Jumat pagi, tepatnya 04.28 WIB, pintu losn Ananda Badudu digedur. Di depan pintu tempat tinggalnya, terlihat beberapa oknum, salah satunya membawa map menunjukkan secarik kertas berwarna kuning yang ia buka dari map merah. Ternyata si pria yang dijepret Ananda Badudu ini berniat ‘menggiring’ Ananda Badudu untuk menuju kantor polisi. “Saya dijemput polda,” tulis mantan jurnalis Tempo itu di Twitter.
Setelah diproses selama lima jam, Ananda yang awalnya dituduh membantu menggerakkan mahasiswa berdemo dengan menggalang dana ini akhirnya dibebaskan murni, tanpa tersemat status tersangka. Dengan suara bergetar, di hadapan awak media ia berkata “Saya salah satu orang yang beruntung sudah punya privilege untuk bisa segera dibebaskan.”
Ananda pun melanjutkan “Di dalam banyak sekali mahasiswa diproses tanpa pendampingan dan diperlakukan tidak etis,” jelas Ananda dengan suara yang masih bergetar.
Ananda Badudu memang bukan salah satu aktivis HAM sekaligus mantan jurnalis yang dibawa ke Polda, tetapi juga Dandhy Laksono, jurnalis yang terkenal atas karya video dokumenter berjusul ‘Sexy Killer’. Mirisnya, Dandhy dibebaskan Polisi dengan status tersangka karena cuitan Twitternya mengenai kerusuhan di Wamenna.
Sosok keduanya menjadi trending pagi ini di Google, setelah menarik banyak simpati, berikut fakta Ananda Badudu.
1. Musisi yang Berprofesi Sebagai Jurnalis dan Aktivis HAM
Ananda Badudu ialah Aktivis HAM. Dulunya ia pernah menjadi jurnalis Harian Tempo dan mengundurkan diri dari Tempo pada Juni 2016. Selama menjadi jurnalis, ia memang lebih dikenal sebagai personel band Banda Neira, yang beranggotakan Rara Sekar, kakak Isyana Sarasvati.
Rara Sekar pun langsung membuat petisi “Bebaskan Ananda Badudu! #KitaBersamaAnandaBadudu” ketika tahu sahabatnya itu dibawa ke Polda. Rara sekar yang juga aktivis HAM di lembaga Kontras ini menutup petisi dengan bahasa Portugis “A luta continua” yang artinya “pertarungan berlanjut.”
2. Banda Neira dan Pulau Maluku
Melansir profil Banda Neira di Soundcloud, kedua sahabat ini menamakan bandnya dengan nama pulau yang berada di Maluku, bagian Timur Indonesia. Berikut penjelasan kenapa mereka memilih Banda Neira sebagai nama band mereka.
"Pada masa perjuangan kemerdekaan, beberapa pejuang dan bapak penemu bangsa sempat dibuang oleh Belanda ke Banda Neira. Di antaranya Sjahrir dan Hatta. Banyak cerita menarik yang ditulis Sjahrir tentang Banda Neira. Dari catatan hariannya orang bisa tahu ia tak merasa seperti orang buangan ketika diasingkan ke sana. Di antaranya Sjahrir dan Hatta. Banyak cerita menarik yang ditulis Sjahrir tentang Banda Neira. Dari catatan hariannya orang bisa tahu ia tak merasa seperti orang buangan ketika diasingkan ke sana. Barangkali karena pulaunya luar biasa indah dan masyarakatnya menarik. Sementara Hatta sibuk baca buku, Sjahrir asik bermain dan mengajar anak-anak setempat. ”Di sini benar-benar sebuah firdaus”, tulisnya di awal Juni 1936. Dari pulau dan cerita inilah kira-kira nama band ini diambil."
3. Cucu ke-6 Pakar Bahasa Indonesia dan Hobi Menggunakan Bahasa Baku
Nama belakangnya memang sudah akrab kita dengar, sebab Ananda Badudu ialah cucu ke-6 dari Jusuf Sjarif Badudu Guru Besar Linguistik di Universitas Padjadjaran dan dikenal luas di masyarakat sebagai pembawa acara Pembinaan Bahasa Indonesia (1974-1979) di TVRI. Tak heran pula kalau Ananda Badudu lebih suka membuat karya tulisan dengan bahasa baku.
“Saya (Ananda Badudu) selalu menulis dengan bahasa Indonesia baku. Mirip menulis berita. Entahlah, ada semacam konflik batin dalam diri saya jika menulis tidak dengan bahasa yang baku. Sementara Rara menulis semi baku atau tidak baku sama sekali. Rara tak mengalami konflik batin jika menggunakan kata “enggak” atau “ga” untuk menggantikan kata “tidak.” Hehe,” tulis Ananda di blog resmi Banda Neira.
4. Lulusan Hubungan Internasional
Menurut blog resmi Banda Neira, Ananda tercatat sebagai alumni Universitas Katolik Parahyangan jurusan Hubungan Internasional. Ia juga aktif menjadi Pemimpin Umum di UKM Media Parahyangan (MP). “Media MP ini seringkali dicap gerakan ‘kiri’, aktivis garis keras, pemikir-pemikir berat, juga manusia-manusia yang kalau galau bacanya Marxisme atau Marheinisme,” begitulah yang tertulis di Tumblr “dibandaneira”.
5. Banyak yang Mengagumi Karya Tulisnya Semasa Kuliah
Rara Sekar menulis banyak kenangan tentang awal perkenalannya dengan Ananda Badudu yang dulu berambut gondrong. Walau awalnya kaku dan hubungannya sangat profesional di dalam satu UKM, mereka pun makin akrab setelah sama-sama jatuh cinta dengan buku “The Little Prince”. Saat kuliah, Rara Sekar juga mengakui banyak yang mengagumi karya tulisan Ananda. “Sampai sekarang aku pun suka ga habis pikir dari mana dia bisa dapatin semua kata-katanya. Memang sepertinya kecintaannya terhadap kata-kata adalah sesuatu yang terberi. Tidak bisa mengiri,” tulis Rara Sekar.
Jika kamu sudah mengikut Banda Neira sejak awal, pasti kamu sudah banyak tahu kan tentang Ananda Badudu, Bela? Ditangkapnya Ananda Badudu memang membuat banyak pihak geram, sementara Ananda Badudu mendukung para mahasiswa yang berjuang untuk menuntut keadilan.
Ini lho tujuh desakan Aliansi Masyarakat Sipil untuk Keadilan dan Demokrasi:
- Menolak RKUHP, RUU MINERBA, RUU Pertanahan, RUU Permasyarakatan, RUU Ketenagakerjaan, RUU KKS; mendesak pembatalan RUU KPK dan RUU SDA; mendesak disahkannya RUU PKS dan RUU PPRT;
- Batalkan pimpinan KPK pilihan DPR
- Tolak TNI & POLRI menempati jabatan sipil
- Stop militerisme di Papua dan daerah lain, bebaskan tahanan politik Papua
- Hentikan kriminalisasi aktivis
- Hentikan pembakaran hutan di Kalimantan & Sumatera yang dilakukan oleh korporasi, dan pidanakan korporasi pembakar hutan, serta cabut izinnya;
- Tuntaskan pelanggaran HAM, dan adili penjahat HAM; termasuk yang duduk di lingkaran kekuasaan.
Kamu setuju dengan tuntutan di atas?