Terorisme menjadi salah satu musuh paling berbahaya bagi Indonesia. Demi menumpas terorisme, Indonesia memiliki banyak pasukan elite, baik dari kepolisian maupun TNI.
Aksi-aksi pasukan elite itu sudah sering terlihat di layar kaca. Apalagi jika terjadi aksi terorisme. Namun, tidak semua mengetahui apa saja nama pasukan elite pemberantas teroris di Indonesia? Penasaran? Berikut lima pasukan elite TNI dan Polri yang bertugas memberantas terorisme.
1. Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri
Bila mendengar namanya, tentu semua orang sudah tidak asing dengan nama Detasemen Khusus 88 (Densus 88) Antiteror yang berasal dari Polri. Maraknya aksi teror, membuat pasukan Densus 88 selalu sibuk membasmi mereka.
Densus 88 adalah satuan khusus Kepolisian Negara Republik Indonesia. Densus 88 ini, memang dilatih khusus untuk menangani segala ancaman teror, termasuk teror bom. Beberapa anggota di dalam pasukan khusus ini, merupakan juga anggota tim Gegana.
Densus 88 berpusat di Markas Besar (Mabes) Polri. Terdapat kurang lebih 400 personel, yang terdiri dari ahli investigasi, ahli bahan peledak (penjinak bom), dan unit pemukul yang di dalamnya terdapat ahli penembak jitu.
Densus 88 dibentuk pertama kali oleh Gories Mere, yaitu jenderal asal Flores yang kemudian diresmikan oleh Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Firman Gani, pada 26 Agustus 2004.
Angka 88 sendiri berasal dari kata ATA (Anti-Terrorism Act), yang jika dilafalkan dalam bahasa Inggris berbunyi Ei Ti Ekt, dan terdengar seperti Eighty Eight (88). Sehingga, lahirlah nama Densus 88.
2. Detasemen Khusus 81 Kopassus (TNI AD)
Selain Densus 88 Antiteror, kamu juga kemungkinan besar tahu tentang prajurit dari TNI AD yang satu ini. Mereka disebut sebagai Sat-81 atau yang dulu dikenal dengan Den-81 Gultor (Penanggulangan Teror).
Sat-81 adalah satuan di Kopassuss yang merupakan prajurit terbaik dari seluruh Prajurit TNI. Prajurit ini bermarkas di Cijantung, Jakarta Timur.
Terkait berapa jumlah personel maupun senjata yang dimiliki Sat-81 ini, semua dirahasiakan. Istilah Gultor kini mulai dihilangkan, mengingat kualifikasi yang dimiliki prajurit ini lebih dari penanggulangan teror.
Sat-81 pertama kali didirikan karena peristiwa pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla di Bandara Don Muang, Bangkok pada 31 Maret 1981. Operasi ini di bawah komando Benny Moerdani. Sehingga, setelah maraknya tindakan pembajakan pesawat, lahirlah kesatuan baru di lingkungan Kopassadha ini.
Pada 30 Juni 1982, diresmikanlah Sat-81 dengan komandan pertama yaitu Mayor Inf Luhut Binsar Panjaitan--sekarang menjabat Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi. Dan wakilnya adalah Kapten Inf Prabowo Subianto, yang kini menjabat Menteri Pertahanan. Hingga kini, Sag-81 pun menjadi ujung tombak pertahanan dan keamanan Republik Indonesia.
Namun, prajurit khusus ini jarang diketahui setiap kegiatannya. Karena sesuai misi mereka, "tidak diketahui, tidak terdengar, dan tidak terlihat".
3. Detasemen Jalamangkara (TNI AL)
Detasemen Jalamangkara atau disingat Denjaka, merupakan satuan gabungan penanggulangan teror aspek laut TNI Angkatan Laut (TNI AL). Mungkin di antara kamu banyak yang tidak mengatahui tentang satuan gabungan ini.
Denjaka adalah satuan gabungan dari Komandan Pasukan Katak (Kopaska) dan Batalyon Intai Amfibi (Yontaifib) Korps Marinir TNI AL.
Denjaka berpusat dan dilatih di Bumi Marinir Cilandak, Jakarta Selatan. Tugas Denjaka meliputi operasi anti-teror, anti-sabotase, dan operasi klandestin yang beraspek laut maupun operasi-operasi khusus lainnya.
Denjaka mulai aktif pada 13 November 1984. Sama seperti Sat-81, jumlah personel Denjaka juga dirahasiakan. Pada 4 November 1984, KSAL membentuk organisasi tugas bernama Pasukan Khusus AL (Pasusla). Terbentuknya Pasusla karena desakan ancaman aspek di laut.
Akhirnya, pada tahap pertama, direkrutlah 70 personel dari Yontaifibi dan Kopaska. Melihat perkembangan satuan khusus ini, KSAL memutuskan menyurati Panglima TNI, yang isinya ingin membentuk satuan gabungan Denjaka. Sehingga diputuskan pada 13 November 1984, Denjaka menjadi satuan Antiteror Aspek Laut.
Prajurit Denjaka juga dintuntut memiliki kesiapan operasional mobilitas kecepatan dan kerahasiaan. Selain itu, harus juga memiliki keterampilan mendekati sasaran melalui laut, bawah laut, dan vertikal dari udara.
4. Satuan Bravo 90 (TNI AU)
Selain TNI AD dan AL. TNI AU juga memiliki satuan khusus untuk menanggulangi aksi teror. Bedanya, aksi teror yang dihadapi mereka adalah melalui udara.
Satuan khusus ini dikenal dengan sebutan Satbravo-90, atau yang sebelumnya disebut dengan Denbravo 90. Satbravo 90 adalah satuan pelaksana operasi khusus Korps Pasukan Khas (Kopaskhas) yang berada di bawah Korpaskhas.
Satbravo 90 bertugas melaksanakan operasi intelijen. Tidak hanya itu, mereka juga bertugas melumpuhkan alutsista atau instalasi musuh dalam mendukung operasi udara. Dan juga penindakan teror bajak udara.
Satbravo 90 memiliki motto Catya Wihikan Awacyama Kapala yang artinya setia, terampil, berhasil. Satbravo 90 muncul pada era kepemimpinan Komandan Puspaskhas 1990 Marsma TNI Maman Suparman. Setelah itu, pasukan elite ini dikukuhkan pada 16 September 199 oleh KSAU Marsekal TNI Hanafie Asnan.
Layaknya prajurit berkualifikasi tinggi, personel Satbravo 90 harus dilengkapi dengan beragam kualifikasi. Mulai dari combat free fall, scuba diving, pendaki serbu, teknik terjun High Altitude Low Opening (HALO) atau High Altitude High Opening (HAHO), selam, dan tembak kelas 1.
Satbravo 90 juga dilatih menembak dengan menggunakan peluru tajam tiga kali lipat lebih banyak dari pasukan reguler lainnya. Pelatihan tersebut dilakukan agar mereka bisa melatih kecepatan dan ketepatan untuk bertindak dalam waktu sepersekian detik.
5. Komando Operasi Khusus Gabungan (Koopssusgab)
Nah, kalau yang terakhir ini, pasti kamu juga pernah mendengarnya. Pemerintah telah menyetujui menghidupkan kembali satuan gabungan pasukan, setelah terjadinya tragedi Bom Surabaya pada 2018. Mereka disebut sebagai Koopssusgab atau Komando Operasi Khusus Gabungan.
Koopssusgab adalah satuan gabungan dari Sat-81, Denjaka, dan Satbravo 90. Koopssusgab juga satuan elite TNI untuk memberantas teroris. Pasukan gabungan ini dibentuk pada 9 Juni 2015 oleh Panglima TNI saat itu, Jenderal Moeldoko.
Koopssusgab terdiri dari 90 personel, dan pusat Koopssusgab berada di Sentul, Bogor, Jawa Barat. Mereka disiagakan dengan status operasi, sehingga harus siap ditugaskan kapan pun untuk menanggulangi teror.
Awalnya, rencana pembentukan Koopssusgab sudah mulai terpikirkan sejak 2002, namun karena ada pergantian Panglima TNI, pembentukan pasukan ini tidak terealisasi. Koopssusgab juga sempat dibekukan sejenak.
Kendati, kini Koopssusgab akan kembali hidupkan karena kondisi Indonesia yang sedang diguncang aksi terorisme. Negara membutuhkan keamanan lebih solid, guna memberantas para teroris.
Disclaimer: artikel ini sudah pernah tayang di laman IDNTimes.com dengan judul "Keren! Ini 5 Pasukan Elite Pemberantas Teroris di Indonesia"