Adegan seks atau adegan ranjang dalam film diibaratkan sebagai bumbu penyedap dalam masakan. Dapat menambah cita rasa sebuah cerita, sehingga semakin menarik untuk disaksikan. Namun, deretan film Asia ini bukan hanya menonjolkan adegan ranjang, untuk kualitas cerita, mereka patut diacungi jempol.
Apa saja rekomendasi judul film semi Asia yang memiliki kualitas terbaik? Simak daftarnya berikut ini.
1. The Handmaiden (Korea)
Menguji kesetiaan suami bisa dengan beragam cara. Namun, cara yang digunakan oleh seorang perempuan kaya dalam film The Handmaiden ini tergolong ekstrem. Ia sengaja menyewa asisten rumah tangga untuk menguji kesetiaan sang suami. Siapa sangka, sang suami jatuh cinta betulan dengan asisten rumah tangga tersebut. Di sisi lain, sang asisten rumah tangga itu memiliki misi lain yang tak diketahui oleh siapa pun.
Menghadirkan banyak adegan ranjang, film yang disutradarai oleh Park Chan-wook ini mendapat review positif dari para kritikus film. Di situs review film Rottentomatoes, film yang rilis di tahun 2016 ini mendapat rating 95% dari 205 ulasan dengan rata-rata nilai 8,3/10.
Melansir Metacritic.com, The Handmaiden memiliki jalan cerita yang rumit, namun tak membosankan untuk diikuti. Oleh karena itu, tak heran jika film yang dibintangi oleh Kim Min-hee, Jo Eun-hyung, dan Kim Tae-ri ini berhasil meraup pendapatan sebesar $37,65 juta. Padahal biaya produksinya hanya menghabiskan $8,8 juta.
2. Scarlet Innocence (Korea)
Hak-kyu (Jung Woo-sung), terpaksa pindah ke desa terpencil dan jauh dari kota demi membersihkan nama baiknya dari skandal seksual yang menjerat namanya. Hak-kyu pun harus meninggalkan sang istri yang depresi dan anak perempuannya di Seoul.
Seolah tak belajar dari skandal seks yang pernah menyeret namanya, Hak-kyu terlibat hubungan terlarang dengan seorang penjual tiket di desa kecil itu. Bagaimana Hak-kyu membersihkan nama baiknya lagi dan bagaimana nasib istri dan anaknya?
Drama romance ini bukan hanya membuatmu gemas dengan kisah perselingkuhan Hak-kyu, tapi juga membuatmu deg-degan dengan adegan ranjang yang tersisip di dalamnya.
Scarlet Innocence memang tak banyak meraup keuntungan. Pendapatannya hanya $3,5 juta selama satu bulan masa penayangannya. Namun, film yang disutradarai oleh Yim Pil-sung ini berhasil masuk ke dalam lima nominasi penghargaan dalam dua tahun. Salah satu penghargaan yang berhasil diraih oleh film ini, yakni Esom sebagai Aktris Pendatang Baru Terbaik dalam 15th Director's Cut Awards tahun 2015.
3. Nasha (India)
Karena terpesona akan paras cantik sang guru, Saahil (Shivam Patil) jatuh cinta dengan gurunya, Anita (Poonam Pandey). Rasa suka dan cinta Saahil kemudian berubah menjadi obsesi. Ia pun sangat menginginkan Anita untuk jadi miliknya dan rela melakukan segala cara untuk mendapatkan Anita.
Film yang disutradarai oleh Amit Saxena ini mendapat respon negatif dan kritik keras dari masyarakat India. Pertama, soal poster. Sebelum Nasha tayang, masyarakat India memprotes keras poster Nasha yang dinilai terlalu vulgar karena menampilkan punggung Poonam Pandey secara berlebihan. Kontroversi kedua, Nasha diprotes oleh masyarakat karena jalan ceritanya yang menampilkan banyak adegan seks yang sebenarnya tak perlu.
Namun, meski rilisnya Nasha mendapat banyak kritik dari masyarakat dan rating-nya yang hanya 2/5, film yang rilis di tahun 2013 ini berhasil meraup pendapatan kotor sebesar 80 juta Rupee ($1,1 juta) dengan biaya produksi hanya 40 juta Rupee ($560 ribu).
4. Call Boy (Jepang)
Call Boy berkisah tentang kehidupan Ryo Morinaka (Tori Matsuzaka) yang monoton dan membosankan. Hidupnya mulai berubah menjadi penuh tantangan saat temannya, Shinya Tajima (Yu Koyanagi) memperkenalkan Shizuka Mido (Sei Matobu), pemilik bar tempat Ryo bekerja kepada Ryo.
Tertarik dengan Ryo, Shizuka pun memiliki ide untuk menawarkan pekerjaan yang lebih menantang kepada Ryo. Ia meminta Ryo untuk memenuhi hasrat perempuan di bar miliknya. Meski awalnya malu menjadi 'pria panggilan', lama kelamaan Ryo menikmati pekerjaan barunya tersebut.
Menghadirkan jalan cerita yang tak biasa, Call Boy mendapat banyak pujian dari kritikus film. Film besutan sutradara Daisuke Miura ini mendapat rating 6,1/10 di situs IMDB.com dan 86% di Rotten Tomatoes.
5. Jan Dara: The Beginning (Thailand)
Mengambil latar waktu pada tahun 1930-an, Jan Dara: The Beginning menghadirkan Mario Maurer sebagai pemeran utamanya. Jan Dara: The Beginning bercerita tentang seorang laki-laki bernama Jan Dara (Mario Maurer) yang tumbuh sebagai sosok pendendam karena tak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu.
Ayahnya malah menganggap Jan Dara sebagai kutukan dan memperlakukannya dengan sangat tidak baik. Jan Dara pun melampiaskan dendamnya dengan berhubungan seks bersama ibu tirinya.
Meski menghadirkan Mario Maurer, aktor yang sedang naik daun pada saat itu, namun film yang disutradarai olehM.L. Pundhevanop Dhewakul ini tak begitu banyak meraup keuntungan. Bahkan hingga hari ini, film dengan rating 5,7/10 di situs IMDB.com tersebut tak pernah mempublikasikan berapa keuntungan atau biaya produksinya.
6. In the Mood for Love (Tiongkok)
In the Mood for Love bercerita tentang seorang jurnalis bernama Chow Mo-wan (Tony Leung). Di suatu kesempatan, Chow bertemu dengan Su Li-zhen (Maggie Cheung) yang bekerja sebagai seorang sekretaris di bidang pelayaran. Karena kecocokan saat ngobrol, keduanya sepakat untuk menulis kisah bersambung di koran tempat Chow bekerja.
Mereka pun sering menghabiskan waktu bersama untuk menyelesaikan cerita bersambung itu. Namun, seiring berjalannya waktu, mulai tumbuh benih cinta di antara keduanya. Chow dan Su pun selingkuh dari pasangan mereka masing-masing.
In The Mood for Love pertama kali tayang di Festival Film Cannes pada tahun 2000. Film ini mendapat banyak pujian dan rating-nya cukup tinggi, di beberapa situs review film. Yakni 8,1/10 di IMDB.com, mendapat nilai 90% di Rotten Tomatoes, dan 85% di Metacritics.com.
Film besutan sutradara Wong Kar-wai ini berhasil masuk ke dalam lebih dari 35 nominasi di 15 ajang penghargaan dalam dan luar negeri pada tahun 2000-2002. In The Mood for Love pun meraup keuntungan mencapai $12,8 juta.
7. The Third Wife (Vietnam)
Membaca sinopsis The Third Wife mengingatkan kita dengan sinetron kontroversi Suara Hati Istri: Zahra yang minggu lalu sempat menjadi kontroversi karena diperankan oleh aktris di bawah umur.
The Third Wife merupakan film asal Vietnam yang bercerita tentang gadis muda berusia 14 tahun (Nguyen Phuong Tra My). Gadis ini terpaksa menjadi istri ketiga dari tuan tanah kaya raya demi menyelamatkan ekonomi keluarganya.
Film ini menjadi sangat kontroversi karena Nguyen Phuong Tra My masih berusia 13 tahun saat itu dan harus memerankan adegan seksual.
Meski mendapat sambutan cukup hangat saat premiernya di Toronto International Film Festival 2018, film besutan sutradara Ash Mayfair ini mendapat kritik pedas dari masyarakat Vietnam sendiri. Film yang berhasil menyabet penghargaan Network for the Promotion of Asian Cinema (NETPAC) Award 2018 ini dinilai menampilkan adegan yang tak seharusnya diperankan oleh anak berumur 13 tahun.
8. Lust, Caution (Tiongkok)
Dirilis pada tahun 2007 dengan biaya produksi US$15 juta, Lust, Caution berhasil meraup keuntungan bersih US$67,1 juta. Kisahnya yang rumit karena berdasarkan kisah nyata, ditambah bumbu adegan erotis, membuat Lust, Caution mendapat banyak pujian.
Film yang disutradarai oleh Ang Lee ini bercerita tentang masa perang kedua antara Tiongkok-Jepang. Di masa-masa itu, sekumpulan mahasiswa merencanakan hal yang berisiko tinggi, yakni membunuh agen mata-mata dari Jepang, Tuan Yee (Tony Leung). Demi rencananya ini, ia pun merekrut Wong Chia Chi (Tang Wei), aktris drama kampus dengan kemampuan akting luar biasa.
Chia Chi ditugaskan untuk merayu Tuan Yee agar masuk ke dalam perangkapnya. Dengan kemampuan aktingnya, Chia Chi berhasil masuk ke dalam lingkaran pertemanan Nyonya Yee dan mendekati Tuan Yee.
9. Parasite (Korea)
Parasite berkisah tentang kehidupan dua keluarga dengan kesenjangan sosial dan ekonomi yang cukup tinggi. Kedua keluarga tersebut kemudian mengalami masalah saat secara tak sengaja sebuah rahasia besar di rumah keluarga kaya terkuak.
Film yang paling banyak diperbincangkan di tahun 2019 hingga 2020 ini juga menyisipkan adegan vulgar di dalamnya. Saking hits-nya pada masa itu, Parasite berhasil mendapatkan penghargaan Best Picture 2020 dalam ajang Academy Awards 2020.
Tak salah jika Parasite mendapat begitu banyak penghargaan dan pujian. Sebab, dalam filmnya, sutradara Bong Joon-ho berhasil menampilkan kenyataan tentang ketimpangan sosial yang benar-benar terjadi di Korea Selatan.
Parasite menjadi salah satu film Korea tersukses sepanjang sejarah. Bukan hanya berhasil menjadi film Asia pertama yang menyabet Oscar, Parasite berhasil meraup keuntungan kotor $258,8 juta. Padahal film ini hanya menghabiskan biaya produksi sebesar $17 juta.
10. Spell (Thailand)
Film horor Thailand memang selalu menghadirkan ketakutan tersendiri dan membuat adrenaline jadi terpacu. Namun bukan hanya akan dibuat ketakutan, kamu juga akan dibikin deg-degan lewat adegan panas yang tersaji dalam film Spell.
Film ini bercerita tentang Prae, seorang perempuan yang dirasuki roh hantu perempuan yang sedang hamil. Perempuan tersebut mati karena ada sekelompok orang yang ingin membuat ramuan cinta dari darah orang hamil. Ia pun merasuki tubuh manusia dengan tujuan balas dendam.
Menghadirkan kisah horor yang membuat bulu kuduk berdiri, sayangnya Spell nggak sesukses yang diharapkan. Rating-nya di IMDB.com hanya 4,7/10 dan pendapatannya hanya $250 ribu. Meski begitu, film besutan sutradara Dulyasit Niyomgul ini cocok dinikmati untuk pencinta film horor.
Itulah tadi sepuluh rekomendasi judul film semi Asia terbaik yang tak hanya menonjolkan adegan seksual, tapi juga memiliki kualitas cerita yang patut diacungi jempol. Jadi, mau nonton yang mana dulu, nih?