Keenam siswi Afghanistan hanya bisa menangis karena gagal menginjakkan kaki di Washington DC untuk berkompetisi merakit robot kelas Internasional. Semua impian di depan mata nyaris sirna karena visa mereka ditolak! Padahal mereka sudah melakukan perjalanan sejauh 800 km dari kediaman mereka di Herat menuju Kedutaan Amerika yang berada di kota Kabul demi mengurus visa.
Ketika Presiden FIRST Global mengetahui keenam siswi Afganistan gagal berangkat ke Amerika untuk mengikuti kompetisi robot internasional FIRST Global Challenge, Joe Sestak, Presiden perusahaan tersebut, sangat terkejut ketika mendengar visa keenam siswi Afghanistan ditolak. Perusahaan yang memang bekerjasama dengan Departemen Luar Negeri Amerika berusaha membantu tim Afghanistan supaya tetap bisa sampai di Washington DC, sayangnya visa mereka tetap ditolak karena Afghanistan termasuk negara yang dilarang masuk Amerika terkait kebijakan Donald Trump tentang pelarangan masuk negara muslim.
"Mereka menangis seharian. Padahal merakit robot adalah hal baru di Afghanistan," ucap Roya Mahboob, guru perempuan teknologi pertama di Afghanistan yang membimbing keenam siswi ini.
"Kami ingin membuat perbedaan dan melakukan terobosan baru di bidang ilmu pengetahuan teknologi dan industri lainnya. Kami ingin menjadi anak yang mengejar mimpi kami untuk melakukan perubahan demi kebaikan banyak orang," tulis keenam siswi tersebut. Meski gagal berangkat, namun siswi ini tidak kehilangan kesempatan mereka untuk merajut mimpi. Keenamnya akan tetap berkompetisi jarak jauh menggunakan Skype untuk menunjukkan kemampuan mereka merakit robot.
Keenam siswi berhijab ini pun sudah mulai mempersiapkan robot pemilah bola yang akan dilombakan. Semoga keenam siswi ini bisa membanggakan negaranya dan mewakili perempuan berhijab di seluruh dunia ya!