Musim gugur di Seoul, Korea Selatan, memiliki keindahan dan romansa tersendiri. Di luar pengaruh infiltrasi drama Korea dan K-pop, negara ini sukses membangun imaji positif terhadap budaya dan kulinernya di mata turis internasional, sehingga apapun musimnya, berkunjung ke Korea Selatan selalu menyenangkan.
Atas undangan HiteJinro, Popbela berkesempatan merasakan suasana tersebut pada 13-17 November 2023 kemarin, tepat saat musim gugur ketika suhu udara kerap berada di antara 0° hingga 10° celcius. Bukan hanya untuk bersenang-senang, melainkan turut meresapi budaya perjamuan a la warga lokal, apalagi di tengah kondisi cuaca dingin.
HiteJinro tahu, bahwa untuk lebih mengenal kultur Korea selain industri hiburan dan pariwisatanya, para jurnalis yang diundang patut meresapi apa yang menjadi kebiasaan orang Korea ketika berkumpul. Apalagi, bukan sebuah kebetulan jika soju Jinro sudah menjadi bagian dari elemen street culture Korea yang tak hanya untuk anak muda, namun juga kehidupan sehari-hari orang Korea.
And this is where the journey begins...
Transisi dari logo monyet ke logo katak
Tahukah kamu, kalau HiteJinro sendiri sebenarnya mengawali bisnis di Korea Utara, lho! Tepatnya tahun 1924 ketika belum ada perpisahan antara Korea Utara dan Selatan, dengan nama Jinro dan berlogo monyet. Namun setelah perang Korea di tahun 1950-1953, Jinro pindah ke Korea Selatan dan mulai mengembangkan bisnisnya dengan logo katak yang melambangkan kemakmuran dan kesuksesan.
Di tahun 1970, Jinro sudah sukses menjadi minuman soju terdepan di Korea Selatan. Tahun 2005, Jinro merger dengan Hite Beer, sehingga namanya menjadi HiteJinro seperti yang dikenal sekarang.
Byung Jun Yu, selaku Manager of ASEAN Team, HiteJinro Co Ltd mengungkapkan bahwa 'Soju' atau Jinro (dalam bahasa Korea), kini sudah terdaftar sebagai nama produk resmi di World Intellectual Property Organization (WIPO). Nama soju mendapat pengakuan di seluruh dunia sebagai hasil dari promosi berkelanjutan dari kategori soju dan Jinro di pasar luar negeri.
Kunjungan ke penyulingan soju HiteJinro di Icheon
Karena diundang dari merek minuman spirit nomor satu di di Korea, tentu saja kami perlu mengunjungi salah satu pabrik tempat penyulingan soju HiteJinro, tepatnya di Icheon. Daerah ini terkenal akan kebersihan airnya serta produksi beras terbaik di Korea.
Sehingga, bahan-bahan alami yang digunakan dalam produksi aneka minuman di bawah naungan HiteJinro, juga berasal dari sini—selain dari berbagai daerah di Korea Selatan.
Lalu seperti apa prosesnya? Dari rilis yang Popbela terima, ini langkah-langkah penting yang perlu dilalui:
- Fermentasi dan filtrasi: komponen penting fermentasi dalam produksi soju Jinro adalah dengan menggunakan tiga bahan utama, yaitu beras, barley, dan tapioka, dengan beberapa bahan tambahan alami. Lalu, pembuatannya menjalani metode filtrasi yang telah dipatenkan sebanyak empat kali, dengan menggunakan arang bambu yang diaktivasi, atau activated bamboo charcoal.
- Pembotolan dan pengemasan: proses pembotolan dan pengemasan harus dipastikan memiliki kualitas terbaik.
- Daur ulang: Jinro menggunakan botol daur ulang sebanyak 60%, sedangkan 40% sisanya adalah botol cacat atau sudah tidak layak pakai. Di sini, label botol soju dilepas dan melewati proses sanitasi intensif sebelum diisi dengan minuman.
- Pembagian pengiriman: Jinro mulai mendistribusikan produk ke seluruh daerah di Korea Selatan, serta impor ke luar negeri dari pabrik Jinro yang lain, sesuai pesanan. Menariknya, Jinro bisa memproduksi enam juta botol dalam satu hari, lho! Jadi bisa dibayangkan bahwa peminat minuman spirit ini begitu besar baik di pasar lokal maupun internasional.
Bagian dari budaya perjamuan di Korea Selatan
Bagi kamu pencinta drama dan film Korea, tentu sudah tahu bahwa ketika orang Korea berkumpul bersama teman, relasi kerja, atau bahkan pertemuan keluarga, kehadiran soju merupakan keharusan untuk mencairkan suasana.
Bahkan, nenek moyang orang Korea mengonsumsi Soju saat tahun baru, untuk mengusir penyakit dan roh jahat. Konsumsi alkohol juga digunakan untuk mengobati orang dewasa dan anak-anak selama sakit, karena alkohol sangat dijunjung tinggi. Sehingga, para leluhur bersusah payah mewariskan kebiasaan minum dari generasi ke generasi.
Nah, seperti halnya budaya Indonesia dan kebanyakan negara Asia lainnya yang menghormati leluhur dan orang tua, hal inilah yang juga diteruskan oleh generasi muda Korea.
Menarik, ya, Bela!