Saya sudah tahu akan seperti ini jadinya. Air mata tak terbendung sepanjang film Miracle in Cell No.7, hasil remake dari versi Korea, ditayangkan. Satu keputusan yang tidak saya sesali: saya datang menonton dengan wajah tanpa polesan make up.
Serupa, tapi tak sama
Miracle in Cell No. 7 versi Indonesia dibuka dengan adegan yang sama dengan versi aslinya. Kartika yang sudah dewasa Mawar Eva de Jongh berniat melakukan penyidikan ulang terhadap kasus yang terjadi pada sang ayah, Dodo Rozak (Vino G. Bastian), beberapa tahun sebelumnya. Lelaki dengan keterbelakangan mental tersebut dituduh melakukan pelecehan seksual dan membunuh seorang anak bernama Melati Wibisono.
Namun, percaya, deh! Penonton akan dibuat hanyut dalam pesona kelokalan yang dibawa oleh versi Indonesia ini. Alim Sudio selaku penulis skenario benar-benar cerdas menyuntikkan elemen Indonesiana ke dalam film remake ini. Ia menata alur sedemikian rupa sampai ada titik yang membuat saya merasa tak perlu mendebatkan versi mana yang lebih baik. Alim juga merasa senang karena diberi kebebasan untuk membuat Miracle in Cell No. 7 yang "Indonesia banget".
"Kita dikasih kebebasan untuk menyesuaikan dengan kultur dan budaya Indonesia. Jadi terima kasih Mr. Kim dan Mr. Lee untuk diberikan kebebasan itu sehingga kami dalam prosesnya merasakan apa, ya, excitement saat melakukan adaptasi terhadap film ini. Dan pada akhirnya script finalnya juga diperiksa oleh mereka. Proses pengecekan hanya untuk melihat konteksnya tidak terlalu jauh dari film asli," ungkapnya.
Haru dan lucu yang beradu
Ikatan keluarga yang ditampilkan dalam Miracle in Cell No. 7 harus mendapatkan acungan jempol sebanyak-banyaknya. Tak hanya di antara Dodo dan Kartika kecil (Graciella Abigail), eratnya persaudaraan para penghuni sel nomor 7 pun begitu menghangatkan hati. Belum lagi hadirnya Hendro (Denny Sumargo) sebagai kepala penjara yang terusik jiwa kebapakannya usai melihat Kartika.
Pemilihan aktor komedian–walau berbeda generasi –juga menjadi salah satu poin plus. Indro Warkop, Tora Sudiro, Rigen Rakelna, dan Indra Jegel membawa candaan-candaan yang begitu pecah dan membuat tawa penonton meledak, bahkan bertepuk tangan. Di sisi lain, Bryan Domani yang tak punya latar belakang komedian menunjukkan bahwa ia adalah seorang aktor yang mau mencoba sebuah peran baru di luar zona nyamannya.
"Aku bersyukur. Bersyukur banget. Nggak ada senior-senioran. Semuanya mengajarkan aku, membantu aku build karakter Bule Asrul ini," ucap Bryan.
Banyak adegan yang membuat saya terkesan karena pengambilan angle-nya. Menjadikannya terasa lebih dramatis. Sejak film dimulai, beberapa detail cerita dari versi aslinya juga memiliki eksplorasi yang lebih dalam. Membuatnya berkali-kali lipat lebih menyentuh. Saya sampai harus menutup kedua mata dengan selembar tisu untuk masing-masing.
Oh iya, salah satu adegan menjelang akhir film sempat membuat saya menangis tersedu dan tertawa dalam waktu yang sama, lho! Kalau bercermin, sepertinya ekspresi saya akan seperti meme terkenal dengan wajah Tobey Maguire ini.
Yakin make up kamu waterproof? Tonton ini dulu!
Satu hal lagi yang membuat Miracle in Cell No. 7 dramatis adalah ditunjuknya Andmesh Kamaleng untuk menyanyikan "Andaikan Kau Datang". Lagu lawas ini diaransemen ulang dan membuat kesedihan cerita kian mendalam.
Setelah ini, saya rasa deretan merek make up harus mulai mempertimbangkan Miracle in Cell No. 7-proof untuk menjual produknya. Atau, video kesan para pemeran tentang sosok ayah di bawah ini bisa jadi babak pemanasan.
Saya, sih, sudah menyerah duluan. Baru pakai sunscreen saja, wajah saya sudah lengket tak karuan selesai menonton filmnya. Kalau Bela, adakah yang berani coba menonton Miracle in Cell No. 7 menggunakan make up untuk mengetes klaim waterproof tersebut? Tag Popbela di media sosial, ya, jika kamu menerima tantangan ini!