Lebaran tahun ini, bioskop tampaknya akan kembali ramai dikunjungi rombongan keluarga. Pasalnya, akan ada banyak pilihan film yang tayang. Salah satunya Buya Hamka, film produksi Falcon Pictures dan Starvision yang disutradarai oleh Fajar Bustomi.
Buya Hamka direncanakan mulai naik ke layar lebar pada 20 April. Diangkat dari kisah seorang ulama tersohor di Indonesia, ada fakta apa saja di balik proses produksinya?
1. Tontonan yang menuntun
Buya Hamka yang bernama asli Haji Abdul Malik Karim Amrullah telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Ulama berdarah Minangkabau ini juga merangkap sebagai politisi dan sastrawan. Jika kamu mengetahui novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, sosok inilah yang menulisnya.
Sebagai produser Falcon Pictures, Frederica ingin memberikan tayangan yang bermanfaat bagi masyarakat. Memanfaatkan momen lebaran, ia ingin Buya Hamka menjadi tontonan yang menuntun untuk para keluarga Indonesia.
"Ini adalah bentuk dedikasi kami kepada dunia hiburan Indonesia. Karena film Buya Hamka, bukan hanya menghibur, tapi juga memberikan tuntunan. Kami juga berharap, banyak pelajaran positif yang bisa dipetik usai menonton film ini. Dan moment lebaran merupakan waktu yang pas, untuk menikmati film Buya Hamka bersama keluarga," katanya.
2. Cast bertabur bintang
Selain cerita yang diangkat, cast film Buya Hamka juga bikin excited banget, nih, Bela! Vino G. Bastian akan memerankan Buya Hamka. Sementara itu, Laudya Cynthia Bella akan menjadi Siti Raham, sosok istri dari sang ulama.
Pemeran dari berbagai generasi pun akan berkumpul. Selain dua artis tersebut, akan ada Desy Ratnasari, Donny Damara, Reza Rahadian, Ayu Laksmi, Anjasmara, Marthino Lio, Rey Bong, Mawar De Jongh, Mathias Muchus Verdi Solaeman, Teuku Rifnu Wikana, Ben Kasyafani, Wafda Lubis, Ferry Salim, Donny Kesuma, Cok Simbara, Roy Sungkono, Yoriko Angeline, Ajil Ditto, Zayyan Sakha, dan Yoga Pratama. Keren banget, bukan?
3. Vino G. Bastian hati-hati perankan Buya Hamka
Sebagai aktor yang sudah tinggi jam terbangnya, Vino G. Bastian bukan baru sekali berlakon untuk film biografi. Ia pun telah mafhum, berdialog dalam memerankan sosok yang memang ada di dunia nyata tak boleh dikurangi atau dilebihkan. Hal ini pun diterapkannya saat berperan sebagai Buya Hamka, yang notabene merupakan tokoh yang begitu disegani.
“Jadi memang sangat hati-hati sekali, sih. Jangan sampai terjebak mendramatisasi tapi lupa dengan faktanya. Satu pengalaman spiritual bukan hanya sebagai pemain film tapi sebagai manusia. Saya tidak boleh mengeluarkan improvisasi suatu dialog atau apa pun yang pernah diucapkan oleh seorang Buya. Ketika di film ini kita buat yang dialami Buya, tanpa mengurangi atau melebihkan,” ungkapnya.
4. Laudya Cynthia Bella terkendala bahasa
Bagi Laudya Chyntia Bella, kesulitan yang dihadapinya kala memerankan Siti Raham adalah soal bahasa. Selain harus tampil natural dalam menggunakan bahasa daerah untuk percakapan sehari-hari, waktunya untuk reading naskah pun terbilang singkat. Belum lagi ia harus memperbanyak riset agar tahu betul seperti apa hubungan tokoh yang diperankannya dengan Buya Hamka.
"Kesulitan sih, iya banget karena dari bahasa juga. Karena kalau bahasa dihapal mudah ya. Tapi ini bahasa buat dialog, sulit ya. Untuk bahasa jadi rasa ke hati connect itu butuh waktu yang panjang. Sementara aku reading hanya sekitar 20 hari dan menurut aku kalau bisa milih pilih ‘please, satu bulan lagi readingnya,'" terangnya.
5. Diproduksi selama 9 tahun
Chand Parwez, Produser Starvision, mengungkap produksi film Buya Hamka telah dilakukan sejak Din Syamsuddin masih menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI). Jika ditotal, setidaknya film ini melewati masa produksi selama 9 tahun.
"Saya mengucap syukur, Alhamdulillah. Karena karya fenomenal yang berproses sejak Bapak Din Syamsuddin menjabat Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengajak saya untuk membuat Film tentang Buya Hamka, seorang ulama besar dan kiai nasionalis yang menjadi Ketua MUI pertama. Karya film kerjasama Starvision dan Falcon dengan MUI ini membutuhkan 9 tahun dengan biaya besar, kini telah siap tayang dibioskop. Bismillahirrohmanirrohim,” katanya.
Fajar sebagai sutradara juga melakukan riset mendalam untuk mendekati karakter Buya Hamka. Ia sampai mencari tahu buku apa saja yang dibaca dan mempelajari biografi sosok ulama legendaris ini.
"Menurut saya, ketika membuat biografi seorang tokoh, sutradara harus juga mempelajari cara berfikir si tokoh. Secara tidak langsung, kita berusaha untuk masuk kedalam pola fikir tokoh ini. Akhirnya tokoh dan sutradara ini memiliki kedekatan. Sehingga memudahkan sutradara saat membuat filmnya," ujarnya.
Buya Hamka direncanakan tayang serentak di layar bioskop Indonesia mulai 20 April. Akhirnya, penantian 9 tahun akan segera berakhir. Jangan lewatkan penayangannya, ya, Bela!