta.
Sebagai seorang raja atau ratu, umumnya memiliki aturan ketat yang harus dipatuhinya. Selama 70 tahun menjabat, Ratu Elizabeth II telah membawa banyak perubahan.
Salah satunya terjadi pada awal masa kepemimpinan, untuk kali pertama, Ratu mengizinkan media lokal untuk meliput hari penobatan dirinya menjadi ratu pada 2 Juni 1953. Meski menciptakan banyak kontroversi, Ratu tetap menyiarkan upacara tersebut untuk mengubah sikap kerajaan kepada media.
Disclaimer: Artikel ini telah tayang di IDN Times dengan judul "12 Aturan yang Selalu Dipatuhi Ratu Elizabeth II" ditulis oleh Amelia Solekha.