Masa pandemi menjadi tantangan bagi banyak orang. Di antaranya, entrepreneur muda yang sedang membesarkan ‘bayinya’ untuk menjadi unit usaha yang kokoh. Selain itu, ada pula pebisnis dan mereka yang bergelut di dunia hiburan, berusaha untuk bertahan dengan caranya masing-masing.
Sebagian besar terus mengembangkan bisnis mereka dan beradaptasi dengan perubahan yang ditimbulkan oleh pandemi. Sementara, beberapa bahkan berani memulai usaha mereka di tengah krisis, melihat peluang di mana orang lain melihat hambatan. Inilah yang menjadi perhatian Forbes dalam merangkum daftar 30 Under 30 tahun 2021.
Secara keseluruhan, 30 orang Asia pilihan tahun ini berasal dari 22 negara dan wilayah, mewakili ekosistem wirausaha yang beragam di wilayah tersebut. Nah, dari Indonesia sendiri, inilah mereka!
Big Money Startup
Chinmay Chauhan (29), Cofounder Bukawarung
Chinmay adalah Co-Founder BukuWarung. Dia adalah Direktur Produk di Carousell, Investor di hoolah, dan Pemimpin Produk Grab.
Entertainment and Sports
Maudy Ayunda (28), penyanyi
Sukses sebagai aktris film, mengantungi tiga album musik, seorang aktivis, mendirikan Maudy Ayunda Foundation hingga lulus dengan status Cum Laude di Universitas bergengsi, membuat Maudy dianggap layak masuk daftar Forbes 30 Under 30.
Lalu Muhammad Zohri (20), pelari
Lalu adalah seorang pelari 100 meter Indonesia, yang berhasil meraih medali emas. Ia juga menjadi juara dunia pada Kejuaraan Dunia Atletik Junior 2018, yang berlangsung di Tampere, Finlandia, dengan catatan waktu 10,18 detik.
Media, Marketing & Advertising
Jehian Panangian Sijabat (24) dan Jerome Polin Sijabat (22), Cofounders, Q&A Group
Kakak beradik ini adalah duo lelaki cerdas. Jika Jerome adalah Youtuber, content creator dan jagoan matematika, maka kakaknya, Jehian memiliki agensi influencer dan Youtubers besar di Indonesia.
Finance and Venture Capital
Rafi Putra Arriyan (26), Ginanjar Ibnu Solikhin (25), dan Luqman Sungkar (28), Founder Flip
Raffi Putra Arriyan, Lukman Sungkar, serta Ginanjar Ibnu Solikhin adalah alumni Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia. Mereka mengembangkan aplikasi Flip sebagai penyedia layanan transfer antarbank tanpa biaya, di tahun 2015.
Chinmay Chauhan (29), Cofounder BukuWarung
Mendapat dua posisi di daftar Forbes 30 Under 30, Inovasi BukuWarung dalam membantu UKM beralih dari buku besar kertas ke akuntansi online telah menarik perhatian investor global papan atas. Termasuk East Ventures, DST Global and Y Combinator.
Hermanto Widjaja (28) dan Henry Wirawan (23), Cofounders Topremit
Merupakan duo kakak-beradik dari Medan yang berhasil membesarkan startup remitansi Topremit, hingga mencapai transaksi senilai Rp700 miliar dan memiliki puluhan ribu pengguna.
Bernadus Setya Ananda Wijaya (29), CEO Sucor Sekuritas
Lelaki lulusan Institut Teknologi Bandung ini, memiliki hasrat untuk memberdayakan kaum milenial agar berinvestasi di pasar saham demi masa depan mereka yang lebih baik. Ia diundang di banyak perusahaan media untuk memberikan update pasar dan edukasi tentang pasar saham kepada kaum milenial, seperti CNBC, CNN, Berita Satu, Jakarta Post, Kontan, Bisnis Indonesia dan sebagainya.
Social Impact
Nashin Mahtani (29), Director Yayasan Peta Bencana (Disaster Map Foundation)
Mahtani adalah seorang peneliti arsitektur dan desainer yang mengadvokasi keadilan lingkungan. Dia menyadari bahwa banjir dan bencana alam lainnya, secara tidak proporsional memengaruhi permukiman kumuh Jakarta dan komunitas terpinggirkan lainnya, sekaligus fakta bahwa upaya bantuan sering tertunda dan tidak memadai.
Ifandi Khainur Rahim (23), Founder Satu Persen
Ifandi memulai Satu Persen sebagai "sekolah kehidupan" di YouTube, untuk mempromosikan pengembangan diri dan kesehatan mental di kalangan anak muda Indonesia. Dari situ, Satu Persen berubah menjadi platform pendidikan dengan kurikulumnya sendiri, memberikan layanan seperti bimbingan, konseling, kelas online, webinar, sampai tes online gratis.
Anbita Nadine Siregar (26) dan Tania Soerianto (29), CoFounders Yayasan Generasi Maju Berkarya (Generation Girl)
Anbita dan Tania memulai Generation Girl sebagai yayasan nirlaba yang berbasis di Jakarta, guna menginspirasi gadis-gadis sekolah menengah untuk bekerja di industri teknologi. Bekerja dengan industri raksasaseperti Tokopedia, Google, dan Microsoft, duo ini menawarkan kelas yang mengajarkan keterampilan seperti pengkodean dan desain web.
The Arts
Liana Gonta Widjaja (28), Cofounder Greenly
Liana bekerja dengan dokter untuk mengembangkan rencana healthy meal, bagi pasien yang sakit kritis di Rumah Sakit Nasional di Jawa Timur. Ia kemudian mendirikan Greenly pada tahun 2019 untuk memanfaatkan permintaan makanan sehat yang terus meningkat.
Kathleen Gondoutomo (28), CEO H! Cups
Kathleen memulai H! Cups pad atahun 2019. Jaringan minuman dengan fokus untuk memberikan karyawan perempuan keterampilan bisnis, sekaligus membantu mereka meningkatkan penghasilan. H! Cups telah membuka lebih dari 40 toko dan mempekerjakan lebih dari 150 perempuan, serta sukses menjual 120.000 cangkir setiap bulannya.
Charina Prinandita (29), Cofounder Eatlah
Pada tahun 2016, Prinandita dan dua orang pendiri memutuskan untuk memulai padanan yang dikembangkan sendiri di Indonesia. Bernama Eatlah, rantai makanan cepat saji lokal ini menyajikan makanan rumahan Indonesia, seperti nasi ayam telur asin. Eatlah saat ini memiliki 24 gerai di enam kota di Indonesia.
Enterprise Technology
Theodorus Ivan Budiyanto (26), Surya Sanjaya Halim (26), dan Raymond Christopher Sitorus (29), Cofounders Delman
Perusahaan rintisan berusia lima tahun ini, membantu menafsirkan banyak data yang berantakan untuk menemukan jalan keluar. Delman berfokus pada membangun alat manajemen data untuk perusahaan.
Retail and e-Commerce
Jennifer Heryanto (29), pendiri SKK Jewels
Seorang wirausahawan mandiri, Jennifer juga merupakan pendiri The Wisemen & Company, sebuah perusahaan manajemen merek yang berfokus pada barang konsumsi, kecantikan, kemewahan dan gaya hidup.
Jessica Lin (29), pendiri Deca Group
Berdiri pada tahun 2016, Deca Group terkenal dengan merek Everwhite. Setelah mengalami masalah kulit, Jessica menjadi terdorong untuk membuat produk pencerah kulit dengan harga terjangkau. Startup yang berbasis di Jakarta ini telah berkembang menjadi perawatan jerawat dan serum anti-penuaan.
William Sunito (28), pendiri Tokowahab
William memulai Tokowahab setelah memperhatikan kurangnya kenyamanan dan transparansi harga bagi toko roti lokal, untuk mendapatkan pasokan. Tokowahab miliknya adalah platform e-niaga dengan spesialisasi dalam bahan kue dan peralatan toko roti. Startup ini juga menyediakan toko roti dengan lokakarya, kiat bisnis, demo memasak, hingga penyewaan dapur.
Stefani Tan (28), pendiri Jolie Clothing Industry
Berdiri pada awal 2014, Jolie hadir bertujuan untuk menyediakan busana yang terjangkau dan nyaman. Stefani mengatakan bahwa fokus industri fesyen pada pakaian yang dirancang untuk para model menginspirasinya untuk membuat pakaian dengan mempertimbangkan kehidupan sehari-hari dan semua tipe tubuh.
Manufacturing and Energy
Joseph Alexander Ananto (26) dan Martin Reyhan Suryohusodo (23), pendiri Otoklix
Hanya dalam dua tahun sejak didirikan, Otoklix dengan cepat tumbuh menjadi pemain penting di pasar reparasi mobil yang besar namun terfragmentasi di Indonesia. Sekitar 600 bengkel reparasi mobil berada di platform Otoklix yang melayani total 10.000 mobil setiap bulan
Rendria Labde (29), Founder Magalarva
Rendria mendirikan perusahaan agritech Magalarva pada tahun 2017, setelah melakukan perjalanan ke Bantar Gebang-salah satu tempat pembuangan sampah terbesar di dunia. Hal ini menginspirasinya untuk mengurangi limbah dengan menggunakan serangga Black Soldier Fly (BSF). Startup asal Bogor yang berbasis di Indonesia ini memberi makan sampah organik ke larva BSF, lalu memanennya untuk diubah menjadi berbagai produk seperti pupuk, tepung ikan atau bubuk kering sebagai sumber protein alternatif untuk hewan peliharaan.
Kevin Susanto (27), Chief Green OfficerEnvigo!
EnviGo! adalah anak perusahaan petrokimia Indonesia, Multi Globalindo Sukses Pratama. Kevin mendirikannya pada tahun 2015, untuk membantu mengurangi sampah plastik, di mana Indonesia merupakan produsen terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok.
Inspiratif sekali ya, Bela! Kira-kira apa yang bisa kamu lakukan hingga mendapat kesempatan untuk berada di daftar Forbes 30 Under 30?