Sebelum Dea Dalila memutuskan bersolo karier, ia sangat akrab dikenal dengan nama Dea HIVI! Lekatnya nama Dea HIVI! sebetulnya nggak mengherankan, mengingat awal kemunculan band beranggotakan Ilham, Febri, dan Ezra ini lagunya banyak yang hits. Tapi di artikel #IAMREAL voice issue kali ini, Popbela lebih fokus menceritakan pengalaman Dea Dalila yang kini bersolo karier di industri musik, dunia yang sudah jadi teman akrabnya sedari kecil.
Bahkan saat ngobrol dengan Dea, Popbela saja baru tahu kalau kariernya di dunia musik sudah dijalani sejak tahun 2007, ketika itu ia menjadi backing vocal Sherina pada album “Primadona”. Sebelum dan setelah bergabung di band HIVI! Pun Dea sudah menyanyikan jingle iklan Fanbo, minyak kayu putih Cap Lang, sampai sikat gigi Formula. Tapi yang paling penting dalam obrolan kali ini, Popbela dapat sudut pandang baru dari Dea mengenai level of success seorang musisi yang nggak melulu mengutamakan soal merilis lagu hits, hingga keresahan yang dirasakan Dea sebagai musisi.
“Aku nggak mau define dari satu lagu, nantinya bakal jadi fake”
Dea sudah ‘menyelami’ dunia musik sejak ia duduk di bangku SMP, sebelum mahir bernyanyi, perempuan berambut keriting ini mengaku belajar nyanyi dengan cara menirukan suara orang lain. “Percaya atau nggak. Jadi aku nggak sekolah, nggak tahu teorinya gimana, jadi belajar teori malah baru-baru ini,” ucap Dea yang saat itu datang lebih dulu di tempat lokasi photoshoot #IAMREAL.
Kemandirian yang dimiliki Dea membuatnya tak ingin terlalu mengandalkan orang lain sampai-sampai ia mempelajari sendiri bagaimana teori bermusik, seperti membuat komposisi partitur dan mengaransemen lagu. Ia pun juga nggak munafik mengatakan kenapa ia bisa terjun ke industri musik. “Karena memang hidupnya dari sini, cari nafkah dari industri musik. Jadi ya terjun aja, memang kalau musik dijadiin karier utama ya harus terjun ke industrinya,” jelasnya.
Bicara soal menghasilkan karya dan mengingat dirinya juga sudah lama berkutat dengan dunia musik, jauh sebelum ia seterkenal ini, Dea memang sangat suka mengaransemen lagu dan lirik sendiri, bahkan jika dihitung, Dea sudah menciptakan ratusan judul lagu hingga saat ini. “Jumlah laguku banyak banget, tapi yang paling diperhitungkan itu ada 60 lagu,” ungkap Dea.
Tapi kalau ditanyakan soal lagu mana yang amat merepresentasikan dirinya, buat Dea justru tiap lagu punya nyawa yang berbeda. Setiap judul lagu yang ia buat pun punya momen yang berbeda pula. “Semua lagu yang ku buat itu aku banget. Musikku itu adalah sebuah proses, aku nggak mau define dari satu lagu, nantinya bakal jadi fake.”
Tak Cemas Lagu akan Hits atau Nggak
Ketika mendengar cerita Dea kalau dirinya lebih senang menciptakan lagu sendiri, tentu membuat kita penasaran bagaimana kreatif prosesnya hingga lagu yang dirilis bisa kita nikmati. Ternyata lirik yang dibuat tak muncul begitu saja. “Aku selalu bikin cerita dulu, baru lirik, karena ketika udah ada ceritanya, lirik akan mengalir,” tutur lulusan Lasalle College ini.
Sama seperti ketika Dea merilis lagu terbarunya berjudul “Kau pun Tahu” featuring Kenny Gabriel. Meski Kenny datang dengan aransemen musik yang sudah jadi, Dea tetap dilibatkan dalam pembuatan lirik. Tapi ada satu hal yang membedakan dalam proses pembuatan lagu yang melibatkan pihak lain, Dea butuh chemistry.
“Dari awal Ken langsung mikirin gue untuk ngisi vokal. Terus habis itu, ya gue ajak ketemuan untuk workshop, karena yang paling penting dalam kreatif proses itu adalah chemistry, cocok atau nggak. Kalau nggak cocok ya nggak jadi pake, walau kepikiran ini bakal bagus banget dan karena memang sesuai dengan otak ku juga pengen lagu yang upbeat tapi nggak yang terlalu girly dan menye-menye. Terus pas ketemu lancar banget, chemistry dapet banget,” ucap Dea.
Dalam lagu “Kau pun Tahu” itu pun, Dea membuat lirik yang menggambarkan suatu hal yang sulit diungkapkan atau tabu dibicarakan. Seperti susahnya mengakui perasaan kita ke cowok, “kalau gue sih udah ga ada malu sih. Kalau gue udah suka dan udah kelamaan, gue bakal ngomong, daripada nanti jadi friendzone,” candanya. Dea pun tak gengsi mengungkapkan rasa resah yang muncul ketika akan perform. “Selalu resah, soalnya aku percaya kalau resah that is something great is going to happen,” ucapnya.
Uniknya, Dea memang lebih resah ketika ia akan tampil di panggung dibanding memikirkan lagu yang ia rilis akan populer atau nggak. “Aku sih nggak pernah mikirin lagu nggak sukses, jadi aku lebih takut mikirin perform. Level sukses kan beda-beda, sukses aku adalah ketika ide lagu yang tadinya cuma ada di otak sama di hati, akhirnya bisa jadi sesuatu. Bukan soal hits, buatku yang penting dia lahir. Mau siapa dan berapa banyak yang denger, esensi dari lagu itu mengekspresikan diri dan mau relate ke beberapa orang yang merasakan hal sama, dan nggak harus kelompok besar,” tutupnya.
Photo credit:
Photographer: Michael Cools
Asst. Photographer: Rahmadina Aina Saraswati
Makeup & Hair: Engelina Inez
Stylist: Ivan Teguh Santoso
Fashion Editor: Michael Richards
Wardrobe: Patrick Owen
Location: Dharmawangsa Studio