Bercerita soal industri bisnis tak lepas dari supportive community atau komunitas yang suportif. Tak terkecuali bagi Agnes Tjie yang merupakan business woman. Berdasarkan pengalaman yang dia punya selama menjalani karier, komunitas yang suportif sangat penting untuk dimiliki karena bisa membawa dampak positif yang cukup besar.
Hal itu diungkapkan oleh Agnes Tjie dalam sesi Talkshow BFA Yogyakarta 2024 "Women Supporting Women: Thriving in Indonesia's Beauty Indutry with Agnes Tjie". Penasaran seperti apa, simak cerita lengkapnya ya, Bela.
Supportive Community ada dan selalu diterapkan Agnes Tjie
Berbekal pengalaman yang ada selama perjalanan kariernya, Agnes ungkapkan pentingnya supportive community. Agnes merasa bahwa itu merupakan awal mula untuk bertahan di dunia industri.
Agnes juga merasa bahwa komunitas yang suportif merupakan fundamental dan harus dimiliki agar bisa terus berkembang.
"Ada, dan itu selalu aku terapin. Aku tuh ngerasa dari dulu being a supportive community sangat jarang. Cuma itu cikal bakal kita untuk bertahan di dunia industri. Kemungkinan aku nggak akan jadi atlet basket kalau teman-temanku waktu kecil ngebully aku. Aku diikuti banyak kegiatan dari mulai tenis dan lainnya cuma yang aku nyaman itu basket. Setelah dipikir-pikir kenapa ya cuma basket yang buat aku nyaman, ternyata yang ada supportive community cuma di basket nggak ada di lain. Ketika aku di tenis ada teman aku yang ngebully, ketika aku les nyanyi coach aku mungkin kata-katanya kasar bikin aku kurang nyaman. Jadi, supportive community menurut aku fundamental," cerita Agnes.
Cerita Agnes mengenai salah satu karyawannya yang ternyata butuh komunitas yang suportif
Bahkan Agnes menceritakan kisah salah satu karyawannya di Zabunch, bahwa pentingnya komunitas yang suportif agar membuat seseorang bisa bangkit dan menemukan potensi yang dimiliki.
Kadang memang kita tidak tahu kelebihan kita dan hanya melihat kekurangan kita, itulah pentingnya komunitas yang suportif agar bisa melihat kelebihan yang kita miliki.
"Ketika aku di basket jujur secara fisik, kemampuan aku jauh dibanding yang lain cuma mereka selalu merangkul dan support. Tentu aku ngerasa karyawan itu punya pilihan ketika dia ingin kerja di Natasha atau Jelita, sudah lihat company profilenya.
Jadi, langsung aja ya, aku ada karyawan di Zabunch namanya Grace, ternyata dia juga lulusan Stella Duce, dia nggak kuliah. Usut punya usut mungkin dia punya mental health berkaitan dengan keluarga yang sebenarnya bukan tugas aku. Cuma aku melihat di situ, anak itu punya potensi yang saat ini mungkin dia nggak sadar, cuma kalau keluarga dan kakaknya juga nggak sadar siapa yang mau beritahu dia kalau dia punya potensi. Jadi aku memposisikan diri. Aku beritahu dia potensinya yang mungkin dia bisa jadi manajer di usianya dia saat ini dengan segala potensi yang dia miliki.
Kelebihan dan kekurangan pasti dimiliki oleh para karyawan. Jadi, ini cara aku membantu mereka. Untuk kelebihannya ditonjolkan, kekurangannya diminimalisir atau ditutupi dengan orang lain. Itu bentuk support aku yang aku bisa saat ini. Hasilnya ketika awalnya mungkin dia punya mental health jadi semakin percaya diri," tutur Agnes menceritakan salah satu kisah karyawannya yang menurutnya punya potensi sangat besar.
Ternyata sepenting itulah supportive community atau komunitas yang suportif bagi Agnes Tjie. Bahkan Agnes berani untuk menceritakan pengalaman langsung yang dia dapatkan bersama karyawannya.
Dengan adanya komunitas yang suportif Agnes juga menjelaskan bahwa itu akan membuat kelebihan dari karyawan lebih menonjol dan bisa meminimalkan kekurangan yang ada.