Tahun lalu, beberapa gempa bumi besar memakan korban jiwa. Sebut saja gempa di Lombok, Banten dan Palu. Tak hanya gempa, bencana pun kadang diikuti dengan tsunami yang dahsyat.
Hal ini tentunya perlu jadi catatan agar kita lebih mengantisipasi bencana serupa di masa yang akan datang. Untuk itu, para peneliti berbondong-bondong melakukan penelitian terkait sesar (patahan) yang berpotensi gempa, terutama di Pulau Jawa. Berikut ulasan selengkapnya!
1. Kajian sesar Lembang di Jawa Barat bisa dijadikan acuan untuk perubahan tata ruang wilayah
Dilansir dari jurnal Tectonophysics yang dipublikasikan oleh Mudrik R. Daryono dan tim, kajian sesar Lembang sudah mencakup informasi yang terperinci. Oleh karena itu, hasil kajian tersebut bisa dijadikan acuan untuk perubahan tata ruang wilayah.
2. Jalur sesarnya pun telah dipetakan dengan baik, termasuk kekuatan maksimal gempa yang akan dihasilkan
Informasi tersebut sudah cukup dijadikan referensi apabila terjadi bencana gempa bumi di masa yang akan datang. Selain itu, bisa juga jadi landasan untuk dilakukan mitigasi bencana atau tindakan untuk mengurangi dampak bencana di sepanjang sesar Lembang.
3. Peta jalur sesar dibuat dengan peta berbasis LIDAR (Light Detection and Ranging) beresolusi 90 cm
Daryono, selaku peneliti geologi Pusat Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia melakukan penelitian dengan kerja sama dari Australia. Australia membiayai peta tersebut senilai Rp700 juta. Peta tersebut sudah mampu memetakan sesar Lembang dengan detail.
4. Saat ini, tengah dilakukan penelitian untuk memetakan sesar di regional Jawa, termasuk kota besar seperti Jakarta
Endra Gunawan dan Sri Widiyantoro dalam Journal of Geodynamics melakukan kajian terkait aktivitas sesar di kota-kota besar di Jawa, termasuk Jakarta. Namun, karena cakupannya sangat luas, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
5. Penelitian sesar di Jawa terkendala biaya
Saat ini, Daryono bersama tim dari Pusat Gempa Bumi Nasional tengah mencari jalur sesar di Jawa. Mereka hanya memakai peta gratis dengan resolusi 30 meter. Selain itu, ada juga peta dari Badan Informasi Geospasial dengan resolusi 8,5 meter. Namun, peta tersebut masih belum bisa mengidentifikasi area seperti Jakarta.
6. Untuk memetakan sesar di Jakarta diperlukan peta dengan resolusi 1 meter seperti peta LIDAR, peta yang sama yang digunakan untuk memetakan sesar Lembang
Permukaan atau morfologi Jakarta sulit dilihat. Itu karena banyaknya vegetasi dan padatnya bangunan. Pemetaan hanya bisa dilakukan minimal dengan peta beresolusi 1 meter seperti LIDAR.
Selain itu, Daryono telah mengajukan dana riset kepada Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi untuk meneliti sesar aktif di Semarang, namun mendapatkan penolakan.
7. Adapun, sesar atau patahan tersebut berada di sepanjang tengah Pulau Jawa
Menurut Pakar Kebumian dan Bencana dari Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS), Amien Widodo patahan yang ada memanjang di sepanjang tengah Pulau Jawa, dari Surabaya, Jombang, Cepu, Semarang hingga ke Lembang.
8. Dana belum bisa turun karena tak ada tanggapan dari pemerintah
Amien Widodo menyampaikan, "Tanggapan pemerintah, tak perlu ada pemetaan karena itu hanya kajian."
Widodo pun menambahkan bahwa penelitian yang ada dianggap mengganggu investor dan hanya dianggap berita bohong (hoax). Padahal, Bank Dunia telah menyarankan bahwa perlu ada mitigasi bencana.
9. Salah satu tujuan peneliti melakukan pemetakan sesar di Jawa untuk mengantisipasi bencana besar terjadi, salah satunya yang pernah terjadi pada 1699
Menurut penelitian Ngoc Nguyen dan tim Australian National University pada 2015, gempa-gempa di Jawa bisa memicu kerusakan yang besar. Adapun, jika bencana katastrofe yang terjadi pada 1699 terulang, bisa-bisa memakan korban jiwa mencapai 100 ribu orang.
Semoga saja penelitian bisa mendapat dukungan penuh dari pemerintah, termasuk modal untuk bisa memetakan dengan rinci sesar atau patahan di Jawa. Hal ini adalah bagian dari mitigasi bencana sehingga korban jiwa bisa diminimalkan.
Disclaimer: Artikel ini sudah pernah tayang di laman IDNTimes.com dengan judul "Pulau Jawa Berisiko Mengalami Bencana Katastrofe Gempa, Ini 9 Faktanya"