Suara perempuan dalam politik dan pengambilan keputusan memiliki porsi yang sangat penting. Terlebih, banyak perubahan kebijakan publik yang terjadi karena diinisiasi oleh perempuan baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Hal ini lebih lanjut dibahas dalam panggung Visionary Leaders pada Jumat (30/9/2022). Mengusung tema 'Women's Voice in Politics and Decision Making', Indonesia Millennial and Gen-Z Summit (IMGS) 2022 menghadirkan berbagai pembicara ternama, salah satunya Rahayu Saraswati. Wakil ketua umum partai Gerindra ini menyampaikan dukungannya untuk keterlibatan perempuan dalam dunia perpoilitikan Indonesia.
"Kami pasti sebagai perempuan-perempuan mendukung keterlibatan perempuan di DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) yang bisa kontribusi, pasti kita akan maju (mendukung). Itu adalah salah satu cara kita berkontribusi untuk partai maupun juga untuk bangsa dan negara," ucap Rahayu Saraswati.
Aktivis, politikus, sekaligus presenter ini pun berbagi kisah tentang struggle perempuan dalam dunia politik Indonesia. Seperti apa? Simak ulasannya berikut ini.
Pentingnya pendidikan politik pada masyarakat
Menurut survei, partai politik adalah lembaga yang tidak dipercaya oleh publik setelah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Hal ini pun disinggung langsung oleh perempuan yang akrab disapa Sara. Menurutnya, terdapat miskonsepsi antara realita yang dihadapi di dunia politik dengan persepsi masyarakat, khususnya generasi muda. Hal ini juga didukung oleh media massa yang berperan sangat besar dalam membentuk pola pikir masyarakat terhadap politik.
Oleh karena itu, Sara menginginkan agar masyarakat diberikan pendidikan politik yang tepat agar mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dalam politik Indonesia.
"Jangan sampai melakukan judgement, penilaian, tanpa mengetahui sepenuhnya," ucap mantan anggota DPR RI tahun 2014-2019.
Struggle perempuan dalam politik di Indonesia
Saat ini, keterlibatan perempuan dalam dunia politik masih cukup kecil. Bahkan, tak jarang ketika ada perempuan yang turun ke dunia politik, dia malah mendapatkan diskriminasi terkait latar belakangnya.
"Cukup yang namanya kita mendiskriminasi dan kita langsung bilang, 'oh dia nanti dapet (kursi legislatif) karena anaknya ini, kakaknya ini, istrinya ini dan blablabla," ucap Sara.
Menurut Sara, yang harus dilihat dari seseorang yang terjun ke politik adalah intelektualitas dan kepahamannya akan bidang yang digeluti. Karena, struggle perempuan tidak hanya sampai disitu. Mereka masih harus berjuang melawan budaya patriarki yang kuat dalam tatanan pemegang kekuasaan kebijakan publik.
Selain itu, masalah ekonomi juga menjadi ujian yang cukup berat untuk perempuan dalam berpolitik. Mereka harus bekerja di bidang lain sambil terus menjadi wakil bagi masyarakat.
Adapun masalah terakhir yang sering kali dihadapi adalah terkait sistem politik yang terjadi dilingkungan parlemen.
"Pada realitanya, sistem politik, kan, mayoritas laki-laki. Mereka kebanyakan nggak mau dong untuk disuruh ngajuinnya sebagai nomor urut dua. Pasti maunya mereka nomor urut satu," ucap keponakan Prabowo Subianto.