Tinggal di Jerman selama kurang lebih 7 tahun lamanya, demi menempuh pendidikan S1, dan terpaut ribuan mil dari Indonesia, menjadikan wanita asal Jakarta keturunan Palembang, Gita Savitri Devi sebagai sosok yang menginspirasi banyak anak muda yang merantau saat ini. Ketertarikannya pada dunia sosial dan vokal mengkritik gaya hidup anak millenials zaman sekarang membuat ia memiliki banyak penggemar.
Pengalamannya menghabiskan masa remaja dan dewasa di ibukota Jerman, Berlin, di mana tradisi dan cara hidup orang kebanyakan berbeda sekali dengan di Indonesia bahkan sudah membuatnya melalui pencapaian terbesar dalam hidupnya, yakni menerbitkan sebuah buku yang berjudul 'Rentang Kisah'. Bela, yuk simak arti merantau bagi Gita yang bikin kamu lebih bersemangat lagi tinggal di rumah kedua kamu sekarang.
1. Fokus ke diri sendiri
2. Rumah adalah tempat yang familiar
Gita pernah bercerita kalau di awal masa perantauannya dia masih bingung sebenarnya rumahnya di mana. Makanya sewaktu pertama kali pulang ke Indonesia, ia merasa sangat excited karena ia merasa kalau ia masih 'menumpang hidup' di Jerman. Setelah 7 tahun tinggal di Jerman dia sudah menganggap kalau Indonesia dan Jerman adalah sama-sama rumahnya di mana ia merasa familiar dengan keduanya.
3. Nggak perlu mendengarkan kata orang
Bagi wanita yang baru saja menamatkan kuliahnya di Freie University Berlin ini, tantangan menjadi anak millenials adalah banyak melihat orang dan mendengarkan apa yang dikatakan mereka. Tuntutan untuk cepat tamat, bekerja dan menikah adalah banyak komentar yang sering ia dapati namun darisitu ia belajar kalau sebenarnya ia memiliki jalan hidupnya sendiri dan hal tersebut tidak perlu untuk dipikirkan.
4. Hidup itu full of surprise
Siapa yang menyangka kalau Gita sudah memiliki banyak subscriber di laman Youtubenya? Kelihaiannya di dunia media sosial kini pun sudah membuahkannya pundi-pundi uang sampai ia bisa menulis buku autobiografinya sendiri. Gita pernah bilang kalau dia tidak mau berpikiran terlalu jauh, hidup menurutnya adalah kejutan yang tidak perlu direncakan terlalu matang.
5. Mandiri
Anehnya karena sudah lama hidup merantau, Gita menjadi sosok yang suka menyendiri. Ia bisa menyelesaikan masalahnya sendiri mulai dari akademik, sosial dan lain-lain. Ia juga tahu cara menangani homesick yakni dengan mencari kegiatan yang positif selama tinggal di Berlin.
6. Belajar menerima kenyataan
Jauh dari orangtua dan kampung halaman dalam jangka waktu yang sangat lama membuat Gita sadar kalau ia butuh bersosialisasi dengan orang sekitar yang notabenenya tidak memiliki latar belakang, ras dan pengalaman yang berbeda darinya. Dari situ ia bisa menerima perbedaan dan belajar untuk menerima kenyataan kalau memang ia memang jauh dari keluarga dan memang nggak bisa terus-terusan ketemu namun hal inilah yang membentuk pribadinya seperti sekarang.
7. Mengubah cara pikir
Tinggal di Berlin sebagai seorang muslim membuat Gita lebih bisa menerima kenyataan kalau kini ia menjadi minoritas di negara orang. ia bahkan memutuskan untuk berhijab saat berada di sana bukannya di Indonesia. Dengan begitu ia seolah mengubah cara pandangnya kalau sebenarnya mayoritas dan minoritas itu sama sekali nggak ada. Tapi otak kitalah yang mempersepsikannya.