Jelang perayaan Imlek, sejarah barongsai akan menarik untuk dibahas. Pertunjukan hiburan merupakan salah satu kesenian asal Tiongkok. Di Indonesia, barongsai biasanya ditampilkan saat Tahun Baru Imlek.
Tak hanya kostumnya, sejarah barongsai juga punya cerita yang panjang, lho, Bela! Selain itu, gerakannya pun punya jenis dan filosofi tersendiri. Lalu, bagaimana hiburan ini akhirnya bisa berkembang di Indonesia? Simak informasinya di bawah ini.
1. Sejarah barongsai
Di negara asalnya, barongsai dikenal dengan nama 舞狮 (wǔ shī) yang berarti tarian singa. Cikal bakal kesenian ini diyakini berawal dari beberapa singa tampak di daratan Tiongkok Kuno yang kini bernama Xinjiang. Pada masa yang berlangsung sekitar 202 SM–220 M itu, singa diduga muncul karena adanya jalur perdagangan sutra. Gerakan hewan buas ini kemudian banyak diikuti oleh masyarakat pada zaman tersebut.
Imitasi gerakan itu lalu mulai berkembang menjadi sebuah kesenian sekitar 220 M–280 M pada periode tiga kerajaan. Tarian ini makin populer saat periode dinasti Selatan-Utara (Nan Bei) tahun 420-589 Masehi. Masa itu, Raja Song Wen Di kesulitan saat melawan serangan pasukan gajah Raja Fan Yang dari negeri Lin Yi. Panglima Zhong Que kemudian berinisiatif membuat tiruan boneka singa untuk mengusirnya. Tak disangka, cara ini berhasil sehingga wǔ shī bisa berkembang sebagai kesenian.
Namun, ada juga versi cerita lain yang berkembang soal sejarah barongsai. Di zaman Tiongkok Kuno, ada sesosok makhluk menakutkan bernama Nian yang muncul saat musim semi dan Tahun Baru Imlek. Agar tidak mengganggu manusia lagi, Nian ditakut-takuti masyarakat dengan berbagai cara yang meriah, seperti bermain petasan, kembang api, hingga tarian singa ini.
2. Filosofi barongsai
Meski bernama tarian singa, barongsai diyakini merupakan perwujudan singa yang digabungkan dengan beberapa hewan lainnya. Singa menjadi bentuk utama karena hewan ini memiliki citra yang baik di kalangan masyarakat Tiongkok. Berikut filosofi masing-masing unsur pembentuknya:
- Kepala (singa): melambangkan kekuatan, keunggulan, dan kebijaksanaan.
- Tanduk (jambul burung): melambangkan kehidupan dan mewakili unsur perempuan.
- Telinga dan ekor (makhluk mistis): melambangkan kebijaksanaan dan keberuntungan.
- Punuk di belakang kepala (kura-kura): melambangkan umur yang panjang.
- Dagu dan jenggot (naga): melambangkan kepemimpinan, kekuatan, dan mewakili unsur laki-laki.
- Tulang belakang (ular): melambangkan kekayaan dan pesona.
Selain itu, warna-warna yang digunakan untuk kostum barongsai juga punya makna tersendiri. Ada lima warna yang menjadi simbol elemen kehidupan dan arah mata angin. Berikut rinciannya:
- Kuning (pusat): melambangkan bumi.
- Hitam (utara): melambangkan air.
- Merah (selatan): melambangkan api.
- Putih (barat): melambangkan logam.
- Hijau (timur): melambangkan kayu.
3. Jenis-jenis barongsai
Satu barongsai biasanya dimainkan oleh dua orang. Namun, ternyata pertunjukan ini masih memiliki cabang. Dua jenis utama yang paling sering ditampilkan adalah singa utara (pekingsai) dan singa selatan (barongsai).
Singa utara atau pekingsai memiliki ciri utama bersurai ikal, berkaki empat, berbulu lebat dan panjang, dan berwarna kuning serta merah. Gerakan pekingsai ditandai atraktif dan akrobatik, mulai dari berjalan di atas bola, berjalan di atas tali, berputar, menggendong, dan gerakan menarik lainnya.
Pekingsai masih dibedakan lagi berdasarkan jenis kelaminnya. Pekingsai jantan dimainkan oleh dua singa dewasa berpita merah di kepalanya. Lalu, ada singa betina yang ditandai dengan adanya pita hijau atau terkadang bulu di kepalanya juga berwarna hijau. Sementara itu, anak singa atau pendekar akan memegang benda berbentuk bola untuk memimpin para singa dan melakukan beberapa gerakan wushu. Di masa lalu, pekingsai diyakini merupakan salah satu hiburan keluarga kerajaan.
Singa selatan atau barongsai sendiri memiliki ciri bertanduk, bersisik, kerangka kepala terbuat dari bambu yang ditempeli kertas lalu dilukis, memiliki tambahan bulu dan hiasan lainnya, serta melakukan gerakan yang lebih ekspresif. Bulu yang dikenakannya bisa berasal dari berbagai bahan, mulai dari bulu sintetis, bulu kelinci, hingga bulu domba.
Seperti singa utara, singa selatan juga masih memiliki cabang jenis. Pertama, ada Fut San yang memiliki tanduk lancip, dahi tinggi, mulut seperti bebek, dan ekor yang lebih panjang. Karena termasuk barongsai tradisional, gerakannya lebih bertenaga. Sementara jenis lainnya bernama Hok San dengan ciri fisik mulut moncong ke depan, tanduk tidak lancip, dan ekor lebih kecil. Kebalikan dari Fut San, jenis Hok San melakukan gerakan yang lebih santai.
4. Alat musik pengiring barongsai
Sebagaimana pertunjukan pada umumnya, penampilan barongsai juga diiringi oleh sejumlah alat musik. Setidaknya ada satu orang pemain gendang (tambur), dua orang pemain simbal (cai-cai), dan satu orang pemain gong (luo) dalam suatu pertunjukan.
5. Perkembangan barongsai di Indonesia
Barongsai aslinya merupakan penamaan wǔ shī setelah hadir di Indonesia. Mengutip dari berbagai sumber, barongsai berasal dari dua kata. Pertama, barong yang merujuk pada kesenian di Indonesia, atau tepatnya kesenian boneka Bali yang para penarinya berada dalam kostum. Kedua, sai, bahasa Hokkian yang artinya adalah singa.
Barongsai diduga mulai masuk di Indonesia pada abad-17, saat migrasi besar dari Tiongkok Selatan terjadi. Kesenian ini mulai berkembang kala setiap perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan di berbagai daerah di Indonesia hampir dipastikan memiliki sebuah perkumpulan barongsai. Sayangnya, karena gerakan G30S/PKI, pertunjukan barongsai dilarang selama kepemimpinan Presiden Soeharto.
Barongsai baru bangkit usai Presiden Soeharto berhenti menjabat pada 1998. Perkumpulan barongsai pun kembali bermunculan. Pertunjukan kembali digelar, terutama saat Tahun Baru Imlek tiba. Kini, kesenian ini bahkan diperlombakan dan dinaungi oleh Federasi Olahraga Barongsai Indonesia (FOBI) yang diakui oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). Karena status ini, pemain barongsai juga bisa disebut sebagai atlet barongsai.
Ternyata, sejarah barongsai panjang juga, ya, Bela? Apakah kamu punya kenangan tersendiri dengan kesenian yang satu ini?