"Everything has standards," ucap SAILORMONEY ketika ditanya apa yang dipikirkan tentang standar kecantikan atau beauty standards.
Menjadi salah satu pembicara dalam panggung The Classroom di BeautyFest Asia 2022, SAILORMONEY membagikan pemikirannya tentang standar kecantikan yang ada dalam masyarakat Indonesia.
Pada acara yang digelar, Sabtu (15/10/2022) di Grand Atrium Mall Kota Kasablanka, perempuan yang aktif membuat konten tentang selflove ini mengatakan jika setiap orang memiliki standarnya masing-masing. Tinggal bagaimana kita menyikapinya, apakah akan mengikuti standar kecantikan sosial atau membuat standar kecantikan kita masing-masing.
"Do you wanna follow the society standard or your own standard," ucap SAILORMONEY.
Hal yang dikatakan perempuan yang akrab disapa Gemat ini menjadi perspektif yang sangat menarik, bukan? Lantas, bagaimana pandangan SAILORMONEY terhadap beauty standard di masyarakat?
Masyarakat dapat ikut andil dalam menentukan standar kecantikan
Menurut SAILORMONEY, dahulu standar kecantikan di masyarakat itu hanya satu. Itu pun terjadi karena informasi yang disampaikan berjalan satu arah, dari media kepada masyarakat. Namun, saat ini masyarakat memiliki perangkatnya sendiri sehingga dapat ikut andil dalam menentukan standar kecantikan yang tersebar di sekitarnya.
"Kalau sekarang masyarakat punya device mereka sendiri, jadi mereka bisa kontribusi terhadap ide beauty standard itu apa bagi mereka," ucap musisi sekaligus influencer itu.
Insecurity akan selalu ada
Banyaknya tekanan dari lingkungan masyarakat untuk memenuhi suatu standar kecantikan membuat sebagian orang mengalami perasaan insecure. Hal itu juga yang pernah dialami oleh SAILORMONEY. Namun, dia memilih untuk memikirkan hal yang lebih penting dibanding sesuatu yang tidak kasat mata (insecurity).
"Sebenarnya kita bisa milih untuk bukannya nggak peduli, tapi pikirkan hal-hal yang lebih penting (daripada fokus pada perasaan insecure)," ucap Gemat a.k.a SAILORMONEY.
Lebih lanjut, ia menjelaskan jika insecurity adalah sesuatu yang hanya ada dipikiran seseorang. Itulah mengapa kita perlu untuk belajar mengabaikannya.
"Sebenarnya (perasaan insecure) tidak fakta. Dia bukan berita, dia fake news, karena apapun yang ada di dunia nyata di realita itu sangat berbeda dengan yang ada di dalam kepala," imbuhnya.
Kita bisa memisahkan diri dari insecurity
Berbicara tentang perasaan rendah diri dan insecurity, SAILORMONEY menuturkan jika pada dasarnya kita bisa memisahkan diri dari perasaan tersebut.
"Jadi setiap ada emosi negatif, pikiran negatif, ada insecurity, itu kita bisa memisahkan diri dari ide itu dan pikiran-pikiran itu dan melihat 'hei lo ngapain (insecure)?'," kata Gemat.
Meski tidak mudah memisahkan diri dari perasaan insecure, tapi SAILORMONEY percaya jika hal itu bisa membantu kehidupan seseorang kedepannya. Adapun hal utama yang bisa dilakukan adalah dengan cara mencintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain.
"Kunci dari sesuatu yang susah itu adalah tanda jika itu butuh waktu. Dan sesuatu yang butuh waktu itu butuh kesabaran dan yang butuh kesabaran itu perlu kindness," ucapnya.
Standar kecantikan hasil dari patriarki
Menurut SAILORMONEY, beauty standards yang saat ini ada di tengah-tengah masyarakat adalah hasil dari budaya patriarki. Terjadi karena adanya keinginan pemegang kekuasaan untuk mengontrol masyarakat di bawahnya. Sayangnya, elemen masyarakat yang terkena imbas paling besar dari hal tersebut adalah perempuan.
Pengaruh lebih besar dari hal tersebut adalah cara pembentukan standar kecantikan yang menjadi berbeda. Sebagai makhluk sosial, secara tidak langsung kita akan dipaksa untuk memiliki 'rasa kesamaan' agar tampil seperti orang-orang di kelompok kita.
"Kita harus punya rasa kaya kita mirip sama orang-orang di sekitar kita untuk survive. Jadi dari melihat itu, akan ada rata-rata dari kecantikan yang ada di satu grup tertentu. Dan itu akan jadi standar beauty di satu golongan itu," ucap SAILORMONEY.
Nah, itu dia pandangan SAILORMONEY terhadap standar kecantikan. Kalau menurutmu bagaimana, Bela?