Baru-baru ini, Nasida Ria mengubah pandangan masyarakat terhadap musik kasidah. Tak hanya bergerak dari panggung ke panggung hajatan, mereka kali ini mengguncang panggung musik Documenta Fifteen yang digelar di Kassel, Jerman sebagai pembuka.
"Besok Nasida Ria akan tampil sebagai pembuka di event seni akbar dunia @documentafifteen di Kassel, Jerman. Yuk yang dekat merapat kita Qasidah kan Jerman!! Yang jauh boleh dukung dengan doa biar acaranya berjalan dengan LANCARJAYA!!!!" tulis mereka di akun Instagram resmi, Jumat (17/6). Berikut ini beberapa fakta dan profil Nasida Ria yang jadi eksis di panggung dunia.
1. Dibentuk pada 1975
Sepak terjang Nasida Ria dimulai pada 1975 setelah dibentuk oleh HM Zain. Salah satu pemuka agama asal Semarang, Jawa Tengah itu kemudian mengajak istri dan para muridnya untuk berlatih musik di asramanya yang terletak di kawasan Kauman Mustaram no 58, Semarang.
Nasida Ria berarti nyanyian yang gembira. Jumlah anggota mereka awalnya disesuaikan dengan jumlah huruf nama grup, yaitu sembilan orang, Rien Jamain, Musyarofah, Umi Kholifah, Nur Ain, Nunung, Mutoharoh, Alfiyah, Kudriyah, dan Hj. Mudrikah Zain.
2. Debut dengan lagu berbahasa Arab
Awalnya, grup ini menelurkan lagu menggunakan bahasa Arab berjudul "Alabaladil Makabul" yang memah terinspirasi dari musik Timur Tengah itu. Namun, seiring berjalannya waktu Kiai Ahmad Buchori Masruri menyarankan bahasa tersebut diubah menggunakan bahasa Indonesia.
3. Lagu dengan pesan sosial
Lagu-lagu Nasida Ria yang populer memiliki pesan-pesan sosial. Sebut saja "Perdamaian", "Dunia dalam Berita", "Bila Bom Nuklir Diledakkan", dan "Kota Santri" yang ditampilkan di Jerman kemarin.
4. Personel tiga generasi
Anggota Nasida Ria telah diregenerasi hingga tiga kali. Kini, mereka memiliki 12 personel dengan manajer Choliq Zain, anak dari HM Zain. Satu anggota dari generasi pertama yang masih bertahan adalah Rien Djamain yang memegang bas gitar.
5. Suguhkan kasidah modern
Nasida Ria awalnya seperti grup kasidah pada umumnya, tampil hanya dengan rebana. Namun, Wali Kota Semarang periode 1980-1990, Imam Soeparto Tjakrajoeda menyumbang alat-alat musik. Hasilnya, mereka memadukan musik kasidah asli dengan alat musik modern seperti gitar, bass, dan biola seperti sekarang ini.
6. Bukan pertama kali tampil di panggung internasional
Meski baru heboh kemarin, nyatanya ini bukan kali pertama Nasida Ria tampil di panggung internasional, terutama Jerman. Pada 1994, mereka tampil di festival musik Islam internasional bernama Die Garten des Islam yan diselenggarakan di Kota Berlin. Mereka kembali tampil di Festival Heimatklange yang diadakan di Berlin, Mülheim dan Düsseldorf pada 1996. Selain itu, mereka juga pernah menampilkan musik mereka di Malaysia untuk memperingati 1 Muharam.
7. Ikuti perkembangan teknologi
Salah satu langkah yang membuat Nasida Ria tetap eksis meski telah terbentuk selama 47 tahun adalah mereka yang menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi. Kini, grup tersebut memanfaatkan platform musik digital untuk mempromosikan karya mereka.
Selamat atas panggung internasionalnya, Nasida Ria! Kamu punya kenangan apa dengan lagu mereka, Bela?