Cobweb mungkin menjadi salah satu film terbaik versi saya tahun ini. Performa akting, jalan cerita, sinematografi, scoring, dan komedi gelap yang diangkatnya berpadu serasi hingga akhir. Patutlah karya sutradara Kim Jee Woon ini mendapatkan standing ovation selama 10 menit dalam pemutarannya di Festival Film Cannes 2023.
Cobweb sendiri sudah tayang di bioskop Indonesia mulai 20 Oktober. Bercerita tentang di balik layar pembuatan film pada tahun 1970-an, film ini rupanya juga sempat tersandung kontroversi karena karakternya disebut menyinggung salah satu sutradara kondang Korea Selatan. Popbela berhasil menemukan penyebabnya usai menyaksikan film ini. Berikut review-nya!
Sinopsis Cobweb
Momen "wrap" atau selesai syuting dalam proses produksi film tentu melegakan bagi para kru. Namun, bagaimana jika sang sutradara mendadak ingin mengubah akhir ceritanya? Rumit adalah satu kata yang paling mewakili situasi ini karena perlu izin dari lembaga sensor yang masih cukup ketat di masa lalu.
Melalui film Cobweb (거미집: geomijib), penonton diajak melihat kekacauan tersebut dengan balutan komedi gelap yang menyertai industri ini. Sutradara Kim Yeol (Song Kang Ho) gerah terus-terusan dikritik sebagai pembuat film dengan alur yang terus-terusan berbau seksual. Ia juga disebut numpang tenar kepada Sutradara Shin (Jung Woo Sung), yang menjadi atasannya sebelum meninggal dunia. Akibatnya, film Cobweb yang sedang dikerjakannya banyak diremehkan.
Berhari-hari setelah syuting, ia terus memimpikan alur baru yang segar untuk filmnya. Sutradara Kim akhirnya ngotot untuk syuting ulang karena yakin itu akan membuat filmnya menjadi sebuah mahakarya. Di antara banyak pihak yang menentang karena naskahnya dinilai terlalu kejam, hanya Shin Mi Do (Jeon Yeo Been) yang mendukungnya.
Min Ja (Lim Soo Jung), Han Yu Rim (Krystal/Jung Soo Jung), Kang Ho Se (Oh Jung Se), dan Nyonya Oh (Park Jeong Soo) dipanggil untuk kembali syuting dalam jangka 2 hari saja. Tak disangka, banyak kejadian ajaib hingga kepala rumah produksi film ini hingga Direktur Baek (Jang Young Nam) menyebutnya seperti sinetron.
Serasa nonton film jadul sungguhan
Cobweb menggunakan format film berwarna dan hitam putih sekaligus untuk membedakan adegan film arahan Sutradara Kim Yeol dan Sutradara Kim Jee Woon. Hal ini sedikit mengingatkan saya kepada film Oppenheimer karya Christopher Nolan yang melakukan hal serupa, meski tujuannya sedikit berbeda.
Sesaat saya seperti memasuki sebuah kapsul waktu, seolah berada di layar tancep dengan fasilitas menonton yang lebih nyaman. Cobweb hitam putih terasa begitu dramatis dan menegangkan dengan teknik pengambilan gambar panning dan zooming close up yang cukup cepat dalam sebuah long take. Belum lagi scoring-nya cukup menggelegar. Pemanfaatan adegan demi adegan untuk menyampaikan cerita mengingatkan saya dengan ciri khas film Alfred Hitchcock yang identik dengan visual storytelling.
Treatment berbeda berlaku untuk Cobweb arahan Kim Jee Woon. Di dunia nyata semesta ini, para karakter memiliki dialog yang cukup padat. Sisi gelap industri hiburan yang selalu jadi cerita mulut ke mulut, seperti perselingkuhan artis, karakter asli yang berbeda drastis, hingga intrik di balik layar tersaji dengan gaya satire yang membuat penonton mau tak mau ikutan tertawa.
Gong komedi film ini mungkin harus saya sematkan kepada Jeon Yeo Been dan Krystal Jung. Dua aktris ini sama-sama memiliki karakter perempuan muda yang masih labil. Saat mereka terlibat konflik, pertengkaran barbar dan kocak pun tak terhindarkan. Aura permusuhan Mi Do dan Yu Rim bahkan berlangsung hingga ujung film. Akting hiperbola keduanya sukses menambah kelucuan di tiap adegan yang mereka bintangi.
Singgung Sutradara Kim Ki Young?
Saya datang menonton Cobweb dengan bekal menonton trailernya saja. Setelah beberapa menit, ada beberapa adegan Cobweb hitam putih yang cukup familier bagi saya. Cukup lama saya mengingat-ingat judul film dan sutradaranya. Ternyata film The Housemaid (하녀: hanyeo), mahakarya sutradara Kim Ki Young pada 1960 lah yang saya maksud.
Tak dimungkiri, memang terlintas pemikiran apakah film ini ditujukan untuk menjadi biopik sutradara legendaris tersebut? Otak saya langsung menepis hal tersebut karena latar waktu yang berbeda. Bagaimana lagi? Terlalu banyak kemiripan, mulai dari nama sutradara, penggunaan hewan sebagai pendukung adegan, bahkan sama-sama menggunakan gaya sinematografi Hitchcockian. Dua film tersebut juga menawarkan sebuah kebaruan dalam industri film dengan karakter perempuan yang dibuat lebih berdaya.
Setelah saya usut kembali, rupanya hal inilah yang menjadi sumber kontroversi. Pihak keluarga Kim Ki Young sempat menentang penayangan film Cobweb karena beberapa kemiripan yang sudah saya sebutkan di atas. Namun, pihak produksi membantah hal tersebut dan mengklaim bahwa Sutradara Kim Yeol hanyalah karakter fiksi buatan Shin Youn Sik dan Kim Jee Woon sebagai penulis skenario.
Jadi tahu hal-hal tentang syuting film
Terlepas dari kontroversi tersebut, Cobweb jadi film yang pas untuk menjawab rasa penasaran penonton tentang proses syuting sebuah film. Ada adrenalin yang tersalur secara alami ketika adegan menunjukkan bagaimana menantangnya pengambilan long take dilakukan. Tak cuma sulit bagi para pemeran, kru yang bertugas pun harus punya koordinasi dan persiapan yang matang demi sebuah adegan yang paripurna.
Buat kamu yang tertarik menonton Cobweb, saya menyarankan agar menaruh perhatian penuh kepada tiap adegannya karena ada beberapa detail penting yang diceritakan dengan cepat. Kalau tidak, mungkin kamu harus menontonnya lebih dari sekali agar benar-benar paham karena tempo dialog mayoritas karakternya memang cukup ngebut.
Sebetulnya masih ada satu karakter minor yang menjadi gong komedi di film ini. Daripada saya kebanyakan spoiler, mungkin kamu harus coba menonton Cobweb di bioskop dan menemukan siapa sosok tersebut, Bela!