Kabar baik datang dari aktris kawakan Marsha Timothy yang baru saja meraih penghargaan aktris terbaik dalam International Fantastic Film Festival di Catalonia, Spanyol.
Penghargaan ini ia terima setelah memerankan karakter pembunuh dalam film berjudul Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak. Dalam filmnya, Marsha tampil sebagai Marlina, seorang janda muda yang berasal dari Pulau Sumba, NTT yang diserang dan mencoba untuk diperkosa oleh sekelompok perampok. Marlina pun akhirnya membela diri dengan membunuh dan memenggal kepala perampok tersebut. Tak sampai disitu, demi mencari keadilan, Marlina pun membawa serta kepala yang dipenggalnya hingga ke kantor polisi.
Peran antagonis seperti ini jarang sekali dilakoni oleh istri Vino G. Sebastian tersebut, mengingat dalam beberapa proyek filmnya ia selalu memerankan karakter wanita yang manis dan lembut. Mendapatkan kesempatan yang berharga ini, ini dia tantangan yang dihadapi Marsha Timothy selama menjalani syuting film yang sudah pernah ditayangkan di festival film Cannes tersebut.
Dialek Sumba
Marsha tahu betul kalau dalam mendalami karakter ia harus terjun langsung ke komunitas itu maka dari itu kru film sampai harus membuat workshop selama tiga bulan untuk mendalami peran.
Tak hanya itu, Marsha pun sempat kursus bahasa Sumba hingga mempelajari dialeknya agar bisa lebih mendalami karakter. Setelah kursus, Marsha juga menyempatkan diri mengunjungi warga di sekitar perkampungan untuk mengamati tingkah laku dan gaya bicara orang-orang yang tinggal di Sumba.
Belajar naik kuda dan motor trail
Perannya sebagai seorang janda yang harus independen mengharuskannya untuk bisa melakukan hal-hal yang umum dilakukan oleh pria di Sumba yakni mengendarai motor trail dan berkuda.
Tak tanggung-tanggung, Marsha pun belajar selama beberapa hari demi bisa lihai mengendarai keduanya meski ia harus luka-luka setelahnya.
Adegan membunuh
Adegan paling sadis dengan memenggal kepala hingga membawanya sepanjang perjalanan menjadi tantangan besar bagi Marsha yang terbiasa memerankan karakter wanita baik-baik. Marsha mengaku adegan membunuh sangat menguras energi karena harus menyelaraskan adegan dengan emosi, pemikirannya dan teknis di lapangan.